Mie Yamin FIB UNAIR selalu menjadi jujukan bagi mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya sejak 1997. Nyaris kehilangan pelanggan tapi terselamatkan berkat konten viral meski ada yang coba-coba meniru.
***
Meski sudah kuliah di Surabaya pada 2021, saya baru berkesempatan berkunjung ke warung Mie Yamin FIB UNAIR pada Jumat (2/8/2024) lalu. Awalnya saya tidak tahu menahu perihal warung tersebut.
Lalu karena kerap melihat warung ini berseliweran di media sosial, saya penasaran untuk datang dan mencicipinya secara langsung. Karena konon katanya, warung Mie Yamien FIB UNAIR tersebut merupakan salah satu warung legend di Surabaya.
Lebih-lebih, ada slogan di kalangan mahasiswa UNAIR Surabaya yang menyebut “Belum anak FIB kalau belum makan Mie Yamin FIB UNAIR”. Saya yang merupakan mahasiswa FIB (jurusan Sasindo), tentu saja merasa terpanggil.
“Mie Yamin di sini emang enak, porsinya banyak, yang paling penting itu rasanya sih, ngangenin banget,” ujar Rizky (22), seorang mahasiswi yang saya temui tanpa sengaja malam itu, sekitar pukul 19.00 WIB.
“Kemarin aku libur pulang kampung, pas balik ke Surabaya langsung ke sini soalnya udah kangen sama rasanya. Apalagi ini hari Jumat, ada free es teh,” sambung perempuan ramah itu.
Warungnya terlihat kecil dengan rombong berwarna hijau yang hanya diletakkan di teras rumah. Sementara tempat makannya berada di samping rumahnya yang juga hanya sepetak kecil. Hanya tersedia beberapa kursi saja. Sehingga kalau sedang ramai, tentu kursi-kursi tersebut akan penuh. Mau tak mau ya harus nunggu para pembeli kelar makan dulu untuk gantian.
Mie Yamin FIB UNAIR kasih porsi brutal dengan harga murah
Saat berkunjung ke sana malam itu, saya memesan satu porsi mie yamin level 3. Mie Yamin FIB UNAIR sendiri menyediakan mie yamin level 1 hingga 5.
Seporsi mie yamin dibanderol dengan harga Rp15 ribu. Sedangkan untuk es teh tersedia di harga Rp3 ribu. Namun, karena saya berkunjung malam Jumat, maka saya dapat bonus es teh. Karena memang warung tersebut memberlakukan sistem free es teh tiap malam Jumat. Nanti akan saya jelaskan kenapa ada sistem free es teh tiap malam Jumat.
Tak butuh waktu lama, akhirnya seporsi mie yamin pesanan saya tersaji. Isiannya bener-bener brutal: mangkuk besar berisi mie penuh lengkap dengan pangsit rebus dan kuah terpisah. Melihatnya, kalau meminjam istilah orang Jawa, saya sudah langsung kemecer. Pengin langsung menyantapnya.
Cita rasa yang dihadirkan Mie Yamin FIB UNAIR Surabaya tersebut sangat pas. Untuk ukuran level 3, pedasnya sesuai: tidak terlalu manis tapi juga tidak pedas menyengat. Kuahnya gurih, membekas banget di lidah. Mienya pun tidak terlalu lembek.
Dari beberapa suapan pertama, saya langsung bisa menyimpulkan mengapa mie yamin legend ini berhasil membuat pelanggannya selalu kembali.
“Kalau soal porsi yang banyak, emang sengaja saya bikin begitu karena saya sudah tahu bagaimana kondisi mahasiswa (yang pas-pasan). Khususnya untuk makan sehari-hari,” ucap Hendra Sulistyo (42), pemilik Mie Yamin FIB UNAIR Surabaya saat saya wawancara selepas menandaskan semangkuk besar mie yamin yang sudah saya pesan sebelumnya.
Berjualan sejak 1997 di kawasan UNAIR Surabaya
Hendra yang merupakan warga asli Surabaya bercerita, awalnya ia berjualan di parkiran gedung Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR pada tahun 1997, persisnya di Universitas Airlangga – Kampus B Dharmawangsa, Jl. Dharmawangsa Dalam, Airlangga, Kec. Gubeng, Surabaya.
Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1998, FKH dipindahkan ke Kampus C UNAIR yang terletak di Mulyorejo.
Kemudian bekas gedung FKH dialihfungsikan sebagai gedung Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Saat gedung FIB resmi difungsikan, semua pedagang di area parkiran, termasuk Hendra, dipindahkan ke kantin FIB atau biasa disebut Pujasera yang terletak di antara Pendopo FIB dan Student Center.
Pujasera itu sendiri merupakan gedung bekas tempat praktik laboratorium mahasiswa FKH yang kemudian sejak FKH pindah dijadikan sebagai foodcourt oleh pihak UNAIR.
Nama FIB UNAIR digunakan oleh Hendra untuk nama dagangannya lantaran rombong mie yaminnya tepat di depan gedung FIB. Para pembelinya pun mayoritas dari kalangan mahasiswa FIB sendiri.
“Aku sampai inget, Mbak, muka anak-anak FIB itu yang hampir tiap hari makan mie yamin saya,” ungkapnya dengan senyum mengembang.
Terancam kehilangan pelanggan
Sepanjang 1997-2020, usaha yang ditekuni Hendra tersebut berjalan sangat lancar. Pelanggannya makin hari makin nambah. Namun siapa sangka, sama halnya dengan yang semua orang rasakan pada tahun 2020, Hendra juga terkena dampak Covid-19.
Ia terpaksa menarik rombongnya dari Pujasera untuk dipindah ke rumahnya sendiri di sebuah gang sempit di Jalan Gubeng Jaya IX No. 18 B Surabaya. Langkah tersebut ia ambil karena ia harus tetap menyambung hidup, sementara selama Pandemi Covid-19, Pujasera di UNAIR Surabaya ditutup: tidak ada aktivitas jual beli.
Akibatnya, usaha mie yamin Hendra agak morat-marit. Pembeli makin surut. Omzetnya pun turun drastis. Jadi ibaratnya nyaris kehilangan pelanggan secara total dalam waktu sekejap gara-gara Covid-19.
“Paling dalam sehari itu cuman lima sampai sepuluh porsi saja, Mbak. Ya begitu terus selama dua tahun,” kenang Hendra getir.
“Tapi saya mencoba untuk konsisten dan tidak mau menutup usaha saya ini,” tuturnya.
Gang sempit jadi penghalang
Awal 2022, saat Covid-19 berangsur mereda, ada wacana kantin UNAIR buka kembali. Namun, karena pengelolanya ganti, skema yang ditawarkan pun berbeda dari sebelumnya. Yakni, semua pedagang akan dipindahkan dalam satu gedung dan harus menyewa lapak untuk dagangannya jika ingin kembali berjualan di kantin UNAIR.
“Saya ditawarkan untuk kembali berjualan di kantin UNAIR. Saya juga datang pas diadakan rapat tentang skema terbarunya. Tapi saya nggak mau, Mbak. Karena ternyata uang sewanya mahal,” ucap Hendra dengan garis wajah penuh kekecewaan.
“Kalau di rumah kan saya nggak perlu nyewa tempat lagi. Belum lagi kalau mahasiswa libur, kantin tutup dan saya pasti harus ikutan tutup. Sementara kalau di rumah kan bisa buka setiap hari dan kapan aja,” beber Hendra.
Hanya saja, meskipun Covid-19 mulai mereda, warung Mie Yamin FIB UNAIR Surabaya milik Hendra masih sepi pengunjung. Dugaannya, banyak orang–terutama para pelanggannya dulu–belum tahu di mana tempat mie yaminnya pindah.
Selamat berkat konten mahasiswa UNAIR Surabaya
Dalam situasi sulit tersebut, Mie Yamin FIB UNAIR selamat berkat konten seorang mahasiswa UNAIR Surabaya.
Suatu hari di 2023, ada seorang mahasiswa UNAIR tetangga gang Hendra mencoba merekam dan meng-upload warung Mie Yamin FIB UNAIR melalui platform media sosial. Siapa nyana, kontennya tersebut viral.
Sejak viral itu, banyak mahasiswa mulai berdatangan. Tidak hanya untuk sekadar makan, bahkan mereka juga ikut andil memviralkan mie yamin milik Hendra.
Gayung bersambut. Sejak saat itu, Mie Yamin FIB UNAIR malah makin terkenal secara luas. Tidak hanya di kalangan mahasiswa UNAIR, tapi juga mahasiswa kampus lain dan bahkan masyarakat umum.
“Ada beberapa food vlogger juga yang datang dan viralin warung saya, sampai masuk ke akun “Kuliner Surabaya,” ucap Hendra dengan bangga.
Tetap laris meski ada yang coba tiru-tiru
Saat ini, Mie Yamin FIB UNAIR laku keras. Hendra mengaku dalam sehari ia menjual 200-250 porsi mie yamin pangsit dalam rentang waktu buka mulai jam 9 pagi hingga jam 9 malam.
Selain berjualan di pekarangan rumahnya, Hendra juga menjual mie yaminnya di platform online guna mempermudah pelanggan yang ingin makan mie yaminnya namun malas untuk mengunjunginya secara langsung.
“Alhamdulillah sekali sekarang ramai terus, apalagi sejak viral. Makanya saya bikin free es teh setiap Jumat sebagai bentuk sedekah dan rasa syukur saya,” kata Hendra.
Lucunya, di kantin UNAIR terdapat pedagang yang menjual mie yamin yang sama seperti milik Hendra. Menggunakan nama yang sama persis pula. Hal tersebut tak ayal membuat pembeli sering salah sangka: mengira kalau Mie Yamin FIB UNAIR di kantin tersebut juga merupakan milik Hendra.
Satu sisi tentu agak merugikan. Tapi bagi Hendra hal itu tidak menjadi masalah. Sebab, rasa dari mie yamin miliknya berbeda dengan mie yamin tiruan tersebut. Apalagi soal harga, warung mie yamin tiruan itu cenderung lebih mahal. Alhasil, tetap saja para pelanggan larinya ke mie yamin di rumah Hendra langsung.
Penulis: Adelia Melati Putri
Editor: Muchamad Aly Reza
Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Program Kompetisi Kampus Merdeka-Merdeka Belajar Kampus Merdeka (PKKM-MBKM) Unair Surabaya di Mojok periode Juli-September 2024.
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.