Kawasan yang paling berisiko kalau Waduk Mrica jebol
Banyumas menjadi kawasan yang paling berisiko jika terjadi jebol di Waduk Mrica. Luapan tidak hanya berpotensi merusak ekosistem di DAS Serayu bawah namun juga membahayakan permukiman di sekitar sungai.
“Khawatir, mbok ada kejadian (bendungan jebol) nanti terlambat,” ujar Achmad (5/9/2022) melansir Tempo.
Pihak Indonesia Power telah melakukan upaya pengurangan lumpur dari waduk. Aktivitas flushing lumpur pernah mendapat kecaman dari Bupati Banyumas lantaran mencemari hilir Sungai Serayu yang mengakibatkan kematian ribuan ikan.
Saat ini proses pembuangan lumpur telah dievaluasi sehingga tidak langsung mengarah ke hilir Serayu. Menurut pengamatan Supriono, saat ini lumpur mengarah ke wilayah Bandingan supaya tidak langsung mencemari sungai.
“Setahu saya itu sekarang lumpurnya mengarah ke Bandingan. Tadinya ikan di sungai bawah pada mati karena lumpur itu,” katanya.
Pertumbuhan ikan di keramba tidak secepat dahulu
Supriono mengaku, selain mencari ikan yang semakin sulit, budidaya keramba juga mengalami penurunan kualitas. Ia merasakan pertumbuhan ikan saat ini lebih lambat.
Menurutnya, Indonesia Power telah melakukan berbagai cara untuk menanggulangi sedimentasi. Ia juga merasa bersyukur karena mendapat izin untuk mengelola keramba di area waduk. Anak perusahaan PLN ini telah melakukan pengaturan zona bagi keramba seiring proses pengerukan lumpur yang semakin masif.
Di sekitar tempat tinggalnya, profesi nelayan di Waduk Mrica mulai ditinggalkan. Saat ini, di satu RT, ada sekitar sembilan orang yang aktif menjadi nelayan. Sebagian di antara mereka juga turut mengelola keramba untuk menambah penghasilan.
Nelayan sekaligus petani ikan lain, Siman (40) juga mengaku telah mengalami perpindahan keramba karena arahan Indonesia Power. Sebenarnya, ia menilai lokasi kerambanya saat ini terbilang kurang ideal.
“Dulu di wilayah awal pertumbuhan ikannya bagus. Di area sekarang lebih lama. Tapi perpindahan ini juga karena untuk perbaikan. Kalau sudah dikurangi lumpurnya, jadi dalam lagi waduknya, jadi enak lagi,” katanya.
Untuk mencari ikan, ia juga mengaku mulai mengalami kesulitan. Volume air berkurang akibat tingginya endapan di dasar waduk membuat kuantitas ikan merosot.
“Dulu 10 kilogram sehari sering dapat. Sekarang sekilo dua kilo saja susah,” ujarnya.
Senada, Maryuni (60) mantan nelayan yang kini fokus mengelola keramba juga mengaku merasakan lamanya pertumbuhan ikan. Dulu, 3-4 bulan ikan bisa dipanen, sekarang sampai enam bulan pun terasa sulit.
Nelayan dan pembudidaya ikan di keramba ini menjadi salah satu saksi perubahan kondisi Waduk Mrica yang semakin memprihatinkan dari waktu ke waktu. Bendungan ini menjadi bagian penting bagi aliran Sungai Serayu yang membentang dari Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, hingga Cilacap.
Erosi besar-besaran di hulu Serayu sepanjang Wonosobo dan Banjarnegara, bukan hanya berdampak pada Waduk Mrica. Namun juga menjadi bahaya bagi hilir sungai yang bermuara di Teluk Penyu ini.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Sekar Krisnauli Tandjung, Ujung Tombak Golkar Solo yang Sudah ‘Beringin’ Sejak Dini