Menolak Lupa, Che Guevara Pernah Jajan Cerutu di Taru Martani Jogja yang Melegenda

Che guevara pernah beli cerutu di taru martani jogja.MOJOK.CO

Potret Che Guevara dengan cerutu (Wikimedia Commons)

Pabrik cerutu Taru Martani ternyata pernah kedatangan tokoh revolusioner asal Argentina, Julian Ernesto “Che” Guevara, yang memang terkenal sebagai penggemar cerutu. Banyak foto dan quotes-nya soal cerutu yang populer dan banyak diromantisisasi oleh anak muda. 

Semua berawal ketika kawan saya mengajak kongkow di Taru Martani Coffee & Resto pada akhir November kemarin. Itu merupakan kunjungan kedua saya ke cafe yang terletak di Jalan Kompol Bambang Suprapto No. 2A, Baciro, Gondokusuman, tersebut. Sementara kunjungan pertama saya adalah pertengahan 2022 buat meeting di kantor lama. 

Dalam dua kali kunjungan saya tersebut, saya hanya menganggap Taru Martani sebagai tempat ngopi pada umumnya. Sebelum akhirnya kawan saya menunjuk bangunan besar yang terletak tepat di samping kopian.

“Di sana, Che pernah jajan cerutu,” kata kawan saya.

Saya tahu gedung besar itu merupakan pabrik cerutu. Akan tetapi soal kunjungan Che ke pabrik tersebut, saya sama sekali tidak tahu. Duh, kemana saja saya selama ini. Saya pun memutuskan untuk mencari tahu.

Pabrik cerutu Taru Martani sendiri ternyata sudah ada sejak masa penjajahan, yakni pada 1918. Pada saat itu, seorang produsen cerutu asal Belanda mendirikan perusahaan cerutu di wilayah Bulu, sekitaran Jalan Magelang-Jogja. 

Pabrik Cerutu Taru Martani sudah ada sejak masa Hindia Belanda

Barulah pada 1921 pabriknya pindah ke Baciro, lokasinya sekarang, dan status perusahaan juga mereka ubah menjadi perseroan terbatas (PT) bernama N.V.Negresco. Pada periode tersebut, perusahaan ini jadi pemasok cerutu terbesar bagi orang-orang Belanda di Indonesia.

Pada 1942, Belanda menyerah tanpa syarat pada Jepang. Begitu juga dengan N.V.Negresco yang akhirnya pindah tangan ke Pemerintah Jepang dan berganti nama menjadi “Jawa Tobbaco Kojo. Mereka pun juga mulai memproduksi rokok putihan, misalnya yang bermerek “Mizuho” dan “ Koa”. 

Kemudian saat Indonesia merdeka pada 1945, Jawa Tobbaco Kojo kembali pindah tangan ke Pemerintah RI. Sri Sultan Hamengku Buwono IX pun mengganti nama perusahaan menjadi “Taru Martani” dan bertahan hingga hari ini. 

Kata “Taru Martani” berarti “Daun yang Menghidupi”. Dalam dua tahun awal akuisisinya, perusahaan berkembang pesat dengan 2.000 orang karyawan. Cerutu “Daulat” dan rokok putihan bermerek “Abadi” jadi produk andalan kala itu.

Belum lama mekar, atas satu alasan Taru Martani harus kembali diambil alih N.V.Negresco pada 1949. Sayangnya, hingga dua tahun berikutnya perusahaan ini stagnan dan berakhir pada akuisisi (lagi) oleh Pemerintah DIY bersama bersama Bank Industri Negara Jakarta pada 1952. Status perusahaan diubah jadi PT dengan direktur pertamanya adalah Profesor Mr. Kertanegara (1952-1957). 

Merek-merek cerutu yang kondang hingga hari ini, seperti “Senator”, “Mundi Victor”, “Elcomercia” dan “Cigarillos” kemudian muncul.

Sebenarnya, status perusahaan ini masih di tangan Belanda karena belum dibayar lunas. Namun, selepas dinamika politik yang terjadi di Irian Barat pada 1960, semua perusahaan milik Belanda dinasionalisasi. Adapun PT Taru Martani dimasukkan ke dalam Departemen Perindustrian Rakyat (PNPR) Bujana Yasa dengan nama “Pabrik Cerutu dan Tembakau Shag Taru Martani”. 

Pada Tahun 1966 perusahaan itu kembali kepada Pemerintah Daerah Yogyakarta dan statusnya diubah menjadi Perusahaan Daerah (PD).

Che Guevara pernah mampir jajan cerutu

Selain legendaris, pabrik cerutu Taru Martani juga pernah dikunjungi banyak tokoh besar dari berbagai negara. Salah satunya adalah tokoh Revolusi Kuba, Che Guevara. Tokoh kelahiran Rosario, Argentina, ini jajan cerutu di Taru Martani pada pertengahan 1959, hanya beberapa bulan setelah ia membantu Fidel Castro menggulingkan rezim diktator Kuba, Fulgencio Batista.

Setelah berhasil melakukan revolusi di Kuba, dalam rentang Juli-Agustus 1959 Che memimpin delegasi untuk melakukan kunjungan persahabatan ke 14 negara-negara Asia dan Afrika–khususnya negara-negara yang ikut serta menandatangani Deklarasi Bandung 1955. Kebetulan Indonesia merupakan tuan rumah sekaligus sebagai salah satu penggagas Konferensi Asia-Afrika. Maka, Indonesia pun masuk dalam daftar kunjungan Che.

Akhirnya, bertemulah Che dengan Presiden Sukarno. Selain untuk membahas soal hubungan dagang, kebetulan kedua tokoh ini sama-sama doyan menikmati cerutu. Di sela-sela kunjungannya ini Sukarno mengajak Che buat menyambangi salah satu pabrik cerutu paling legendaris, yakni PT Taru Martani.

Foto kunjungan Che ke Taru Martani bisa kita jumpai saat kita mengunjungi pabrik cerutu tersebut. Dalam foto hitam putih tersebut, sang mayor menerima produk cerutu dari pabrik Taru Martani. Kemudian di sampingnya terdapat toples cerutu dengan merek Senator.

Bahkan, Kepala Divisi Produksi Taru Martani Adam Susanto juga sesumbar kalau selain Che, produk-produk cerutu Taru Martani juga mungkin sudah dinikmati tokoh-tokoh revolusioner lain. Misalnya, Fidel Castro.

“Pak Karno ‘kan juga perokok, pasti lah ngambil [cerutu] di kita juga. Dia juga sering keluar negeri, Bung Karno ‘kan tipikal orang suka gaya juga, pasti itu pakai cerutu,” kata Adam.

Selain ke Taru Martani, dalam kunjungannya ini Che juga menyempatkan diri untuk menyambangi Candi Borobudur di Muntilan.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA Cara Gus Dur Mengritik dan Menjawab Kritik sambil Menertawakan Diri Sendiri

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version