Coba-coba Jadi Joki UTBK: Imbalan Besar buat Foya-foya, Tak Dipenjara tapi Hidup “Tersiksa”

Coba-coba jadi joki UTBK-SNBT, bisa hidup foya-foya tapi tersiksa MOJOK.CO

Ilustrasi - Coba-coba jadi joki UTBK-SNBT, bisa hidup foya-foya tapi tersiksa. (Ega Fansuri/Mojok.co)

UTBK-SNBT 2025 seperti mengulang apa yang pernah terjadi pada 2023. Secara masif para sindikat dan pelaku joki masuk perguruan tinggi tertangkap. Beberapa di antaranya akhirnya dijebloskan ke bui.

Kabar beruntun terbongkarnya praktik joki UTBK-SNBT periode 2025 ini tak pelak membuat Joni (28), bukan nama asli, keringat dingin. Hidupnya makin tak tenang. Dia mengaku menyesal pernah iseng-iseng menjajal praktik tersebut.

Hidup dalam paranoia

Butuh negosiasi panjang nan alot agar Joni sudi berbagi bercerita. Sebab, dalam situasi seperti sekarang, nasibnya jelas menjadi pertaruhan.

Dia meminta reporter Mojok agar tidak membuka identitas secara detail. Selain itu, kesediaannya berbagi cerita adalah sebagai pengingat kepada siapapun di luar sana agar jangan coba-coba nyemplung ke praktik kotor ini. Baik sebagai pengguna jasa maupun jadi eksekutornya.

Setelah peristiwa beberapa tahun sebelumnya, Joni sedianya ingin menjalani hidup normal. Tanpa membawa dosa moral-sosial sekaligus bayang-bayang dibekuk hingga dijebloskan ke bui. Namun, berita-berita yang berseliweran belakangan membuatnya harus hidup dalam paranoia.

Joni memang tidak mengenal salah satu dari para joki UTBK-SNBT yang tertangkap. Tapi dari berita yang beredar, dia tahu belaka sangat mudah bagi kepolisian untuk menelusuri sindikat para joki.

Imbalan menggiurkan jadi joki UTBK-SNBT

Menjalani hari sebagai pekerja dengan gaji 2,8 juta membuat Joni tercenung ketika mendapat tawaran menjadi joki UTBK-SNBT pada 2023 lalu.

Imbalannya sebenarnya tidak terlalu besar: Rp10 juta untuk proses ujian, ditambah Rp25 juta jika lolos. Artinya, jika bisa sampai meloloskan peserta, maka imbalannya di angka Rp35 juta. Angka yang terbilang kecil jika dibanding dengan beberapa joki yang mematok tarif hingga ratusan juta.

“Jurusan yang diincar Teknik Sipil. Padahal kalau teknik, angkanya bisa di atas Rp50 juta,” ujar Joni, Minggu (4/5/2025) melalui sambungan telepon.

Tapi uang Rp35 juta sudah sangat menggiurkan bagi Joni. Sehingga dia pun memikirkannya dengan serius.

“Aku dapat tawaran itu dari teman lama yang punya bimbel. Nggak boleh banyak tanya. Jawab saja mau atau nggak. Kalau mau, nanti akan diatur teknisnya dan pembagian uangnya,” beber Joni. Maka, setelah berpikir lama, dia memutuskan untuk mengambil tawaran itu.

Baca halaman selanjutnya…

Bisa merasakan hidup foya-foya tapi merasa “tersiksa”

Berjalan mulus dan foya-foya

Pada 2023, penggunaan jasa joki UTBK-SNBT ternyata marak terjadi. Bahkan di tahun-tahun sebelumnya pun sudah marak. Beberapa kasus berhasil diungkap. Saat itu, rata-rata joki masih “bermain aman”: mengandalkan perangkat elektronik hingga COD jawaban.

Masa itu belum seterang-terangan tahun 2025 ini, ketika peran joki menjadi lebih berani dengan menggantikan posisi pengguna jasa untuk mengikuti ujian di ruangan.

“Aku pakai kamera kecil. Setelah peserta merekam, dia izin ke toilet untuk COD jawaban dengaku,” jelas Joni. Pada bagian inipun, dia meminta agar reporter Mojok tidak menjelaskan secara gamblang bagaimana modus operandinya.

Singkat cerita, semua berjalan mulus. Pada akhirnya pengguna jasa joki itu diterima. Joni mendapat jatah Rp26,5 juta. Sementara temannya yang merupakan penyalur jasa mengambil jatah Rp8,5 juta.

“Aku nggak tahu juga itung-itungannya bagaimana. Aku nggak banyak tanya. Pokoknya cair aja,” kata Joni. Uang itu kemudian dia gunakan untuk foya-foya: menyalurkan hasrat konsumtifnya.

Sering terbangun tengah malam, rasanya seperti gembong narkoba

Di tahun yang sama, kepolisian berhasil mengungkap banyak sindikat joki UTBK-SNBT. Alhasil, meski foya-foya, Joni ketakutan hebat.

Seiring berita pembekukan sindikat joki UTBK-SNBT yang bertebaran, Joni jadi sering terbangun tengah malam di kamar kosnya, lantaran mimpi buruk tiba-tiba ada satu regu polisi menggrebek kamarnya.

Saat sedang keluar kos—untuk kerja atau yang lain—dia juga terus diikuti rasa takut. Kalau-kalau ada yang menyergapnya di tengah jalan.

“Rasanya seperti gembong narkoba,” ungkap Joni. “Aku pernah menghubungi temanku yang punya bimbel itu. Dia bilang, jangan khawatir, kita masih aman.”

Jangan coba-coba jadi joki UTBK-SNBT

Benar kata temannya, mereka masih aman. Bahkan di tahun berikutnya (2024), si teman menghubungi Joni lagi untuk pekerjaan yang sama. Akan tetapi, Joni menolak. Rasa takut dari tahun sebelumnya saja tak kunjung reda, masa mau ditumpuki rasa takut lagi.

“Itupun kalau tahun ini (2024) lolos lagi. Kalau nggak, bisa mampus dipenjara,” katanya.

Pada 2024, kasus perjokian masuk perguruan tinggi tidak begitu terdengar sebagaimana beberapa tahun terakhir (2018, 2022, 2023). Itu membuat Joni pelan-pelan mulai lega.

Sayang sekali, perasaan lega itu tidak berlangsung lama. UTBK-SNBT 2025 membawa situasi yang jauh lebih buruk.

Berita-berita pembekukan para joki membuat Joni menjalani hari dengan gemetar dan putus asa. Tidur pun makin tak jenak.

“Aku iseng nyoba hubungi temanku lagi. Tapi nomornya nggak aktif,” ucap Joni.

“Hanya sekali aku jadi joki, hanya sesaat aku menikmati uangnya, tapi rasa takutnya terbawa seumur hidup. Itu nggak sebanding. Siapapun, jangan coba-coba bisnis ini!” Tegas Joni.

Saat proses menranskripsi hasil wawancara pada Senin (5/5/2025), Joni meminta beberapa bagian dari wawancara tidak dimasukkan.

“Setelah ini, lebih baik kita tidak saling terhubung lagi,” begitu pintanya juga. Berita-berita soal joki UTBK-SNBT masih terus bergulir. Joni makin terperangkap dalam ketakutan yang sulit dia kendalikan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Mahasiswa Semester Tua Pura-pura Wisuda padahal Belum Lulus, Demi Senangkan Orangtua Foto Bareng di Kampus atau liputan Muchamad Aly Reza lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

 

 

Exit mobile version