Banyak yang menyangsikan fungsi tukang parkir di ATM dan minimarket seperti Indomaret dan Alfamart. Kendaraan yang hanya berhenti tak sampai sepuluh menit dan tidak ditata saja harus bayar.
***
Dalam sehari, orang yang punya pekerjaan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain harus menghadapi banyak tukang parkir. Di beberapa lokasi, keberadaan mereka terasa perlu. Namun, seringnya seperti nggak ada fungsinya.
Farras (25), seorang pekerja di Jogja mengeluhkan terlalu banyak keberadaan tukang parkir yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Sehari-hari, ia bekerja sebagai marketing sebuah produk. Pekerjaan ini menuntutnya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
“Istilahnya itu canvasing. Ya keliling ke tempat-tempat calon customer,” katanya.
Tugas itu yang membuatnya harus berkeliling untuk sekadar mendapat kontak dan membuka komunikasi dengan calon pelanggan. Hal itu ia lakoni dari Senin sampai Jumat pada pukul 09.00 sampai 17.00.
Saat itulah, seringkali ia harus mampir ke berbagai tempat seperti ATM hingga minimarket seperti Indomaret dan Alfamart. Mampirnya kadang tak sampai lima menit namun ia harus merogoh uang lebih untuk membayar jasa yang tidak ia butuhkan.
“Walaupun uang kecil tapi kalau terus menerus ya lumayan. Terlebih, aku nggak ngerasa perlu untuk membayar,” ujarnya.
Pengalaman pahit bersama tukang parkir ATM
Pernah, suatu kali ada pengalaman kurang menyenangkan yang membuat pandangan Farras tentang tukar parkir ATM jadi bertambah miring.
Saat itu ia sedang mengambil uang di sebuah ATM bank swasta di Jalan Magelang. Ia sedang tidak memegang uang kecil.
Sehingga, saat keluar, ia berusaha merogoh dashboard motor maticnya dan menemukan beberapa uang koin. Seingatnya, ada satu pecahan Rp500 dan tiga koin Rp200.
“Ya aku langsung kasihkan saja sambil jalan,” katanya.
Namun, baru saja motor bergerak perlahan, tukang parkir itu memanggil dan menyuruhnya berhenti. Farras bertambah kaget saat lelaki dengan rompi oranye itu mengulungkan kembali uang receh yang ia berikan tadi.
“Mas, ini, nggak usah ngasih kalau begini. Bilang aja kalau nggak ada uang,” kata Farras menirukan ucapan tukang parkir tersebut.
Ia heran, saat ini sebagian tukang parkir sudah enggan menerima uang Rp1000. Ada yang masih menerima namun perlakuan yang mereka berikan akan berbeda dengan pengendara yang memberi Rp2000 atau lebih.
Pekerja Jogja lain, Taufik (24) juga mengaku kewalahan dengan semakin banyaknya tukang parkir di berbagai tempat. Menurutnya, selama kendaraan hanya berhenti sebentar fungsi petugas jadi tidak diperlukan.
“Urusan begini kayanya terjadi di seluruh Indonesia. Di Jogja begitu, saat pulang ke kampung halaman di Medan juga rasanya kok di mana-mana kudu bayar parkir,” keluhnya.
Baca halaman selanjutnya…
Parkir minimarket seperti Indomaret yang nggak banyak fungsinya
Parkir minimarket seperti Indomaret yang nggak banyak fungsinya
Mirip dengan ATM, biasanya orang hanya singgah sebentar ketika sedang menuju Indomaret atau Alfamart. Transaksinya pun tidak selalu banyak. Terkadang tak sampai Rp5.000 karena hanya ingin membeli air mineral untuk melepas dahaga di tengah siang.
Namun, sekarang beberapa minimarket juga dijaga oleh para tukang parkir. Hal ini membuat sebagian pelanggan merasa dirugikan.
Tasya Andini (22) mengaku keberatan jika harus mengeluarkan uang nyaris setengah dari nilai transaksinya di minimarket. Bayangkan, beli air mineral Rp4.000 namun harus mengeluarkan parkir Rp2.000. Tak heran, ia mengaku sering memilih langsung melenggang ketika ada tukang parkir di tempat semacam itu.
“Terutama kalau memang motor tidak ditata dan mereka cuma datang pas aku selesai belanja,” keluhnya.
Sayangnya, sesekali Tasya pun harus rela mengeluarkan uang. Sebab, meski sudah niat ingin langsung melenggang, tukang parkir menghampiri dan langsung menagih dengan nominal tertentu. Terutama jika berada di minimarket yang jarang ia kunjungi sebelumnya.
“Kalau di Indomaret dekat kosku, tukang parkirnya sepertinya sudah paham kalau aku langsung pergi begitu saja. Soalnya ya aku sering kesitu karena ada ATM. Jadi cuma ambil uang,” tuturnya.
Keberadaan petugas parkir di minimarket memang mengundang pro dan kontra. Ketua Indonesia Parking Association, Rio Octaviano pernah mengungkapkan ada beberapa model pengelolaan parkir di minimarket.
Pertama, apabila pihak minimarket adalah pemilik lahan dan memberikan wewenang pengaturan parkir kepada pihak lain maka terhitung sah. Selain itu, jika pengelolaan parkir berada di bawah pemerintah daerah juga masih sesuai prosedur. Namun, apabila tidak termasuk keduanya bisa terhitung parkir ilegal.
“Apabila ini adalah pungutan liar, sudah masuk ke ranah kriminal umum. Hal ini menjadi kewenangan kepolisian (untuk menindak),” kata Rio melansir Kompas.com.
Tidak yakin dengan peran penjagaan para petugas parkir
Sebagian orang mengaku tidak yakin dengan peran tukang parkir dalam menjaga keamanan. Farras misalnya, menganggap para petugas ini ya tugasnya hanya menata kendaraan dan membantu pengendara menyeberang jalan saja. Tugas yang kadang tidak mereka lakukan saat di ATM maupun minimarket.
“Kalau ngomong mereka ikut menjaga, sekarang misal di ATM dan Indomaret itu ada banyak CCTV. Kita juga berhenti nggak sampai sepuluh menit jadi bisa mengawasi,” katanya.
“Selain itu belum tentu juga mereka ini mau bertanggung jawab misal motor kita jatuh di tempat parkir atau lecet karena kesenggol kendaraan lain,” imbuhnya.
Belum lagi, jika ada barang hilang di area parkir. Ia mengaku tidak yakin dengan para petugas yang bahkan tidak melayani dengan karcis resmi.
Di sisi lain, Farras juga paham bahwa urusan perparkiran adalah persoalan pelik. Ada banyak pihak yang terlibat dalam roda bisnis dengan perputaraan uang lumayan menjanjikan tersebut. Sehingga, berhadapan dengan tukang parkir ATM dan Indomaret, ia hanya bisa belajar ikhlas.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Mencari Tempat Parkir di Jogja yang Tarifnya Rp1.000
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News