Menutup CherryPop 2024 dengan Seringai dan Ingatan Masa-Masa Gemar Tawuran

Ilustrasi Menutup CherryPop 2024 dengan Seringai dan Ingatan Masa-Masa Gemar Tawuran (Mojok.co/Ega Fansuri)

Sebanyak 45 band tampil di CherryPop 2024 yang digelar di Lapangan Panahan Kenari, Jogja, pada 10-11 Agustus 2024. Seringai tampil sebagai band penutup dan membawakan setlist spesial dua dekade mini album (EP) High Octane Rock (2004).

Sejak lagu pertama, tak ada penonton yang bisa anteng. Selama 45 menit penampilan, crowd surf dan circle pit mengiringi 12 lagu yang mereka bawakan.

Di antara debu yang berterbangan, muncul satu ingatan tentang masa di mana tawuran menjadi kegemaran. Dan, lagu-lagu Seringai adalah “penyemangatnya”.

Tua, muda, dan “generasi menolak tua” dalam satu lingkaran arena mosphit

Saat petikan gitar “Lycanthropia Part 1” terdengar samar-samar, saya masih berada di panggung gigs menyaksikan band punk asal Purbalingga, Sukatani. Petikan gitar yang samar-samar itu menandakan bahwa sebentar lagi Seringai bakal tampil.

Saya langsung berlari ke Cherry Stage, sumber suara tersebut berasal. Di atas panggung, kwartet asal Jakarta sudah bersiap menggebrak. 

Saat petikan gitar berhenti, riff kasar dari sang gitaris Ricky Siahaan langsung terdengar. Gebukan beat down drum dari Edy Khemod selanjutnya mengikuti. Musik yang sangat tak sopan pun langsung menghajar telinga para penonton.

Menutup CherryPop 2024 dengan Seringai dan Ingatan Masa-Masa Gemar Tawuran.MOJOK.CO
Lagu “Puritan” membuka aksi Seringai di CherryPop 2024, Minggu (11/8/2024) malam. (dok. CherryPop)

Lagu “Puritan”, yang menjadi nomor kedua di EP High Octane Rock membuka penampilan Seringai. Penonton pun langsung menggila. Saya menjadi saksi, arena moshpit tak mengenal usia. Orang tua dan anak muda sama liarnya.

Ada yang saya tahu betul baru lulus SMA. Ada yang mengaku mahasiswa. Dan, tak sedikit juga yang yang sudah berkeluarga. Yang pasti, mereka di sana punya satu tujuan: merayakan EP yang kini genap berusia 20 tahun.

“Saat lagu-lagu di ‘High Octane Rock’ direkam, kalian semua masih di berenang ke sel telur,” gurau sang vokalis, Arian, dari atas panggung. Guyon itu ditangkap oleh anak-anak muda yang memang masih balita, atau bahkan belum lahir saat EP tersebut rilis.

Giant Flag Palestina memayungi penonton di arena moshpit

Pada durasi awal penampilan, Seringai membawakan setlist dari High Octane Rock. Setelah “Puritan”, penonton makin dibuat menggila dengan nomor lain, seperti “Alkohol”, “Akselerasi Maksimum”, “Membakar Jakarta”, hingga “Lencana”.

Namun, Arian dan kawan-kawan juga membawakan track dari album lain yang selama ini jadi setlist wajib tiap konser. Seperti “Program Party Seringai”, “Dilarang di Bandung”, hingga “Tragedi”.

Uniknya, dalam lagu “Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan)”, Seringai mengganti lirik lagunya. Lirik yang harusnya “individu, individu merdeka!” diganti menjadi “Palestina, Palestina merdeka”, sebagai bentuk solidaritas atas genosida yang terjadi di Gaza.


Dalam beberapa kali penampilannya, solidaritas atas Palestina memang kerap diserukan oleh band asal Jakarta ini. Sebelum di CherryPop 2024, saya juga menyaksikan chant “Palestina, Palestina Merdeka!” ini dalam konser mereka di Madiun, bulan Juli lalu.

Namun, yang bikin menarik, giant flag berukuran lebih dari 10 meter juga ikut dikibarkan. Bendera raksasa ini sontak menutup area moshpit. Beberapa ada yang moshing di bawah bendera ini, dan sebagian lagi berputar mengelilingi. Pendeknya, aksi ini makin menambah keseruan penampilan mereka di CherryPop 2024. 

Sayangnya, aksi ini sekaligus menandakan bahwa sebentar lagi penampilan Seringai akan berakhir. Setelah lagu “Bermain Tuhan”, Arian mengucapkan speech perpisahan kepada para Serigala Militia. Malam itu, mereka menutup show dengan lagu “Selamanya”.

Lagu-lagu Seringai mengingatkan masa-masa gemar tawuran

Setelah acara berakhir, saya menemui penonton yang tadi menyapa saya di arena moshpit. Ia adalah Julian, umurnya sekitar akhir 30-an, asal Jakarta. 

Ia menyapa saya karena notice kalau kami pakai t-shirt yang sama, yakni Puppen. Kami pun melipir buat mencari minum dan mengobrol seputar hal yang kami gemari, yakni musik keras.

Ternyata pengalamannya cukup unik dan nakal. Ia mengaku masa SMA-nya pada 2008-2011 dihabiskan dengan mabuk dan tawuran antarsekolah.

“Tiap sore, di blok M, tiada hari tanpa ribut-ribut. Kami sekolah nggak bawa buku, bawanya gear sama batu,” ujarnya saat Mojok wawancarai setelah acara CherryPop 2024, Minggu (11/8/2024) malam.

Apalagi, sekolah Julian saat itu ada di Bulungan. Pada zaman dulu, GOR Bulungan–yang menjadi venue konser-konser musik keras–adalah teritori dia dan kawan-kawannya. Tiap ada acara di GOR, Julian selalu scanning keberadaan anak-anak SMA lain yang menjadi musuhnya.

“Ibaratnya di GOR itu kami cari lawan, janjian buat ribuat, nentuin lokasi. Abis itu ribut lah.”

Di masa-masa tersebut, lagu-lagu Seringai menjadi anthem tawuran bagi Julian. Bagi dia, musiknya yang enerjik sangat cocok buat meningkatkan energi buat adu jotos.

“Apalagi kalau sudah dalam keadaan mabuk. Hahaha,” kelakarnya. “Tapi itu masa muda, tiap orang punya masa kelam. Sekarang mah, nyalurin energi sama moshing aja. Kena senggol malah berkawan.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Merayakan Album Monumental yang Menemani Jatuh Bangun Hidup Anak Muda Jogja di Cherrypop Festival

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version