Di Kudus, Sampah Tak Berharga Bisa Diubah Menjadi Uang dan Emas

Ilustrasi - Di Kudus, Sampah Tak Berharga Bisa Diubah Menjadi Uang dan Emas (Mojok.co/Ega Fansuri)

Pagi itu, Indah Nuryati (60) datang ke Bank Sampah Muria Berseri, Kabupaten Kudus, dengan senyum di wajahnya. Tangannya tak kosong, ia membawa beberapa karung berisi botol plastik, tumpukan kardus, dan kaleng bekas. 

Di sana, ia disambut oleh kesibukan para pengelola yang sedang menimbang dan mencatat setoran warga lain. Sampil tergopoh-gopoh, Indah bercerita setiap botol dan tumpukan kardus yang terlihat tak berharga itu, bisa ditukar menjadi pundi-pundi rupiah.

“Dulu, tidak ada orang yang peduli dengan sampah,” kenang Indah, bercerita kepada Mojok, Rabu (16/7/2025) pagi.

Indah bercerita, Kudus, khususnya di kawasan Perumahan Muria Indah, darurat sampah pernah melanda. Penumpukan sampah terjadi di mana-mana, pinggir jalan, selokan, bahkan di halaman rumah. Bau menyengat tak terhindarkan.

bank sampah.MOJOK.CO
Potret Bank Sampah Muria berseri di Kayuapu Kulon, Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. (Mojok.co/Eko Susanto)

Namun, sejak adanya bank sampah ini, bagi Indah, sampah-sampah itu bukan lagi tumpukan masalah, melainkan kepingan-kepingan rupiah.

“Sekarang orang jadi peduli dengan sampah, soalnya ada harganya,” katanya.

Bank Sampah, Solusi Atasi Krisis Sampah di Kudus

Seperti yang Indah jelaskan, Kabupaten Kudus pernah punya masalah serius soal sampah. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan sampah yang melanda, Bank Sampah Muria Berseri pun didirikan pada tahun 2012 di kawasan Desa Gondangmanis.

Potret ibu-ibu pengelola Bank Sampah Muria Berseri, melayani nasabah yang tengah menabung sampah, Rabu (17/7/2025). (Mojok.co/Eko Susanto)

Sejak awal, bank sampah ini beroperasi dengan mengumpulkan sampah anorganik yang dihasilkan oleh warga. Seperti plastik, kertas, dan logam, yang kemudian dijual ke pihak ketiga.

Pada awal operasionalnya, proses pendataan masih dilakukan secara manual menggunakan buku besar dan buku tabungan sampah milik nasabah. Penghitungan tabungan juga dilakukan secara manual, mendata satu per satu sampah yang masuk. 

Kemunculan bank sampah ini menjadi harapan baru bagi warga. Paling tidak bagi Indah sendiri, ia tak bingung lagi soal sampah di rumahnya

“Awalnya saya ragu, masa iya sampah bisa jadi duit,” kenangnya sambil tersenyum. “Tapi satu per satu tetangga pada nabung, saya ikutan juga karena penasaran. Setelah adanya sosialisasi soal keuntungan yang bisa didapatkan, sekarang hampir semua warga sini jadi nasabah.”

Bank Sampah Muria Berseri beroperasi setiap hari Rabu dan Minggu, dari pukul 09.00 hingga 11.00 pagi. Mojok mendatangi lokasi ini saat jam operasional baru saja buka. Beberapa warga, termasuk Indah, sudah ramai mengantre untuk menabung.

Seorang perempuan tua sedang menabung sampah yang ia bawa. Ia menabung kardus yang per kilogramnya memiliki nominal Rp1.800. Foto diambil pada Rabu (17/7/2025). (Mojok.co/Eko Susanto)

Nasabah Bisa Menabung Sampai Rp1 Juta selama 6 Bulan

Pagi itu, Indah menyetorkan sampah yang telah ia kumpulkan. Tangannya membawa 0,7 kg plastik kresek, 1,1 kg kaleng bekas, 1,8 kg dupleks, 5 kg kardus, dan 1,3 kg botol plastik. Masing-masing item punya harga yang berbeda. 

Misalnya kardus harganya Rp1.800 per kg, sedangkan botol plastik lebih mahal, Rp4.500 per kg. Dari setoran hari itu, Indah berhasil mengumpulkan sekitar Rp15.000. 

“Ini bukan soal nominalnya,” katanya. “Ini soal usaha dan kesadaran untuk mengurangi sampah yang menumpuk.”

Seorang pria tua sedang membawa kardus ke Bank Sampah Muria Berseri untuk ditabung, Rabu (17/7/2025). (Mojok.co/Eko Susanto)

Usaha seperti yang dilakukan Indah adalah bagian dari sistem yang terus memotivasi nasabah. Pihak Bank Sampah Muria Berseri secara berkala menempelkan daftar 10 nasabah dengan tabungan terbesar. 

Selama setahun, “pemecahan” tabungan dilakukan sebanyak dua kali. Pada periode Januari-Juni 2025, nasabah atas nama Hani Sulistyowati menjadi penabung terbanyak dengan saldo mencapai Rp1.243.500.

Tak Cuma Uang, Sampah Bisa Ditukar dengan Emas

Melihat potensi tersebut, pihak pengelola Bank Sampah Muria Berseri punya ide cemerlang. Para nasabah, tak cuma bisa mendapatkan keuntungan berupa uang tunai dari sampah yang mereka setor, tapi juga emas. Sejak 2018, bank sampah ini menjalin kolaborasi dengan Pegadaian Kudus.

“Kalau cuma ditukar uang tunai, biasanya langsung habis, Mas. Makanya, kami berinovasi dengan emas. Kalau ditabung jadi emas ‘kan nilainya stabil dan bisa jadi investasi juga,” ujar Siti Munjayanatun, Seksi Penjualan dari Divisi Operasional Bank Sampah Muria Berseri.

Siti menjelaskan bahwa mekanismenya sangat sederhana. Nilai rupiah dari sampah yang disetor tidak langsung dicairkan, melainkan dikonversi menjadi saldo emas di Pegadaian. 

Sampah-sampah yang ditabung di bank sampah, tak cuma bisa ditukar dengan uang. Tetapi juga emas di Pegadaian. Foto diambil pada Rabu (17/7/2025). (Mojok.co/Eko Susanto)

“Yang unik di sini Mas, nasabah bisa menabung mulai dari 0,01 gram. Saldo [emas] bisa dicetak menjadi batangan jika sudah mencapai minimal 1 gram,” jelasnya.

Nasabah juga Bisa Mendapatkan Pupuk Kompos Organik Gratis

Tak cuma emas, para nasabah yang rajin menabung juga bisa mendapatkan pupuk kompos organik jika mereka memerlukan. Siti menjelaskan, pupuk kompos ini merupakan pemberian Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) yang memiliki program pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.

“Kalau di sini Mas, sampah anorganiknya kita tabung ke bank sampah jadi uang. Sedangkan yang organik, diambil sama Djarum Foundation buat diolah jadi kompos, warga bisa mendapatkan komposnya jika memerlukan,” kata dia.

“Warga sudah cerdas buat memilah yang organik dan anorganik,” imbuhnya.

Mojok sendiri pernah berkunjung ke Pusat Pengolahan Organik (PPO) Oasis Kretek Factory, tempat kompos-kompos itu diolah. Pantauan Mojok, di sana terdapat puluhan ton sampah organik mulai dari sisa makanan, dedaunan, hingga rimbasan pohon yang nantinya bakal diolah menjadi kompos.

Menurut pengelola, sampah-sampah organik ini disetorkan dari rumah tangga, rumah makan, sekolah, hotel, pasar, bahkan pondok pesantren, yang menjadi mitra Djarum Foundation. Setelah disetor, pengelola kemudian mencacah menggunakan mesin modern dan mencampurnya dengan bakteri baik agar berubah menjadi pupuk organik.

Pupuk organik itulah yang nantinya akan diberikan kepada masyarakat Kudus yang membutuhkan. Termasuk para nasabah Bank Sampah Muria Berseri.

Potret seorang ibu rumah tangga membawa sampahnya ke Bank Sampah Muria Berseri untuk ditabung, Rabu (17/7/2025). (Mojok.co/Eko Susanto)

Dampak Nyata Bank Sampah pada Lingkungan dan Komunitas

Siti pun mengaku senang karena kesadaran warga, khususnya terkait pemilahan sampah, mulai tumbuh. Animo warga untuk menabung juga makin menggeliat. Terbukti, kini Bank Sampah Muria Berseri memiliki lebih dari 500 nasabah.

“Ya, namanya orang menabung. Ada yang rajin, ada juga yang jarang-jarang. Ada juga yang jarang banget menabung, sekalinya setor banyak sekali, Mas.”

Dampaknya pun terasa signifikan. Bagi Siti, program ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga membantu pemerintah dalam upaya mengurangi volume sampah. 

Salah satu keberhasilan ini, dibuktikan dengan apresiasi dari Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Sten Frandsen. Ia memuji pengelolaan sampah di Kudus dan kagum dengan inisiatif Bank Sampah Muria Berseri yang berhasil membuat warganya sukarela menyetor sampah. berbeda dengan di negaranya di mana masyarakat harus membayar untuk membuang sampah. 

“Kami ingin membuktikan bahwa sampah bukanlah barang tak berguna. Di tangan yang tepat, sampah bisa menjadi emas,” tutupnya.   

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Bank Sampah yang Memberikan Kesempatan Kedua pada Sampah atau liputan Mojok di rubrik Liputan.

Exit mobile version