Semester 14 tapi Skripsi Baru Dua Lembar, Mahasiswa ITS Terakhir di Angkatan Tolak Menyerah Demi Orang Tua

mahasiswa ITS surabaya terakhir di angkatan skripsi baru dua lembar.MOJOK.CO

Ilustrasi mahasiswa ITS (Ega/Mojok.co)

Teman seangkatan mahasiswa ITS di jurusannya sudah lulus semua. Tinggal ia seorang yang selangkah lagi menuju semester 14 tapi skripsi baru dua lembar. Menjalani hari-hari sepi di Surabaya dengan tekanan.

***

Mabrur, narasumber Mojok pada liputan Mahasiswa ITS Lulus Sarjana Jelang Drop Out, Sidang Skripsi Kaget Ketemu Teman yang Sudah Jadi Dosen bercerita kalau ada teman dengan nasib yang lebih berat. Mabrur lulus sidang skripsi pada akhir semester 13 akhir Januari silam.

“Temanku, terakhir aku sambangi di kos, mengaku skripsinya baru dua lembar. Padahal, tinggal menunggu hari masuk semester 14,” kata Mabrur beberapa waktu lalu.

Berbekal informasi dari Mabrur, saya akhirnya bisa terhubung dengan Ando* (25), bukan nama sebenarnya. Mahasiswa Fakultas Sains dan Analitika Data ITS ini sejak semester 13 lalu sudah jadi penunggu terakhir di angkatan 2017 jurusannya.

“Sejak semester 10 sudah banyak yang lulus, semester 12 semakin sepi bisa dihitung jari, semester 13 tinggal aku sendiri. Jangan sebut jurusanku ya,” katanya saat Mojok hubungi Sabtu (2/3/2024).

Satu hal yang jelas, jurusan Ando terbilang favorit. Ia pun dulunya saat SMA terbilang siswa yang rajin dengan nilai bagus. Pasalnya Ando berhasil mendapat beasiswa penuh saat kuliah di ITS. Setidaknya sampai semester delapan karena beasiswa tidak mentolerir mahasiswa telat lulus.

Ilustrasi kesepian jadi lulusan terakhir di angkatan (Christian Erfurt/Unsplash)

Di kos yang terletak di daerah Keputih, Surabaya, hari-hari penuh sepi terlewati. Sebagian besar teman-temanya yang sudah wisuda rata-rata keluar dari Surabaya.

Penyesalan karena lalai di semester awal hingga pertengahan di ITS

Memang, ada beberapa yang masih tinggal di Surabaya. Namun, dunianya sudah jauh berbeda. Mereka sudah jadi sibuk bekerja.

“Ya sempat ada satu teman seangkatan yang sering ketemu di semester 13 lalu. Tapi dia jadi asisten dosen, aku jadi mahasiswa di kelas teori tambahan karena ada kurikulum baru,” kelakar lelaki asli Cirebon ini.

Ando, kadang menyesali perjalanan kuliah di ITS. Ia mengaku mulai keteteran sejak semester tiga. Kuliah yang berkutat dengan data dan perhitungan matematis sempat membuatnya kewalahan. Di sejumlah mata kuliah penting, ia ketinggalan.

“Ditambah lagi, biasa mahasiswa awal sering manfaatin jatah bolos. Eh malah kebablasan,” kenangnya.

“Dibilang sulit sih nggak sulit banget. Asal rajin bisa, tapi ya karena malas jadi begini,” sambungnya.

Ando hobi bermain gim dan berselancar di dunia maya, salah satu alasannya kerap teralihkan dari fokus kuliah. Kondisi itu semakin parah saat pandemi Covid-19 melanda. Semua kuliah beralih jadi daring sehingga kesadaran diri mahasiswa sangat menentukan dalam proses perkuliahan.

Sayangnya, Ando mengaku agak terlena dengan kesenangannya hingga akhirnya kuliahnya terus terbengkalai. Hingga akhirnya, ia menjadi orang terakhir di angkatan jurusannya yang belum lulus pada 2024 ini.

Baca halaman selanjutnya…

Berjuang di tengah sepi, siap jatuh bangun hindari drop out demi orang tua

Kesepian tapi menolak menyerah, balas dendam di semester 14

Saat tinggal sendiri, ia merasa asing di kampus ITS, kampusnya sendiri. Dulu, saat semester 13 masih ada teman akrabnya dari angkatan 2018 yang juga masih belum lulus.

“Sekarang dia sudah lulus. Lha angkatan 2019 saja sudah banyak yang lulus. Jadi di kampus bingung sendirian, liat mahasiswa lain asing entah angkatan berapa mereka,” curhatnya.

Ando beruntung, masih ada beberapa teman seangkatannya yang mau jadi tempat konsultasi skripsi. Meski, ia mengakui, progress mengerjakannya terbilang lambat. Bahkan sangat lambat.

Saat saya coba mengonfirmasi, apakah benar skripsinya baru dua lembar, Ando hanya tertawa. “Ya memang. Ini baru kata pengantar bab satu,” kelakarnya. Itu merupakan progress-nya di akhir Februari 2024 lalu yang sampa sekarang belum bertambah lagi.

Namun, ia mengaku semester 14 akan berjuang habis-habisan demi bisa selamat dari drop out. Berjuang untuk segera keluar dari Surabaya. Atau bertahan di sana tapi bukan berstatus mahasiswa S1. Pasalnya, semester 14 merupakan batas terakhir masa kuliah. Barangkali bisa bertambah, tapi perlu mengurus ekstensi.

“Sebenarnya aku terpacu gara-gara Mabrur. Dia saja bisa lulus, masa aku nggak. Kami kan dulunya sama-sama terhitung malas,” katanya.

Selain itu, kelulusan dari ITS Surabaya, ia harap bisa membawa kabar bahagia bagi keluarganya. Orang-orang yang selama ini memberikan dukungan, meski studi Ando terseok-seok sepanjang jalan.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Pelanggan Kopi Klotok yang Tak Bayar Selama Kuliah di Jogja Dapat Kerja di Jakarta, Bertekad Balik Bayar “Utang”

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version