3 Rokok Murah Lokal Nganjuk yang Selamatkan Ekonomi Perokok Kantong Cekak, Tak Sampai Rp10 Ribu Sudah Enak

rokok murah nganjuk.mojok.co

Ilustrasi rokok murah masih ada di tengah kenaikan cukai (Mojok.co)

Di Nganjuk, masih ada beberapa merek rokok lokal yang menjadi pilihan bagi mereka yang memiliki cuan terbatas. Meskipun harganya lebih terjangkau, rasa yang ditawarkan pun tidak kalah dengan merek-merek rokok lainnya. Dan yang terpenting, legal dengan cukai.

***

Beberapa hari lalu saya iseng menghampiri Tobeko, salah satu toko tembakau di Jogja, untuk mencari rokok murah asal Nganjuk yang biasa saya konsumsi di kampung halaman. Namun saya tak menemukan satu pun rokok yang saya cari di sana.

Ada tiga jenis rokok murah yang sering saya temui di tongkrongan ketika di Nganjuk. Rokok ini buatan pabrik lokal. Dengan harganya yang lumayan murah juga. Setiap kali saya nongkrong, teman-teman saya selalu membawa rokok ini untuk menemani obrolan sampai larut malam. Hampir semua yang saya tanyai punya alasan yang sama: tak punyai uang lebih untuk rokok yang mahal.

#1 Duta

Saya sendiri merasakan bagaimana Duta menyelamatkan dompet saya sebagai mahasiswa yang merokok. Sebelum merantau ke Jogja, saya pasti menyempatkan diri mampir ke toko kelontong untuk membeli rokok Duta.

Duta sendiri menawarkan 2 jenis rokok kretek, filter SKM dan non filter SKT. Untuk harga Duta non filter, per Juni 2024 lalu dibanderol hanya Rp5 ribu per bungkus. Lalu untuk harga filter, di toko kelontong dapat dibeli dengan harga kisaran Rp20 ribuan saja per bungkus.

Prastowo (22) mengaku sudah mengonsumsi rokok ini sejak berdirinya pabrik rokok Duta, yakni PT Rimba Damai Sejahtera (RDS) pada tahun 2023. Karena pekerjaannya menjadi sopir, ia jadi boros soal rokok. Paling minimal dua bungkus rokok atau 20 batang perhari.

“Saya memilih rokok Duta karena harganya murah, dan isinya banyak. Kalau beli ke satpam pabriknya langsung, cuma Rp18 ribuan perbungkus dengan isi 20 batang,” pungkas Prastowo saat Mojok hubungi pada Senin (12/8/2024) malam WIB.

Selain itu, Prastowo juga menjelaskan ada tiga varian rasa filter: Duta Bold, Duta Red, dan Duta Blue. Lalu yang paling menjadi favoritnya adalah Duta Bold, yang Prastowo akui rasanya mirip-mirip Surya Pro Mild. Lalu untuk varian non filter, Prastowo mengaku tak terlalu sering membelinya. Hanya jadi opsi ketika dompetnya mulai menipis.

#2 Mangga Gandeng

Rokok murah kedua ini adalah rokok legendaris di Nganjuk. Rokok SKT pabrikan dari PR. Mangga Gandeng ini sudah belasan tahun menjadi andalan rokok produk lokal di sana. Namun, Mangga Gandeng hanya mengeluarkan produk kretek non filter.

Saya bertemu dengan Jhohan (21) mahasiswa di Nganjuk yang sudah mengonsumsi rokok ini sejak beberapa tahun belakangan. Ia mengaku harus mengatur keuangannya untuk biaya kuliahnya, sehingga mau tak mau harus memilih rokok dengan harga yang murah.

“Mangga Gandeng ini cuma Rp9 ribu saja, tapi rasanya kayak samtek (sampoerna kretek),” ungkap Jhohan saat Mojok wawancarai pada Senin (12/8/2024) sore WIB.

Di sisi lain, Saiful (52) warga asal Nganjuk juga mengaku sejak lama menjadikan rokok Mangga Gandeng sebagai alternatif karena dinamika rokok yang semakin mahal. Apalagi dengan pekerjaannya sebagai penjual martabak keliling yang penghasilannya tidak seberapa. Ia juga harus memberi uang saku anaknya yang sedang kuliah di Surabaya.

“Saya kan perokok berat, kalau beli yang agak mahal, nanti anak saya jadi nggak bisa untuk kebutuhan. Belum lagi memberi saku anak saya (kuliah) di Surabaya,” ungkap Saiful kepada Mojok, Senin (12/8/2024).

Setiap hari Saiful setidaknya menghabiskan dua bungkus rokok atau 24 batang. Karena harga rokok makin mahal, akhirnya ia memutuskan menjadikan Mangga Gandeng sebagai rokok utama yang ia konsumsi tiap hari.

#3 Roekoen

Satu lagi rokok Nganjuk yang menjadi favorit adalah Roekoen. Berbeda dari sebelumnya, rokok kretek ini saya sering menemukan di luar Nganjuk. Rokok ini diproduksi oleh PR Putra Mandiri. Rokok ini hanya memiliki satu varian, yakni filter SKM.

Habib (21) pemuda asal Nganjuk mengaku sudah sejak tahun 2020 menjadikan Roekoen sebagai rokok utama. Dengan bangga ia menceritakan pengalamannya sebagai pecinta produk lokal Nganjuk. Bermula dari temannya yang merekomendasikan ketika awal pandemi. Hingga sampai saat ini ia menjadikannya sebagai rokok utama.

“Udah 4 tahun konsisten (konsumsi) rokok Roekoen sejak harganya Rp13 ribuan, sekarang naik Rp3 ribu. Karena rasanya cocok, apalagi kalau disandingkan sama kopi,” pungkas Habib saat Mojok wawancarai Rabu (14/8/2024) malam WIB.

Ia mengatakan dengan merogoh koceh Rp16 ribuan saja, sudah bisa mendapatkan satu bungkus Roekoen. Biasanya, satu bungkus itu ia habiskan dalam lima hari, mengingat ia juga tak terlalu sering merokok karena mulai berpindah ke rokok elektrik. Saya sendiri juga cukup sering mengonsumsi Roekoen ini. Barangkali saya juga ingin mengenalkan rokok Nganjuk ini ke Komunitas Kretek untuk direview.

Ketiga rokok murah itu tak hanya menjadi penyelamat ekonomi di Nganjuk, namun juga menawarkan rasa yang cukup nikmat. Jadi, bagi yang mencari rokok di Nganjuk dengan harga bersahabat namun dengan rasa yang tetap nikmat, tidak ada salahnya mencoba salah satu atau tiga rokok lokal Nganjuk ini.

Penulis: Muhammad Ridhoi

Editor: Hammam Izzuddin

Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Program Kompetisi Kampus Merdeka-Merdeka Belajar Kampus Merdeka (PKKM-MBKM) Unair Surabaya di Mojok periode Juli-September 2024.

BACA JUGA Indonesia Seharusnya Tak Merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia kalau Masih Punya Nurani ke Petani Tembakau dan Buruh Pabrik Rokok

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version