Buang Biaya Kuliah IPB Rp30 Juta Demi Pindah ke UMY, Lulus Bukannya Cepat Kerja Malah Nganggur Lama

Ilustrasi masalah perkuliahan (Mojok.co)

Sudah diterima kuliah di IPB, kampus cukup favorit di Indonesia, malah memilih cabut demi UMY. Meski pindah ke kampus swasta cukup ternama di Jogja ternyata mencari kerja juga tak semulus yang ia bayangkan.

Ula* (25) sebenarnya mendambakan untuk kuliah di bidang ilmu sosial. Meski ia mengambil jurusan IPA saat SMA, hobinya berkutat dengan dunia grafis dan audio visual.

Lelaki asal Surabaya ini juga punya ambisi yang cukup kuat untuk masuk ke PTN. Sehingga, berbagai jalur coba ia lalui. Pertama, tentu lewat jalur SNMPTN yang ternyata gagal. Tidak mengagetkan sebenarnya, pasalnya sekolahnya memang tidak terlalu favorit. Persentase yang lolos SNMPTN cukup sedikit.

Sehingga, Ula mencoba peruntungan di jalur SBMPTN. Ia memasukkan pilihan di UGM, UNAIR, dan Unpad. Pilihan yang ia ambil terbilang kampus mentereng. Saat itu, Ula merasa agak optimistis.

“Tapi ternyata gagal semua,” kenangnya pahit.

Di tengah kebimbangan itu, ia tak buru-buru mendaftar kampus swasta termasuk UMY. Justru, ia terpikir untuk kuliah IPB dengan jurusan yang sebenarnya cukup jauh dari ilmu sosial dan tergolong tidak populer.

“Setelah gagal seleksi bersama dan mandiri di berbagai kampus, akhirnya aku memutuskan daftar mandiri di Jurusan Proteksi Tanaman IPB,” ujarnya.

Bapaknya dulu juga kuliah IPB di Jurusan Proteksi Tanaman. Punya karier yang cukup baik di bidang yang sama. Hal itu jadi salah satu alasan Atalarik menyebrang dari keinginan awalnya.

“Tapi selain itu, aku pengen punya pegangan di awal lulus. Dan saat itu karena gengsi pengennya di kampus negeri,” tuturnya.

Kuliah IPB satu semester langsung kepental

Sebenarnya Ula cukup paham denga napa yang dipelajari di Jurusan Proteksi Tanaman. Sayangnya, hatinya berkata lain saat menjalani perkuliahan.

“Padahal ya saat itu lumayan, sudah keluar biaya sekitar 30 juta karena lewat jalur mandiri,” kata dia.

Selain materi kuliah IPB yang tak terlalu dipahaminya, ia juga merasa tak cocok dengan lingkungan pertemananya di sana. Bukan persoalan serius, hanya saja tidak merasa terkoneksi dengan teman-temannya yang tampak serius. Ia merasa lingkungan yang cocok ada di jurusan humaniora.

Alhasil, baru empat bulan kuliah IPB ia mulai sering bolos. Setelah UTS semester 1 ia sudah jarang mengikuti perkuliahan.

Sempat dilanda kebimbangan, akhirnya ia mantap untuk keluar di semester 2 kuliah IPB. Saat itu, ia langsung mempersiapkan untuk mengikuti SBMPTN demi mengejar mimpi ke PTN lain, dengan jurusan yang lebih tepat.

Baca halaman selanjutnya…

Daftar UMY setelah gagal SBMPTN kedua kalinya, ternyata setelah lulus pusing

Namun, lagi-lagi kegagalan melandanya. Hingga akhirnya, pilihannya hanya kampus swasta. Berhubung dulunya ia SMA di Jogja, banyak temannya yang berkuliah di UMY. Sehingga, ia menjatuhkan pilihan terakhir ke sana.

Lulus dari UMY tidak seindah yang dibayangkan

Menurutnya, masa perkuliahannya di UMY tidak seburuk saat kuliah IPB. Meski bukan tergolong mahasiswa yang rajin dan cemerlang di kelas, tapi nilainya tidak bermasalah dan tidak mengulang mata kuliah.

Ada masa-masa ketika ia malas. Namun, berhubung pernah gagal kuliah di IPB, ia jadi terpantik untuk menuntaskan tanggung jawabnya menjadi sarjana.

wisuda.MOJOK.CO
Ilustrasi wisuda (Good Free Photos/Unsplash)

Akhirnya, ia lulus pada akhir 2023 silam. Namun, ternyata dunia setelah perkuliahan juga tidak seindah yang ia bayangkan. Terkhusus, karena ia menyandang gelar Sarjana Ilmu Komunikasi.

Menurutnya, di berbagai bidang pekerjaan yang sebenarnya linear, lulusan ilmu komunikasi harus bersaing dengan orang-orang dari berbagai jurusan lain. Pasalnya, basis pertimbangan untuk bekerjanya kadang-kadang lebih menekankan pada skil, pengalaman, dan portofolio.

“Skillnya harus kuat dan mumpuni. Soalnya jurusan ini tuh terlalu umum, banyak saingan dari luar,” keluhnya.

Hingga lebih dari setengah tahun pulang ke kampung halaman di Surabaya, Ula masih kesulitan dapat pekerjaan. Namun, ia terus berjuang mendaftar berbagai kerjaan. Sambil terus mengasah kemampuannya di bidang yang ia tekuni.

Kendati begitu, ia mengaku tak menyesali keputusannya pindah ke UMY. Meski perjuangannya masih berat setelah lulus, jika bertahan di IPB, ia berpendapat mungkin saja malah tidak lulus sama sekali.

* Bukan nama sebenarnya.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Penyesalan Tolak IPB Demi Masuk ITS Surabaya, Berakhir Telat Lulus 7 Tahun Penuh Kisah Tragis

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version