Tertekannya Anak Dokter Dituntut Orang Tua Harus Cari Calon Suami “Cowok Berseragam”, Terpaksa Tolak Cowok Biasa Meski Aslinya Cinta

Anak Dokter Dituntut Cari Suami Cowok Berseragam MOJOK.CO

Ilustrasi anak dokter dituntut cari suami cowok berseragam. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Seorang anak dokter mengaku sempat tertekan lantaran orang tuanya menuntut untuk mencari calon suami dari kalangan berseragam. Tuntutan yang membuatnya sempat menjomblo cukup lama karena tak menemukan calon suami sebagaimana standar tinggi dari orang tuanya itu.

***

Setelah sekian lama tak mengunggah WA story, Wardani (25) tiba-tiba muncul di urutan teratas WA story yang belum saya lihat. Setelah saya pantau, ternyata ia membagikan beberapa foto momen saat ia wisuda dari Fakultas Kedokteran di sebuah kampus swasta di Solo, Jawa Tengah.

“Late post,” demikian Wardani memberi keterangan pada beberapa foto yang ia unggah tersebut.

Dalam kegabutan, saya pun mengikuti setidaknya empat slide unggahan WA story dari Wardani. Di slide keempat itulah saya tidak bisa tidak berkomentar. Pasalnya, untuk pertama kali setelah terakhir pada 2019 silam, Wardani mengunggah foto dengan seorang laki-laki yang tidak lain adalah pacarnya.

Wardani dengan dresscode kabaya berpose duduk anggun. Sementara di sebelahnya berdiri lelaki gagah, berambut cepak, dan berseragam Akademi Militer (Akmil).

“Ada deeeh…,” jawab Wardani saat saya tanya siapa sosok lelaki yang akhirnya bisa menembus restu orang tuanya tersebut?

Standar tinggi calon suami anak dokter

Wardani bercerita, pada dasarnya ia sendiri tak memasang standar tinggi untuk siapa laki-laki yang bakal jadi calon suaminya kelak. Itulah kenapa pada 2018 silam, saat masih kuliah D3 Kebidanan di Semarang, Jawa Tengah, ia sempat berpacaran dengan “laki-laki biasa”.

Sampai kemudian, hubungan Wardani mulai tercium oleh ibunya yang memang merupakan seorang dokter di Rembang, Jawa Tengah. Wardani langsung kena sidang.

“Diomongin panjang lebar. Intinya gini, ibu itu dokter, bapak tentara. Maka, paling tidak pacar atau calon suamiku itu nanti ya setara lah. Kalau nggak dokter, ya tentara. Simpelnya gitu,” ungkap Wardani.

“Kalau nggak pun ya pokoknya harus dari kalangan menengah atas,” imbuhnya.

Wardani mengaku tertekan dengan tuntutan orang tuanya tersebut. Sebab, seolah-olah orang tuanya memandang seseorang hanya dari kelas sosialnya saja. Padahal, bagi Wardani, dari kalangan orang biasa pun tak masalah asal sayang keluarga dan tanggung jawab. Tapi lambat laun Wardani mengaku memaklumi tuntutan dari orang tuanya tersebut.

“Aku anak dokter dan tentara. Dari kecil sudah mereka upayakan hidup kecukupan. Nah, oleh karena itu ibu dan bapak nggak mau kalau ada laki-laki yang malah mau ngajak aku hidup susah,” tutur Wardani.

Menolak tembakan puluhan laki-laki

Alhasil, cara pandang Wardani kepada para laki-laki yang mencoba mendekatinya pun perlahan berubah. Setiap kali ada yang PDKT atau bahkan menembaknya, maka yang langsung ia pertimbangkan adalah apakah si laki-laki ini masuk kriteria orang tuanya atau tidak?

Ya meskipun dalam beberapa kasus, ada lah laki-laki yang membuatnya berpikir, “Sebenarnya aku cocok banget sama orang ini. Satu frekuensi.”

Akan tetapi, karena si laki-laki tak masuk kriteria anak dokter, maka ia pun harus menyingkrikan perasaannya tersebut Alhasil, menjomblo lah ia dalam rentang yang cukup lama.

Ada lebih dari 10 laki-laki, kata Wardani, yang mencoba mendekati atau bahkan sampai menembaknya. Mengingat, Wardani sendiri tipikal orang yang mudah bergaul, sehingga lingkaran pertemanan dan perkenalannya pun cukup besar.

Tapi ya begitulah. Setiap ada yang menyatakan cinta, tak satupun yang si anak dokter itu terima.

“Temen-temen kuliah sampai heran, aku ini jadi rebutan cowok, tapi pasti tertolak semua. Sampai dikira mati rasa karena mantan di masa lalu,” kata Wardani. Teman-teman D3-nya saat itu belum ada yang tahu kalau sebagai anak dokter, ia mendapat tuntutan dalam mencari pasangan yang sedemikian dari orang tuanya.

Yang membuat Wardani sangat terheran-heran saat itu adalah, kenapa yang mendekatinya kok pasti laki-laki yang tidak masuk kriteria orang tuanya. Tidak ada yang dari kalangan orang berseragam atau sesama dokter gitu loh.

Nemu pacar calon dokter, tapi mesum

Bagian yang lucu adalah pada 2019, jauh sebelum pandemi Covid-19. Karena merasa ia tak cukup laku di mata cowok-cowok berseragam idaman orang tuanya, maka Wardani pun sempat iseng mencari pasangan lewat aplikasi kencan.

“Nemu satu calon dokter. Wah seneng banget aku. Akhirnya ketemulah di sebuah tempat di Semarang,” ungkap Wardani.

Kesan pertama saat melihat si calon dokter itu, Wardani langsung berpikir “Wah kalau look-nya seperti ini sih, cocok”. Namun, setelah menjalin hubungan beberapa hari, Wardani mulai menyadari ada yang tidak beres dengan calon dokter itu.

“Awalnya sering minta pap wajah. Normal dong. Terus sering chat-chat seksis. Aku risih, tapi masih biasa. Yang aku mulai muntab adalah saat ia minta pap, mohon maaf, telanjang,” gerutu Wardani.

Sontak saja Wardani marah besar pada si calon dokter itu. Akan tetapi, Wardani tetap melanjut hubungan karena si calon dokter itu menegaskan akan berubah. Tapi pada kenyataannya tidak demikian.

“Baru satu bulan pacaran, sudah ngajak nginep hotel. Aku minta putus, terus aku blokir,” tegas Wardani.

Lelah mencari, pasangan malah datang sendiri

Sejak saat itu, Wardani sempat berada di titik jenuh, lelah mencari-cari pacar apalagi calon suami. Ia memilih nothing to lose dan sementara fokus pada pendidikannya.

Karena setelah dari D3 Kebidanan di Semarang tersebut, anak dokter itu kemudian lanjut kuliah S1 di Fakultas Kedokteran di Solo. Namun, dalam masa jenuh dan berhenti mencari pasangan, seorang laki-laki justru datang padanya.

Laki-laki dari Akmil tersebut mengenal Wardani dari temannya yang sekaligus merupakan teman dari Wardani di Fakultas Kedokteran.

“Sebelum wisuda sudah kukenalkan ke orang tua, mereka suka banget. Apalagi “Si Mas” (panggilan Wardani untuk pacar Akmil-nya) ternyata agamanya bagus juga. Relijius,” tutur Wardani.

“Berarti akan segera menuju halal?” tanya saya.

Wardani hanya membalas dengan emoticon menutup mulut dengan satu jari, isyarat “sssttt”.

Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono

 BACA JUGA: Gaji di Surabaya Tak Sebesar Bayanganmu, Malah Masih Besar Gaji di Jogja!

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version