Menyaksikan langsung tari perut di Turkiye membuka mata saya tentang tarian yang katanya erotis ini. Di negeri yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan ini juga sangat mudah menemukan minuman beralkohol.
***
Soleman (45) keluar dari Ford Ranger dengan tergopoh. Hari itu (19/5/23) dia berencana mengajak saya melihat tari tradisional Turkiye di Cappadocia (Turki secara resmi mengubah nama negaranya menjadi Turkiye). Awalnya, kami akan berangkat pukul enam sore waktu setempat. Namun, Soleman yang sudah menjadi toure guide di Cappadocia selama lebih dari sepuluh tahun terlambat tiga puluh menit.
“Sorry, mobilnya tadi mogok,” Soleman meminta maaf sambil menyodorkan satu botol anggur bertuliskan Kocabağ. “Untuk oleh-oleh temanmu di Indonesia,” katanya menambahkan.
Cappadocia terkenal dengan wine-nya
Meskipun mayoritas (sekitar 98%) penduduk Turkiye adalah muslim. Namun, menemukan minuman keras di negerinya Recep Tayyip Erdogan ini mudah sekali. Di Turkiye, minimarket dan swalayan bebas menjual minuman beralkohol. Khusus di Cappadocia, wine (terutama red wine) menjadi salah satu oleh-oleh khas yang banyak menjadi incaran wisatawan.
Dua merek wine yang terkanal adalah Kocabağ dan Turasan yang sudah berdiri sejak tahun 1943.
“Kocabağ menyediakan tur anggur, kamu bisa melihat proses pembuatan anggur di sana. Tempat itu banyak didatangi wisatawan karena proses pengolahan anggurnya ramah lingkungan, kalau tertarik besok saya antar ke sana?” Soleman memberi usul.
“Lihat besok,” jawab saya, sambil tetap mengikuti langkah kaki Soleman menuju mobil yang akan mengantarkan kami ke Evranos, restoran di Cappadocia yang terkenal di kalangan wisatawan. Selain menyediakan makanan lezat khas Turkiye, Evranos juga menawarkan hiburan berupa tari tradisional, termasuk tari perut (belly dance).
Cappadocia, Land of Fairy Chimneys
Kurang dari dua puluh menit, mobil yang saya tumpangi dengan Soleman tiba di depan Evranos. Restoran ini memiliki desain khas Cappadocia. Bangunannya terbuat dari batu alami yang dilubangi dan dibentuk menjadi beberapa ruangan untuk menjamu para tamu. Masuk ke dalam Evranos terasa seperti berada di dalam gua.
Berkunjung ke Cappadocia memang akan membuat siapapun merasa sedang berada di dunia lain. Di sini, banyak restoran, rumah, dan hotel yang berada di dalam batu. Bukan menata batu menjadi rumah ya, melainkan batu alami berukuran besar yang sengaja dilubangi untuk menjadi tempat tinggal. Bentuknya menyerupai gua dan cerobong. Itulah sebabnya, Cappadocia yang berada di provinsi Nevşehir, juga memiliki julukan Land of Fairy Chimneys (cerobong peri). Pola bangunannya yang unik dan alami membuat UNESCO menempatkan daerah ini sebagai salah satu warisan dunia.
Kebab tembikar, menu andalan di Cappadocia
Interior Evranos bernuansa timur tengah dengan hiasan dinding yang terbuat dari kayu, kursinya dibuat dari pahatan batu dengan bantal di atasnya.
Seorang penari perempuan dengan pakaian motif bunga-bunga membuka panggung hiburan di Evranos. Di tangannya terselip rebana. Sang penari tampak percaya diri melakukan gerakan berputar berlawanan jarum jam dengan iringan musik khas Timur Tengah yang memadukan seruling, bass, akordion, gendang dan biola.
Di saat pengunjung asik menikmati tarian. Beberapa pelayan dengan kostum resmi (setelan jas) terlihat sibuk mengantarkan makanan. Ada yogurt, sayuran, kumpir, serta wine, dan minuman berkarbonasi.
“Kamu harus mencoba kebab pottery, menu khas di sini,” Soleman memberi saran.
Di Indonesia ada banyak penjual kebab. Akan tetapi, kebab Cappadocia berbeda. Kebab pottery atau kebab tembikar (pot) adalah kebab yang memasaknya ada di dalam pot. Jadi, mereka memasukan daging kambing yang sudah berbumbu ke dalam tembikar, kemudian membakarnya.
Ketika sudah matang, tembikarnya harus kita ketok-ketok dengan sendok untuk membuka penutupnya. Daging yang berada di dalamnya kemudian di tuang ke piring yang akan menjadi lauk dari nasi dan sayuran.
Sungguh pengalaman makan kebab yang unik. Rasa kebabnya pun enak, aroma daging bakarnya lebih keluar dengan bumbu yang terasa gurih dan sedikit asam.
Tari perut, erotis atau biasa saja?
Di saat perut saya sudah mulai kenyang, kira-kira satu jam setelah saya duduk di atas kursi batu. Sosok yang saya tunggu-tunggu (baca: penari perut) akhirnya muncul dari balik pintu.
Mula-mula sang penari menyapa kami dengan ramah dan pengunjung menyambutnya dengan tepuk tangan meriah. Pakaian penari perut memang semi terbuka, hanya menggunakan bra berwarna ungu dan rok panjang dengan belahan sampai ke atas paha. Bagian perut jelas terbuka, namanya juga tarian perut. Akan tetapi, jika Anda berpikir tari perut berfokus pada erotisme semata, bersiaplah kecewa.
Secara gerakan, tarian ini memang memperlihatkan dan menekankan goyangan pada bagian perut dan pinggul. Namun, kesan yang ditampilkan penarinya tidak sensual, justru komedi. Penari perut dalam beberapa kesempatan berusaha membuat kami tertawa dengan mengajak salah satu pengunjung menirukan gaya menarinya.
Penari perut juga bukan perempuan berusia muda dengan wajah mempesona tanpa kerutan muka. Sebaliknya, sang penari adalah sosok berusia 50-an tahun. Parasnya tetap terlihat cantik di usia yang tak lagi muda. Namun, aura genit, sensual, dan menggoda yang kerap digambarkan orang Indonesia pada sosok penari perut tidak ada.
Tari perut awalnya ritual keagamaan
Mengutip World History of The Dance by Etan J. Tal. Dalam sejarahnya, tarian perut digunakan untuk ritual keagamaan, dilakukan oleh masyarakat yang mempercayai garis keturunan ibu (matriakal) untuk menyembah Dewi Bumi. Perut dalam tarian ini merupakan simbol jantung kehidupan dan gerakannya yang berputar melambangkan proses kelahiran.
Berdasarkan penuturan Soleman, tari perut di Turkiye juga tampil pada upacara pernikahan, kelahiran bayi dan ulang tahun anak “Di Turkiye tarian ini ada di banyak upacara. Di kapal-kapal yang ada di Bosphorus, Turkish dance (baca: tarian perut) dibuka dengan tari sufi yang sakral,” kata Soleman.
Di Turkiye, penarinya adalah perempuan yang sudah berumur. Tak jarang, penarinya pun memperlihatkan bentuk perut yang tidak ideal (gendut dan bergelambir). Jika memang tarian perut sensual, sudah tentu penarinya akan memiliki standar tubuh ideal dan menarik, alih-alih menggunakan penari yang usianya tak lagi muda.
Selain terkenal dengan tari perut, Turkiye juga masyur dengan tari sufi. Berbeda dengan tarian perut yang penarinya perempuan. Yang melakukan tari sufi umumnya laki-laki. Tarian sufi pertama kali diperkenalkan oleh Jalaludin Rumi sebagai bentuk tasawuf (mengingat dan memuji Allah). Namun, untuk melihat tarian sufi yang authentic dan ikonik, saya harus ke Konya (Turkiye Selatan). Di sana ada museum sekaligus makam Jalaludin Rumi.
Menerjemahkan raqs sharki menjadi tari perut kurang tepat
Sebagian besar literature menyebutkan tarian perut berasal dari Mesir. Kemudian dibawa ke negeri-negeri Arab, juga Turkiye. Di era modern, tarian perut sangat terkenal terutama di Mesir dan Turkiye.
Di Mesir tari perut banyak tampil untuk hiburan di sekitar sungai Nil. Sedangkan di Turkiye tarian perut juga menjadi hiburan wajib di kapal wisata (Bosphorus cruise) yang berlayar di selat Bosphorus. Kalau kita di Bosphorus naik kapal ekonomi memang tidak ada hiburan. Tari perut hanya dipertunjukkan di kapal premium atau kelas satu.
Di negeri-negeri Arab, tarian yang kita kenal dengan nama tarian perut disebut raqs sharqi.
Mengutip buku Anthropology of The Arabs, coretan-coretan etnografis dari Beirut, karya Hajriyanto Y Thohari. Raqs sharqi dalam bahasa Arab artinya tarian dari timur (The dance from The East). Timur yang dimaksud adalah Arab. Jadi, terjemahan bebas untuk raqs sharqi adalah tari Arab, yang asalnya dari Mesir.
Lantas, kenapa orang Indonesia menyebutnya tari perut? Masih merujuk dari Anthropology of The Arabs, tari perut merupakan terjemahan langsung dari Bahasa Inggris dance belly. Orang Inggris juga biasa menyebutnya abdominal dance yang berarti tari seputar perut.
Padahal, jika merujuk pada bahasa aslinya yaitu Arab, sama sekali tidak ada kata perut dalam raqs sharki. Bahasa Arabnya perut adalah buthun atau bathn.
Menerjemahkan raqs sharqi menjadi dance belly dan kemudian tari perut meskipun kurang tepat, namun cukup wajar, mengingat raqs sharqi dari awal hingga akhir memfokuskan gerakannya pada area sekitar perut, pinggul dan sedikit goyangan pada dada.
Hanya saja, kalau tarian ini menampilkan sosok perempuan dengan perut terbuka dan meliuk-liuk bersama ular seperti yang sering kita lihat di film horor Indonesia zaman dulu. Nah, itu yang keliru.
Reporter: Tiara Uci
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Menengok Bunda Maria, Yesus, Kaligrafi Allah dan Muhammad di Masjid Hagia Sophia
Cek berita dan artikel lainnya di Google News