Tak banyak mengubah cita rasa dari resep aslinya
Bagi beberapa pelanggan, yang menjadi pembeda antara Tahu Teck-Teck Haji Ali dengan tahu tek lain adalah pada petisnya.
Umumnya tahu tek memiliki rasa bumbu kacang yang lebih dominan, meskipun sudah dicampuri dengan bumbu petis. Namun bumbu petis di warung Tahu Teck-Teck Haji Ali disebut lebih terasa, tapi juga tak terlalu nyethak di lidah.
“Itu karena petisnya diolah lagi. Petis yang beli dari pasar diolah lagi pakai bumbu warisan abah. Itu yang membuat rasa petisnya jadi beda,” jelas Pak Fattah.
Kalau menurut saya pribadi, sepertinya campuran bumbu petis dan kacangnya lebih kental dari tahu tek di tempat-tempat lain yang pernah saya coba sebelumnya.
Sehingga sepintas terlihat seperti hanya sajian bumbu petis di atas piring. Ditambah lagi taburan krupuk udangnya cukup melimpah, sampai tak terlihat kalau di bawahnya ada potongan lontong, tahu, dan telur.
Sementara sepanjang pengalaman saya makan tahu tek, biasanya campuran bumbu petis dan tahunya itu masih agak encer. Kurang lebih seperti bumbu pecel. Sehingga saat diguyurkan tak serta merta menutupi olah-olahan yang lain.
“Kalau bumbu nggak ada yang diubah atau ditambahi. Masih pakai resep abah. Satu-satunya tambahan hanya telur dadar, itu usulan konsumen buat jadi pelengkap,” ucap Pak Fattah.
Pak Fattah mengaku tak berani mengotak-atik resep peninggalan abahnya. Bahkan ia pun tak berani buka cabang, karena hal tersebut tidak dikehendaki oleh Haji Ali.
“Dulu pernah bilang, bagaimana kira-kira kalau buka cabang. Tapi kata abah nggak usah. Prinsipnya abah itu yang penting cukup. Kalau dari satu warung ini cukup ya sudah. Sampai sepeninggal abah pun tetap nggak buka cabang,” bebernya.
Buka selama setengah abad bukan berarti Tahu Teck-Teck Haji Ali selalu berjaya. Tahu Teck-Teck Haji Ali diakui Pak Fattah juga pernah terseok-seok dan berada di masa-masa terberat. Terutama pada masa krisis moneter (krismon) 1998 dan pandemi Covid-19 dalam 2 tahun terakhir.
Akan tetapi Alhamdulillahnya, kata Pak Fattah, warung Tahu Teck-Teck Haji Ali hanya seret dalam pemasukan dan itu pun masih bisa teratasi, tidak sampai terancam tutup secara permanen.
“Semoga tidak pernah ada pilihan untuk tutup. Saya sendiri berharap dari anak saya nanti ada yang mau melanjutkan, karena ini warisan keluarga yang harus dijaga,” tandas Pak Fattah dengan suara lirih yang samar-samar ditelan bising deru kendaraan.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono