Gara-gara salah isi data, seorang mahasiswi baru di UIN Saifuddin Zuhri (SAIZU), salah satu kampus di Purwokerto, Jawa Tengah mendapat UKT terbilang tinggi untuk ukuran keluarganya yang pas-pasan. Yang membuatnya sangat dongkol adalah, ia mendapati beberapa teman kampusnya yang dari keluarga berada tapi mendapat UKT bernominal lebih rendah.
***
Hingga menjelang semester 3 ini, Ita* (19) masih berupaya mencari-cari beasiswa. Tidak lain guna meringankan biaya pendidikannya di UIN SAIZU, salah satu kampus di Purwokerto selain Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED). Pasalnya, baru menginjak semester 3 saja Ita melihat bapaknya makin keteteran membagi gaji untuk kebutuhan sehari-hari.
Bapak Ita bekerja sebagai karyawan swasta di Purwokerto. Sementara ibunya adalah ibu rumah tangga biasa. Dalam sebulan, menurut Ita, bapaknya menerima gaji sebesar Rp3 juta. Gaji tersebut kemudian akan bapak Ita bagi untuk kebutuhan rumah dan biaya pendidikan Callista dan sang adik.
“Belum lagi adik saya yang jarak umurnya tidak jauh dengan saya sebentar lagi juga mau kuliah. Sekarang masih SMA,” tutur Ita kepada Mojok, Kamis, (25/4/2024).
Hal itu tentu akan membuat bapak Ita harus berpikir makin keras, karena harus menanggung biaya kuliah dua anaknya sekaligus. Lebih-lebih jika nanti adik Ita juga mendapat UKT yang sama besarnya dengan yang Callista dapat di UIN SAIZU, Purwokerto. UKT yang bagi orang seperti Ita sudah terasa mencekik.
Salah isi data berujung UKT tinggi di UIN SAIZU Purwokerto
Tingginya UKT yang Ita dapat di UIN SAIZU, Purwokerto bermula saat pengisian data saat pendaftaran kuliah pada 2023 lalu.
“Salah satu alasan saya untuk melanjutkan studi di UIN SAIZU karena mengira kampus di bawah Kemenag, dalam hal ini UIN, punya UKT yang relatif lebih murah,” ucap Ita.
“Karena saya sadar diri, kondisi keuangan keluarga saya terbilang pas-pasan dan nggak stabil,” sambung mahasiswi Purwokerto itu dengan nada sendu.
Namun, betapa kagetnya ia ketika pengumuman UKT keluar. Mahasiswi Purwokerto itu justru mendapat UKT sebesar Rp4,6 juta. Nominal yang dalam ukuran keuangan keluarga Ita sangat memberatkan.
“Saya sempat bimbang, berpikir untuk nggak lanjut kuliah. Tapi saya coba dulu ke kantor administrasi kampus, barangkali dapat keringanan,” beber Ita. Namun, dari keterangan pihak administrasi UIN SAIZU Ita tahu kalau ia salah dalam pengisian data.
Mahasiswa mampu di UIN SAIZU Purwokerto dapat UKT Rendah
Ita mengaku menulis apa adanya perihal gaji yang bapaknya peroleh dari tempatnya bekerja, yakni sebesar Rp3 juta yang merupakan gaji kotor per bulan. Bayangan Ita, jika gaji bapak Rp3 juta, sementara ibu tidak bekerja, maka UKT yang ia dapat bisa lebih rendah.
Terlebih, dengan gaji tersebut bapak Ita juga harus menanggung kakek dan nenek Ita yang ikut tinggal serumah. Akan tetapi, saat tahu UKT-nya di UIN SAIZU, Purwokerto malah lebih tinggi dari gaji sang bapak, tak pelak kalau Ita mumet.
“Aku menjelaskan ke administrasi kampus kalau Rp3 juta itu bukan nominal bersih. Tapi pihak administrasi kampus menyatakan bahwasanya mereka hanya meminta untuk datanya diisi dengan gaji nominal bersih,” beber Ita.
Dengan kata lain, pihak administrasi UIN SAIZU, Purwokerto tak menerima pengajuan keringatan UKT dari mahasiswi asal Purwokerto tersebut. Pasalnya, dalam penentuan UKT pihak kampus mengacu pada data yang telah diisi oleh mahasiswa. Sementara data yang Ita isi tertulis Rp3 juta yang dianggap pihak administrasi sebagai gaji bersih.
Penolakan itu tentu saja membuat Ita agak kecewa . Sebab, kondisi sebenarnya dari keluarganya sangat pas-pasan dan bahkan cenderung kurang.
“Bikin tambah kecewa karena faktanya tidak sedikit dari mahasiswa UIN SAIZU yang aku tahu sebenarnya orang tuanya mampu-mampu, kalangan berada. Tapi malah mendapatkan UKT yang rendah. Ada yang cuma dapat Rp2 juta aja,” ujar Ita.
“Entah manipulasi data atau gimana. Tapi mereka sebenarnya bisa dibilang mampu untuk membayar seandainya dapat UKT besar, sesuai kondisi asli mereka. Beda dengan keluarga saya yang ngos-ngosan,” keluh perempuan Purwokerto itu.
Baca halaman selanjutnya…
Terpaksa kuliah sambil jadi buruh laundry
Jadi buruh laundry untuk cari uang tambahan
Atas arahan dari pihak administrasi UIN SAIZU, Purwokerto, Ita kemudian disarankan untuk mendaftar beasiswa.
Ita pun akhirnya mencoba mendaftar beasiswa di UIN SAIZU Purwokerto. Hanya saja sejauh ini ia masih belum beruntung. Namun, ia memang masih akan terus mencoba daftar jika ada informasi mengenai beasiswa.
Sementara dengan kondisi UKT yang tinggi itu, mahasiswi Purwokerto itu masih belum kepikiran untuk memilih DO dan coba-coba daftar di kampus lain demi mendapat UKT yang lebih murah. Ada banyak pertimbangan untuk yang satu ini.
Yang jelas, hingga semester 3 ini, Ita berupaya meringankan beban sang bapak dengan kuliah sambil kerja: mencari pemasukan tambahan. Minimal bisa untuk kebutuhan kuliah dan pribadinya sehari-hari. Sambil menyisihkan sedikit-sedikit untuk tambahan bayar UKT tiap semester selain mengandalkan uang dari sang bapak.
“Buat nambah-nambah, setelah mata kuliah saya mengajar privat anak SD. Saya juga jadi buruh atau karyawan di tempat laundry,” ungkap Ita.
Bagi perempuan asli Purwokerto tersebut, menjalani kuliah sambil kerja tentu cukup berat dan tidak mudah. Pikiran, waktu, dan tenaganya seolah terperas habis setiap hari. Tapi ia tak punya banyak pilihan. Ia kini juga berpikir keras untuk menghadapi situasi saat adiknya nanti juga menyusul kuliah.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News