Waktu terjun ke dunia kerja, mahasiswa UNY ini malah kelabakan
Ironis memang, lulus cepat dengan IPK yang “wah” tak bikin perjalanan Nina di dunia kerja menjadi mulus. Bahkan, saat lulus awal 2023 lalu, mahasiswa UNY ini mengalami dilema. Apakah harus mengambil Pendidikan Profesi Guru (PPG), lanjut studi ke S2, atau langsung lamar kerja.
“Ya karena nggak punya biaya buat lanjut lagi, aku mutusin buat kerja aja,” ujarnya.
Keputusan buat terjun ke dunia kerja nyatanya tak sesederhana yang ia pikirkan. Minimnya relasi dan kurangnya interaksi dengan dunia luar bikin Nina kebingungan mau ke mana dia bekerja. Pernah punya niatan menjadi guru di sekitar tempat tinggalnya atau menjadi pengajar les privat, tapi ia urungkan karena prospek masa depannya yang tak menjanjikan.
“Pernah sebar CV modal lowongan dari LinkedIn. Cuma ya karena profilku nggak menarik jadinya nggak ada satupun panggilan interviu.”
Sempat kerja kantoran modal orang dalam, tapi resign dalam 3 bulan
Nina sudah tak menghitung ada berapa lowongan pekerjaan yang ia lamar selama kurun nyaris enam bulan setelah lulus kuliah. Karena tak ada satupun panggilan kerja, orang tuanya meminta bantuan salah seorang saudara untuk “membawanya” kerja.
“Ada saudara kerja kantoran di Semarang. Kebetulan memang waktu itu sedang buka lowongan, makanya aku dibawa masuk,” ujar mahasiswa UNY ini.
Akhirnya, Nina sempat mencicipi kerja kantoran, di sebuah lembaga pegadaian di Semarang. Sayangnya, pekerjaannya cuma bertahan kurang dari tiga bulan. Ia merasa tak betah dan memutuskan resign.
“Rasanya cukup aneh kudu kerja interaktif dengan banyak orang,” jelasnya.
Kini, Nina belum mendapatkan pekerjaan tetap. Sehari-hari ia sibuk membantu saudaranya yang punya usaha jualan di marketplace. “Masih bingung kudu ngapain sekarang, serasa belum siap kerja. Sementara begini dulu, karena ngerasa lebih nyaman kerja depan laptop dan hape,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News