Lulus dari kampus Surabaya jadi guru honorer bergaji kecil
“Sialnya adalah, dari awalnya ngincer cumlaude, gara-gara molor sampai semester 12 akhirnya ya nggak dapat apa-apa. Sebelumnya pas sidang pun dosen-dosen juga nggak ada yang apresiasi, malah mengeluhkan,” ucap Anto getir.
Karena kelewat malu, Anto pun menyambut momen pasca sidangnya tersebut dengan biasa saja. Ia bahkan merasa risih kalau ada teman-temannya mahasiswa Surabaya yang menyinggung soal skripsi 200 halamannya tersebut.
Sebab, menurutnya, teman-temannya itu sebenarnya sedang meledek. Bukan sedang mengapresiasi.
Setelah lulus, Anto sebenarnya mencoba mendaftar beasiswa untuk lanjut S2 di salah satu kampus ternama Surabaya. Karena pada dasarnya ia sendiri memiliki cita-cita menjadi dosen. Sayangnya ia tak lolos.
Sementara kalau harus biaya reguler, orang tua Anto mengaku tak cukup sanggup untuk membiayai. Alhasil, Anto pun memutuskan untuk mencari kerja terlebih dulu: mengumpulkan modal.
“Tapi ya nggak semulus yang kubayangkan. Ijazah kayak susah banget buat cari kerja. Akhirnya pas ada lowongan jadi guru (honorer), ya sudah masuk aja (sampai sekarang),” tandasnya.
Menjadi guru honorer pun membuatnya merasa makin nelangsa. Sebab, gaji guru honorer… ya tahu sendiri lah.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News