Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Meninggalkan Surabaya yang Toxic dan Memilih Kehidupan Bebas di Jakarta

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
16 Januari 2025
A A
Stasiun Gambir Jakarta.MOJOK.CO

Ilustrasi - KA Bengawan Harusnya Ditulis dalam Lembar Ucapan Terima Kasih Skripsi. Seorang anak dengan tekad kuat memutuskan kuliah di Jakarta dengan segala keterbatasannya. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Awalnya, bagi Belva (23) hidup di Surabaya atau Jakarta tak bakal ada bedanya: sama-sama kota besar, metropolitan, dan menawarkan kebebasan. Namun, anggapan itu kian luntur ketika ia mulai kuliah di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Makanya, Belva pun memutuskan pindah ke Universitas Indonesia (UI) Jakarta, agar lebih bisa mengekspresikan diri tanpa takut mendapat stigma buruk dari masyarakat–hal yang tak didapat di Surabaya.

Belva sendiri lahir di Gresik, Jawa Timur. Namun sejak kecil, ia sudah diajak bolak-balik pergi ke Surabaya oleh keluarganya. Entah sekadar jalan-jalan, mencari hiburan, atau acara keluarga. Maka, Kota Pahlawan bukanlah tempat yang asing baginya.

Setelah lulus SMA pun, dia memutuskan kuliah di Unair Surabaya. Kebetulan, Belva masuk Jurusan Ilmu Komunikasi melalui jalur SBMPTN. Tak sedikit juga teman-teman sekolahnya yang masuk ke kampus negeri ini. 

Alih-alih merasa senang, Belva justru merasa terkekang terhadap stigma orang-orang di sekitarnya. Ia merasa ada panggilan jiwa yang membuatnya ingin mengejar sesuatu lebih besar. Menurutnya, hal itu perlu didukung oleh lingkungan yang tepat, khususnya di tahun-tahun krusial dalam hidup.

Ia merasa tak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk menyatu dengan orang-orang di kota besar. Sebab dari sana ia bisa bebas berekpresi tanpa ada keterikatan atau ekspektasi dari teman-teman lamanya, serta budaya masyarakat yang kolektif. Dalam hal ini khususnya, masyarakat sering mengstigmatisasi kebebasan berekspresi.

Mengalami konflik internal dalam diri

Belva merasa senang ketika dirinya lolos SBMPTN – bahkan dengan nilai yang bagus. Sayangnya, ketika mengikuti masa perkuliahan di Jurusan Ilmu Komunikasi Unair selama dua tahun, ia mulai resah dengan kebebasan yang diinginkan.

Menginjak usia remaja Belva kerap mengalami konflik internal dalam dirinya. Ada masa ketika dirinya merasa dekat dengan masalah spiritualitas, di mana ia merasa apa yang dipelajari selama ini mulai dari pengalaman, perasaan, maupun pengamatan pribadinya sudah berbeda.

“Rasanya tidak enak dan saya tidak bisa menggambarkan perasaan itu, ” lanjutnya.

Konflik internal itu membuatnya tidak semangat mengikuti perkuliahan. Terlebih lagi, stigma dari orang-orang di sekitar membuatnya tidak nyaman. Misalnya, pendapat orang-orang tentang cara berpakaiannya yang dianggap sudah jauh berbeda dengan nilai agama. 

“ Aku bisa melihat bahwa itu akan lebih sulit kalau di Surabaya dengan banyak teman SMA aku. Aku ingin sesuatu yang segar,” katanya.

Lingkungan beracun

Selama kuliah dan berada di sebuah organisasi, Belva merasa lingkungannya sudah beracun . Beberapa kali dia melihat teman-temannya bergosip di belakang. Kesenjangan sosial dalam pergaulan pun semakin tinggi. Sementara, ia menginginkan lingkungan dengan pemikiran yang luas, terbuka, dan dinamis.

“Jadi yang oke atau keistimewaan makin percaya diri, yang belum malah makin minder ,” ujarnya.

Dia sendiri merasa tidak berada dalam lingkungan istimewa, sehingga rentan di- bully . Alih-alih, menghakimi hidup orang lain Belva ingin mencari lingkungan yang bisa membuatnya optimis dan bertumbuh. Mempelajari soal mimpi-mimpi atau tujuan di masa depan.

“Suatu hari aku pernah duduk sama dengan lingkaran istimewa. Dan mereka benar-benar membicarakan orang . Dan aku merasakan energi mereka yang rendah , ”dia.

Oleh karena itu, dia berpikir ulang untuk mencari lingkungan yang baik. Hal pertama yang dia lakukan adalah mengenali dirinya sendiri dan apa yang dia mau. Selama ini, jauh dari dalam lubuk jantung dia ingin merantau ke Jakarta dan kuliah di Universitas Indonesia (UI).

“Dari segi ‘jiwa’, aku lebih dinamis, terbuka , dan ambis, itulah kenapa aku lebih memilih hidup di Jabodetabek,” ucapnya.

Alasan pindah ke Jakarta

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 12 Februari 2025 oleh

Tags: kehidupan jakartamahasiswa uiSurabayatoxic relationshipunair
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO
Sosok

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Job fair untuk penyandang disabilitas di Surabaya buka ratusan lowongan kerja, dikawal sampai tanda tangan kontrak MOJOK.CO
Aktual

Menutup Bayangan Nganggur bagi Disabilitas Surabaya: Diberi Pelatihan, Dikawal hingga Tanda Tangan Kontrak Kerja

26 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.