Begitu Spesialnya UGM di Mata Banyak Orang, Ditolak Berkali-kali saat S1 Lanjut Mencoba Jenjang S2

UGM Jogja.MOJOK.CO

Ilustrasi masuk UGM (Mojok.co)

Bagi banyak kalangan, UGM Jogja merupakan kampus yang spesial. Bukan hanya soal kualitas pembelajarannya, ada banyak aspek lain yang membuat beberapa orang bertekad mencoba S2 setelah gagal berulangkali masuk ke sana saat S1.

Salah satunya Akbar (24), begitu lulus SMA ia menjadikan UGM sebagai destinasi utama lanjut studi. Apesnya, ia gagal dalam empat kali percobaan di berbagai jalur selama dua tahun. Sehingga, akhirnya kuliah di PTN lain di Jogja.

Bahkan, ia menyadari bahwa dulu ia mengutamakan kampusnya ketimbang jurusan yang sesuai minat dan bakatnya. Ia mengaku pada akhirnya menyadari bidang yang ia suka setelah masuk di kampus lain.

“Dulu saat mengejar UGM itu ya memang utamanya melihat kampusnya. Tapi, setelah gagal aku jadi sadar bahwa paling utama adalah jurusannya. Bidang yang sesuai dengan minat dan kemampuan kita,” katanya.

Namun, setelah menyandang gelar sarjana dan lebih paham soal apa yang ia hendak tuju dalam hidup, ia kembali memutuskan mendaftar UGM untuk jenjang S2. Keputusan ini menurutnya sudah terpikirkan dengan matang.

Kisah lain datang dari Rama (23), yang dulunya merupakan siswa di sebuah SMA Negeri di Kota Jogja. Menurutnya, di kalangan teman-temannya tujuan utama kuliah adalah UGM. Kampus tersebut bak jadi standar minimum bagi anak-anak SMA Negeri di Kota Jogja.

“Mau yang pintar sampai yang biasa aja, masuk UGM itu hal lumrah. Standarnya ya kampus itu,” ungkapnya kepada Mojok, Kamis (25/1/2024).

Sehingga ia pun bertekad untuk masuk di kampus tersebut. Namun, sayangnya pada tahun pertama setelah kelulusan ia gagal masuk. Nasib membawanya masuk ke PTN lain di Jogja di tahun pertama setelah lulus SMA.

Ia sempat ingin mencoba seleksi lagi pada tahun kedua setelah kelulusan. Namun, akhirnya ia putuskan untuk melanjutkan di tempat tersebut sampai menyandang gelar sarjana. Selepas itu, ternyata ia kembali mengejar mimpinya masuk UGM di jenjang S2.

UGM dengan kampus lain di Jogja terasa timpang

Rama hendak mengambil studi magister di bidang yang sama dengan pilihannya saat mendaftar UGM jenjang S1. Artinya, tujuannya bukan sekadar mengejar gengsi kampus namun ada keilmuan spesifik yang hendak ia dalami.

“Sebab dulu di PTN lain aku bukan masuk jurusan itu. Kalau di Jogja, bidang itu cuma ada di UGM,” katanya.

Namun, ada hal yang baginya membuat UGM itu benar-benar berbeda dengan kampus lain di Jogja. Menurutnya, kampus itu bukan hanya punya kualitas pembelajaran dan fasilitas yang memadahi, melainkan juga kultur akademiknya yang memacu semangat.

Ilustrasi. Kultur akademik yang baik penting bagi mahasiswa (Jason Goodman/Unsplash)

“Kalau masuk ke lingkungan UGM, terus membandingkan ke kampus lain di Jogja, terasa timpang sekali. Setiap sudut UGM itu seperti bisa jadi tempat belajar dan berdiskusi,” katanya.

Rama cukup menyoroti detail sudut-sudut kampus tersebut karena banyak temannya yang kuliah di sana. Sehingga ia sering berkunjung. Salah satu sudut yang menurutnya menarik adalah perpustakaannya.

“Kalau lihat film-film berlatar kampus di barat, gambaran yang sama cuma aku dapat di UGM. Perpustakaannya hidup dan mahasiswa bisa melakukan berbagai aktivitas di sana,” katanya.

Termasuk soal organisasi dan kegiatan mahasiswa, ia merasa Kampus Kerakyatan ini punya wadah yang jauh lebih lengkap ketimbang kampus lain di Jogja. Baik UKM, kelompok studi, hingga perkumpulan yang mendukung riset dan studi mahasiswa.

Jejaring alumni yang mantap

Selain itu, Rama merasa UGM jadi kampus dengan jejaring alumni terkuat di Indonesia. Hal ini tentu bermanfaat bagi lulusannya saat masuk ke dunia kerja.

Serupa, Akbar juga menuturkan salah satu alasannya mendaftar MM UGM karena banyaknya figur alumni yang menginspirasi. “Nggak bisa dimungkiri itu jadi faktor pendukung kenapa mau lanjut S2 di tempat yang sudah menolak aku 4x,” kelakarnya.

Tidak dimungkiri bahwa UGM masih jadi top of mind perguruan tinggi di Indonesia. Salah satunya tampak dari Pemilu Presiden 2024, yang melibatkan empat aluminya di antara tiga pasangan calon yang menjalani kontestasi.

Meski saat itu kampus lain kualitasnya terus meningkat, setiap tahun, puluhan ribu calon mahasiswa menjadikan UGM sebagai pilihan bahkan satu-satunya tujuan studi lanjut.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Bersyukur Ditolak UGM Berulangkali, Kampus Lain Lebih Menarik dan Karier Jadi Lancar setelah Lulus

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version