“Busnya bagus, ada sekat pemisah sopir sama penumpang. Ada pintu kacanya juga. Sedangkan kalau di bus Sugeng Rahayu pas jalan itu aku sampai terasa gronjalannya, bunyi ‘glodak, glodak’ sepertinya dari mesin busnya juga sudah remek hehe,” kelakarnya.
Selain itu, bus Eka juga menyediakan colokan listrik di setiap bangku penumpang sehingga Eka bisa mengisi daya gawainya sewaktu-waktu. Sedangkan, saat di bus Sugeng Rahayu ia tak bisa mengisi daya gawainya.
“Di beberapa bangku memang tersedia tapi lokasinya di atas, dekat dengan lampu. Apesnya, aku dapat bangku yang nggak ada colokan,” ucapnya.
Alhasil, Eka sempat khawatir saat baterai gawainya tinggal 2 persen. Sementara bus yang dinaikinya saat itu masih berada di Solo. Masih lama untuk tiba di Jogja. Eka juga baru tahu kalau perjalanan dari Surabaya ke Jogja menggunakan bus terhitung lama jika dibandingkan dengan kereta api.
Dan selama 9 jam perjalanan itu, Eka mengaku cukup bosan, sementara ia harus menyimpan baterai gawainya untuk menghubungi temannya yang sudah menunggu lama di Terminal Giwangan, Jogja. Akhirnya, ia hanya bisa menatap jendela bus Sugeng Rahayu dan mengamati sang sopir.
#3 Sopirnya nggak anomali
Di sisi lain, Eka memang tak bisa istirahat dengan nyaman saat menaiki bus Sugeng Rahayu. Setiap 5 menit tersirap, ia selalu terbangun. Alasannya seperti di awal tadi, sopirnya yang tak bisa santai saat menyetir. Berbeda sekali saat ia menaiki bus Eka.
“Sopir dan kernet busnyjua baik banget, ramah. Jadi pas aku nggak ambil paket makanan, uangku dikembalikan,” kata Eka.
Sementara, saat naik bus Sugeng Rahayu, Eka sempat mengamati orang yang duduk di sebelahnya harus cekcok dengan sang kernet. Saat itu, sang kernet meminta bayaran untuk tiket bus, tapi lupa tidak memberikan uang kembalian.
“Aku liat orang yang duduk di sebelahku harusnya dapat uang kembalian setelah bayar tiket bus, tapi ternyata uangnya nggak dikembalikan sama kernetnya. Sampai ibu-ibu yang ada di sebelahku tadi harus menagih uang kembaliannya,” tutur Eka.
Yang jelas, menurut Eka, bus Eka masih lebih baik ketimbang bus Sugeng Rahayu baik dari segi harga, fasilitas, dan jaminan keselamatan.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Bus Eka Surabaya Jogja Lahir untuk “Menebus Dosa” Tragedi Maut 1981, 30 Tahun Lebih Mengaspal Tak Berkhianat Soal Waktu atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












