Bagi Ridwan* (22), tak lolos UTBK bukanlah akhir dunia. Ia pernah nekat merantau dari Sumatera ke Jogja untuk kuliah di kampus ternama seperti Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun, mimpinya itu tak terwujud hingga ia memilih jalan lain. Yakni, kuliah di kampus swasta.
Nekat kuliah di UGM modal ngeyel ke orang tua
Nama UGM masih mentereng bahkan bagi pemuda-pemudi di Sumatera. Dan Ridwan adalah salah satu pengagum setianya. Siapa pula yang tak kagum dengan kampus peringkat pertama di Indonesia tersebut?
Maka, setelah lulus SMK, Ridwan pun ikut mendaftar ke sana. Sembari mewujudkan mimpinya untuk merantau dan menjalani kehidupan baru. Kalau kata pepatah bijak begini, a new place, a new journey, and a new you.
“Guru panutanku juga pernah kuliah di sana. Setelah beliau cerita, aku jadi tertarik dan Jogja sepertinya memang istimewa untuk disinggahi,” kata Ridwan saat dihubungi Mojok, Selasa (20/5/2025).
Tapi ternyata, perjalanan Ridwan tak berjalan mulus. Orang tuanya khawatir kalau anak bungsunya itu “aneh-aneh” alias salah pergaulan selama merantau. Apalagi, mereka tak bisa mengawasi jika Ridwan kuliah di luar pulau Sumatera sana. Kalau bisa sih, kata orang tua Ridwan, kuliah yang dekat-dekat saja.
Tapi Ridwan tak menyerah. Sebelum pendaftaran UTBK berlangsung, ia berusaha meyakinkan orang tuanya bahwa selama kuliah ia akan serius belajar. Tidak macam-macam seperti persepsi orang tuanya. Beberapa kali Ridwan menegaskan kalau ia bisa jaga diri.
“Toh, selama di rumah aku juga nggak pernah macam-macam karena aslinya emang anak rumahan. Walaupun sebenarnya aku emang ingin melarikan diri hehe,” tutur Ridwan yang akhirnya mendapat restu dari orang tuanya.
Patah hati gara-gara ditolak UGM lewat jalur UTBK
Usai mendapat restu dari kedua orang tuanya, Ridwan makin semangat membayangkan dirinya kuliah di UGM, Jogja. Segala sertifikat lomba dan workshop selama SMK di Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan pun ia kumpulkan. Mulai dari lomba merakit jaringan hingga berbagai olimpiade terkenal.
“Aku juga sering ditunjuk mewakili sekolah. Aku sih nggak beban ya, karena senang ikut lomba walaupun nggak banyak juara, kalau nggak gitu lihat pameran,” kata Ridwan yang tertarik dengan dunia teknologi.
Sayangnya, Ridwan yang memang sering rangking di kelas tak lolos masuk UGM lewat jalur prestasi atau SBMPTN. Lagi-lagi, ia masih mencoba dengan harapan lolos UTBK. Dan sekali lagi, harapannya patah saat itu juga.
“Mungkin standar kampus UGM juga tinggi ya, terus latar belakang sekolah sebelumnya juga sepertinya berpengaruh,” ujar Ridwan.
Baca Halaman Selanjutnya
Gagal UTBK dan kuliah di kampus swasta
Jujur saja, kegagalan pada tes UTBK membuat Ridwan stres. Tapi kalau mimpi sudah menggebu, memang sulit untuk ditahan. Di sela-sela perasaan sedihnya itu, Ridwan masih berupaya mencari nama-nama kampus di Jogja selain UGM.
Setelah mengantongi beberapa nama dan berdiskusi dengan orang-orang terdekat, pilihan Ridwan jatuh kepada salah satu kampus swasta di Jogja. Sesuai dengan tagline atau janji kampus tersebut biayanya tergolong murah.
Dengan alasan itu, Ridwan bisa kembali meyakinkan orang tuanya atas pilihannya merantau. Setidaknya, mereka tak perlu risau perkara biaya kuliah atau biaya hidup anak bungsunya selama tinggal di Jogja.
“Aku menikmati kuliah di sana karena masih linear dengan jurusan yang aku geluti. Walaupun agak jauh ya dengan ekspektasiku yang lebih suka ngolah data tapi ternyata di Sistem Informasi aku lebih banyak ngoding,” tutur Ridwan.
Menapaki semester lima, Ridwan akhirnya berkompromi untuk tidak menolak segala hal. Termasuk belajar coding. Dan ternyata dari materi yang dia tidak sukai itu, Ridwan bisa lulus bahkan bisa berkarier sesuai dengan bidang yang ia geluti.
Berkarier di Jogja dengan gaji lebih dari UMR
Ditolak UGM lewat jalur UTBK rupanya menjadi titik balik hidup Ridwan. Alih-alih meratapi kegagalannya, ia bisa berdamai dengan menempuh pendidikan di kampus swasta yang sebenarnya tak buruk-buruk amat.
Bahkan setelah lulus, beberapa perusahaan langsung menawarkannya kerja di Jogja. Setelah memikirkan beberapa tawaran dan berdiskusi dengan orang-orang sekitar, Ridwan akhirnya bekerja di salah satu perusahaan kreatif dengan gaji melebihi UMR Jogja.
“Aku pikir kalau mau berkembang, aku harus coba sesuatu yang baru. Nggak masalah walaupun dengan gaji yang kata orang masih kecil, karena kalau kerja di bidang IT tanpa pengalaman itu semacam ‘minus’,” ujar Ridwan.
Sebagai tangga kariernya di awal, Ridwan masih merasa aman. Selanjutnya ke depan, ia masih punya mimpi mengembangkan kariernya di pulau Sumatera. Ada rencana lain yang ingin ia lakukan di sana.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: UTBK Ditemani Bapak Naik Bus 7 Jam ke Jogja, Nyesek Gelar Cumlaude Tak Ada Artinya karena Tak Bisa Membanggakannya atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan
