Bisa Wisuda Setelah 14 Semester Salah Jurusan di ITS, Bahagia Jadi Resah Sebab Umur Sudah Lewat Batas Banyak Lowongan Kerja

wisuda its surabaya semester 14.MOJOK.CO

Ilustrasi wisuda di ITS langsung kepikiran kerja (Mojok.co)

Perjalanan panjang kuliah di ITS Surabaya, mulai dari salah jurusan hingga drama kejar target skripsi jelang batas masa studi akhirnya berujung wisuda. Namun, lulus jelang usia genap 26 membuat resah lantaran banyak lowongan fresh graduate yang membatasi umur.

***

Sepanjang perjalanan kereta ekonomi Pasundan dari Jogja menuju Surabaya, Mabrur (25) mengaku senang sekaligus deg-degan. Sebentar lagi, ia benar-benar meninggalkan tempat kuliahnya selama tujuh tahun di ITS Surabaya.

Saking antusiasinya, ia mengaku sampai sulit tidur. Namun, tentu alasan lain mengapa ia sulit memejamkan mata karena kursi kereta ekonomi yang tak terlalu nyaman.

“Apalagi ibu-ibu di depanku beberapa kali mau muntah karena masuk angin,” kelakarnya.

Mabrur sampai Surabaya pada Jumat (19/4/2024) menjelang tengah malam. Temannya di Surabaya langsung memberikan sambutan. Ia pun langsung nongkrong hingga jelang pagi.

Tak sempat tidur lama di kos temannya, pagi harinya ia langsung pergi ke kampus untuk mempersiapkan kebutuhan wisuda yang dihelat pada Minggu (21/4/2024). Selepas itu, ajak nongkrong dan berkumpul bersama teman-temannya kembali menghampiri.

“Hari-hari itu rasanya seperti nervous sekaligus excited. Seperti anak SD yang mau study tour. Malam menjelang wisuda juga nggak bisa tidur, baru merem jam 3 pagi dan jam 6 langsung bangun dan siap-siap berangkat wisuda,” tuturnya. Mabrur adalah satu dari 1.355 wisudawan pada wisuda ITS ke-129.

Akhir penantian setelah drama tujuh tahun di Surabaya yang berawal dari salah klik

Rasa tegang sekaligus antusias itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, Mabrur telah melewati serangkaian drama dalam kehidupan kuliahnya di ITS Surabaya. Semua berawal dari salah klik saat mendaftar beasiswa.

Saat masa pemberkasan beasiswa di masa libur sekolah ia banyak tinggal di rumah. Rumahnya kebetulan berada di kawasan yang terpencil dengan jaringan internet sulit.

Masih lekat dalam ingatan, Mabrur sempat harus menunggu lama untuk mendapatkan surat rekomendasi dari sekolah untuk kebutuhan adminisitrasi beasiwa. Sambil menunggu, ia mengisi beberapa bagian dari formulir online yang bisa ia lengkapi terlebih dahulu.

Termasuk mengisi jurusan pilihan. Saat itu, ia yakin betul sudah memilih IPB sebagai destinasi studi. Namun, setelah itu ia penasaran dengan pilihan-pilihan lain yang ada di drop menu.

“Aku coba lihat-lihat pilihan lain jurusan. Sempat aku klik beberapa jurusan itu tapi akhirnya aku ubah lagi jadi di IPB,” ujarnya. Salah satu pilihan yang sempat ia klik karena penasaran adalah ITS.

Beberapa waktu berselang, saat finalisasi data, ia baru tercengang. Pasalnya, saat mencetak formulir pendaftaran untuk tes ternyata pilihan yang tertulis ITS alih-alih IPB.

Beasiswa itu sayang jika dilewatkan sehingga Mabrur memilih tetap mengikuti seleksinya. Dan ternyata, ia lolos. Jarak antara pengumungan lolos dengan daftar ulang yang singkat membuatnya tak punya banyak pilihan.

Akhirnya, ia memutuskan untuk terus kuliah di ITS. Setengah hati. Sehingga, pada lebih dari separuh masa studinya ia tidak cukup tekun mengikuti perkuliahan. Hingga proses mengerjakan tugas akhir yang kerap ia tunda-tunda.

Drama sidang hingga wisuda di ITS

Ia baru benar-benar serius mengerjakan tugas akhir saat semester 13. Momen di mana tinggal sekitar empat mahasiswa yang tersisa di Jurusan Teknik Informatika ITS.

Tugas akhirnya ia kebut dalam waktu singkat. Hampir 40 persen tugas akhir itu ia selesaikan dalam waktu satu bulan. Sampai akhirnya, ia pun bisa sidang pada Januari 2024 silam.

Saat sidang pun ada situasi unik yang terjadi. Sebagai mahasiswa tua yang teman-temannya sudah lulus dan bekerja, Mabrur menjalani sidang tanpa kehadiran pendamping.

Uniknya, ia justru tak sengaja bertemu teman seangkatan yang sudah menjadi dosen di ITS. “Ya berarti hitungannya dia bukan menemani. Lha dia juga awalnya nggak tahu kalau aku baru sidang,” kelakarnya.

Namun, baginya yang terpenting adalah bisa segera lulus. Membahagiakan kedua orang tua yang sudah lama menantikan anak pertamanya bisa menyandang gelar sarjana.

Selepas sidang, pada Februari 2024 ia kemudian berkemas barang di kos dan meninggalkan Surabaya. Baru pada April ini ia kembali untuk wisuda.

Baca halaman selanjutnya…

Bahagia berubah jadi resah di momen-momen wisuda

Bahagia dan resah pada momen wisuda

Baginya, momen wisuda terbilang menyenangkan karena bisa berjumpa beberapa teman yang sengaja jauh-jauh dari Jakarta datang ke Surabaya demi menyambanginya. Momen ini, barangkali sulit terulang kembali jika Mabrur sudah wisuda dan tak punya urusan lagi di Surabaya.

“Ada teman yang, kayaknya, terakhir aku ketemu tahun 2021 karena dia udah lulus dan kerja. Rasanya senang,” tuturnya.

Ilustrasi wisuda (Pang Yuhao/Unsplash)

Selain itu, akhirnya ia bisa mengundang orang tuanya sampai di pagi hari dan langsung pulang malam harinya dari Surabaya. Memang, alih-alih momen hari, ia melihat raut wajah kedua orang tuanya yang lelah pascaperjalanan.

“Rasanya lega. Tapi, karena lulusnya telat jadi nggak banyak jeda. Umur juga sebentar lagi genap 26 padahal banyak pekerjaan khusus fresh graduate yang membatasi umur 25,” kata lelaki kelahiran 1998 ini.

Sejak sidang, ia mengaku mulai berburu lowongan kerja. Ia sadar, ternyata ada sebagian program khusus seperti management trainee yang mensyaratkan batas usia 25 tahun. Apalagi, Mabrur usianya agak lebih tua dari kebanyakan angkatannya yang lahir tahun 1999 atau akhir 1998.

“Selain itu, aku juga coba cari magang kan. Magang yang benar-benar untuk memperkuat pengalaman daftar kerja, itu juga banyak yang batasnya 25 tahun,” keluhnya.

Memang, mayoritas pekerjaan tentu tidak membatasi usia di atas 26 tahun. Sebagian membatasi di usia 27. Dan ada yang bisa sampai di atas 30. Namun, ia mengaku tetap merasakan bahwa semakin bertambahnya usia semakin berkurang sedikit peluangnya.

Mabrur sadar, tantangan sebenarnya baru dimulai setelah ia lulus kuliah. Perjalanannya masih panjang. Namun, setidaknya ia telah menuntaskan satu tanggung jawab besarnya di Surabaya.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Semester 14 tapi Skripsi Baru Dua Lembar, Mahasiswa ITS Terakhir di Angkatan Tolak Menyerah Demi Orang Tua

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version