Ditolak ITS 2 Kali, Universitas Brawijaya Selamatkan Saya untuk Tetap Kuliah di Kampus Bergengsi

Ditolak ITS 2 Kali, Universitas Brawijaya Selamatkan Saya untuk Tetap Kuliah di Kampus Bergengsi MOJOK.CO

Ilustrasi - Ditolak ITS 2 Kali, Universitas Brawijaya Selamatkan Saya untuk Tetap Kuliah di Kampus Bergengsi. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Universitas Brawijaya (UB) menjadi kampus penyelamat bagi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil yang tak lolos masuk Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Setidaknya, jika ITS tak mampu digapai, UB bisa menjadi opsi yang tak kalah bergengsi.

***

Faiz (23) adalah salah satu mahasiswa Jurusan Teknik Sipil di Universitas Brawijaya (UB), Malang, yang dulunya berharap masuk ITS. Setelah mendalami minatnya, dia ingin masuk Jurusan Teknik Sipil. 

Dan berdasarkan penelusurannya, ITS adalah kampus yang paling pas untuk mengakomodir minat studinya tersebut. Lebih-lebih, ITS merupakan salah satu kampus top dan bergengsi di tanah air. 

Yang penting Jurusan Teknik Sipil, Nggak Masalah Kalau UB

Faiz mendaftar kuliah tahun 2019. Sayangnya, dia tidak lolos pada jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Dia pun mendaftar jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). 

Kebingungan mulai menerpa Faiz ketika menentukan kampus pilihan. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menerapkan kebijakan baru terkait SBMPTN. Di mana, para calon mahasiswa harus melakukan tes lebih dahulu, sebelum memilih Perguruan Tinggi Negeri (PTN). 

Jadi, Faiz harus menentukan PTN yang dituju setelah nilai SBMPTN-nya keluar. Jika boleh berharap dia ingin masuk Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), salah satu kampus dengan Jurusan Teknik Sipil terunggul di Indonesia. 

Namun, saat hasil tesnya sudah keluar, Faiz jadi berpikir ulang karena nilainya tidak terlalu tinggi. Dia pun mencari peluang lebih besar untuk menghindari persaingan yang ketat. Oleh karena itu dia mendaftar ke Universitas Brawijaya (UB), Malang.

“Aku akhirnya mikir, yaweslah pilih aman ae daftar ke UB. Soalnya pas aku tanya teman-temanku, kebanyakan mereka pilih ITS sama Unair, dan kebetulan prodi yang kuinginkan ada di UB,” ucapnya kepada Mojok, Selasa (19/11/2024).

Daftar mandiri Jurusan Teknik Sipil UB

Harapan Faiz untuk berkuliah di Jurusan Teknik Sipil UB mulai menipis, ketika dia dinyatakan tidak lolos lewat jalur SBMPTN. Namun, dia tidak patah semangat.

“Sudah cukup banyak yang dikorbankan, toh masih ada kesempatan masuk selain jalur SNMPTN dan SBMPTN. Dari situ aku mulai berusaha bangkit lagi,” ujarnya.

Faiz akhirnya mendaftar Jurusan Teknik Sipil UB lewat jalur mandiri. Menurutnya, UB lebih dekat dengan Surabaya, kota asalnya. Selain itu, biaya jalur mandiri di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) lebih mahal dibandingkan UB saat itu.

Dia juga merasa UB tak kalah top dan bergengsi jika dibandingkan dengan ITS maupun PTN lain. Mulai dari akreditasi, prestasi, lingkungan, fasilitas, dan alumni UB yang berhasil kerja di perusahaan-perusahaan besar.

“Aku juga menjumpai teman-temanku yang seperti itu, termasuk aku sendiri. Soalnya UB bisa dibilang tergolong oke dan aman dari beberapa sisi,” ucapnya.

Berkat usahanya, Faiz akhirnya lolos sebagai mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Malang Jurusan Teknik Sipil di tahun 2019. Namun, di tengah jalan dia sempat berubah pikiran dan ingin mencoba daftar ke ITS kembali.

Daftar ITS di tahun berikutnya dan ditolak lagi

Di semester 4 kuliah, Faiz mencoba mendaftar ke Jurusan Arsitektur di ITS. Bukan karena tidak nyaman dengan Universitas Brawijaya (UB), Malang, tapi dia merasa salah jurusan.

Awal semester masuk kuliah, Faiz mengaku bisa mengejar materi yang diajarkan di Jurusan Teknik Sipil. Nilainya juga masih bagus karena terbantu dengan mata kuliah menggambar. 

Alasannya keukeuh memilih Jurusan Teknik Sipil karena dia penasaran dengan arsitektur gedung, tata ruang, dan desain interior. Hanya saja, waktu itu dia tidak kepikiran soal struktur gedung.

“Terus pas lihat pembangunan Tunjungan Plaza 5 dan 6, lalu gedung-gedung tinggi lain, terus lewat jembatan Suramadu itu kayak mulai bertanya-tanya. Kok bisa ya bikin gedung tinggi? Caranya bagaimana?” tanyanya saat itu.

Menurutnya, bangunan-bangunan itu nampak keren. Dia pun mulai mencari tau tentang konstruksi bangunan dan tertarik. Namun, setelah menjalani proses kuliah, apa yang dibayangkannya justru terbalik.

Lambat laun, dia merasa Jurusan Teknik Sipil terlalu banyak menghitung dan itu membuatnya tidak nyaman. Untuk menggambar arsitektur pun dia kesusahan.

“Aku merasa lebih suka menggambar, tapi materi seputar menggambar hanya ada di semester, setelah itu semuanya hitung-hitungan, aku kesulitan,” kata Faiz.

Faiz akhirnya mendaftar ke ITS Jurusan Arsitektur lewat jalur SBMPTN. Sayangnya dia gagal. Karena sudah ditolak ITS dua kali, dia memilih untuk bertahan di UB. Kini, Faiz sedang berjuang menyelesaikan skripsinya.

“Yaah sampai saat ini ternyata berkutat dengan sipil,” kata dia.

Keukeuh di Teknik Sipil UB

Sebetulnya banyak opsi kampus yang bisa Faiz tuju, misalnya ke politeknik. Namun, dia tidak memilih itu. Menurutnya, stigma bahwa politeknik sering dipandang sebelah mata masih ada di masyarakat.

Terutama untuk lulusan dengan gelar D3 atau D4. Dia khawatir, peluangnya setelah lulus dan mencari kerja akan lebih sulit. Selain itu, tak banyak politeknik yang menyediakan rumpun ilmu teknik. Kalaupun ada, dia ragu dengan fasilitas pembelajarannya. 

Meskipun dia juga masih belum tahu, ke depan, apakah pekerjaan yang dia pilih akan linear dengan jurusan saat ini. Yang pasti, Faiz ingin menyelesaikan kuliahnya segera. 

“Ilmu yang aku dapatkan di Universitas Brawijaya (UB), Malang selama ini, seharusnya tidakku sia-siakan, walaupun aku ingin juga belajar hal baru di luar Teknik Sipil UB. Siapa tahu, mungkin memang jodohnya bukan di situ, jadi aku tetap harus mempersiapkan,” ujarnya.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Penyesalan Tolak IPB Demi Masuk ITS Surabaya, Berakhir Telat Lulus 7 Tahun Penuh Kisah Tragis

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version