Susahnya Ujian Sim C: Ini Tipsnya Biar Lulus Menurut Polisi, Ahli, dan Orang yang Gagal Berkali-kali

Ilustrasi ujian SIM C. (mojok.co)

Susahnya lolos ujian praktik SIM C di Indonesia adalah cerita lama yang sampai kini masih dirasakan banyak orang. Mojok berbincang dengan berbagai kalangan untuk mengurai persoalan ini. Mulai dari peserta ujian yang berulang kali gagal, seorang ahli safety riding dengan kompetensi tinggi, hingga pihak dari Ditlantas.

***

Saat mengamati proses ujian praktik pembuatan SIM C untuk kendaraan roda dua di Satpas Polresta Kota Yogyakarta, nampak bahwa banyak sekali peserta yang gagal. Peserta diberikan dua kesempatan mencoba rintangan dalam satu sesi ujian. Namun dua kesempatan saja tak cukup.

Sesi Selasa (9/8), para peserta berguguran. Dari puluhan orang yang mengikuti satu sesi yang lolos bisa dihitung dengan jari satu tangan. Sedikit sekali, pemirsa. Sebagian besar bahkan sudah tumbang di rintangan pertama.

Nahasnya, sebagian di antara mereka, sudah menjalani beberapa percobaan di pekan sebelumnya. Seorang laki-laki yang saya temui mengaku sudah sepuluh kali mencoba. Saking kesalnya, laki-laki berkacamata itu enggan ditanyai lebih lanjut.

Namun urusan gagal berkali-kali ujian SIM C, saya berhasil mendapatkan cerita dari Annisa Vilya (23). Perempuan asal Bandung ini perlu enam kali melakukan ujian praktik sampai akhirnya bisa lolos.

Enam kali berarti menghabiskan waktu enam minggu. Sebab ketika gagal, peserta ujian SIM diberi kesempatan mencoba kembali di pekan berikutnya. Maka dari itu, selain skill yang mumpuni, ujian SIM perlu kesabaran tinggi.

“Dulu itu saya pertama kali buat SIM. Kejadiannya bulan April sampai Mei 2017. Emang perlu sabar dan bersungguh-sungguh,” terangnya saat saya hubungi lewat WhatsApp.

Padahal saat enam kali bolak-balik ke Polresta Bandung ia sudah ditemani oleh orang-orang terdekat. Ibu dan pacar sudah meluangkan waktu untuk memberikan dukungan moral langsung di lapangan bagi perempuan satu ini.

“Sekali sama ortu, lima kali sama pacar saya yang sekarang sudah jadi mantan,” jelas perempuan yang sudah punya satu anak ini dengan bumbu wkwwkwkw. Sungguh mantan yang berjasa besar, batin saya.

ujian sim c mojok.co
Para peserta ujian SIM C di Satpas Kota Yogyakarta. (Hammam Izzudin/Mojok.co)

Menurut Vilya, saat ujian dulu ia kesusahan membawa motor manual yang disediakan pihak kepolisian. Selain itu, rintangan yang disajikan di lapangan juga perlu keseimbangan dan ketangkasan. Hal yang saat itu belum ia kuasai betul.

Jalan pintas untuk membuat SIM dengan cara mudah yakni nembak memang ada. Namun berkat dorongan sang ibu, ia keukeuh untuk terus mencoba ujian sampai lolos.

“Saya terusin nyoba walau pun gagal terus. Ya akhirnya berhasil walaupun enam kali bolak-balik Polres,” kenangnya.

Dari Vilya, kita bisa memetik satu kunci jika ingin lolos ujian SIM. Hal itu adalah kesabaran dan daya juang tinggi. Jangan lupakan juga dukungan moral dari orang-orang tercinta.

Namun selain dari kegagalan, kita juga bisa belajar dari keberhasilan. Akvis (29), laki-laki asal Tegal ini berhasil lolos sekali percobaan. Ia harus tes lagi di usia menjelang kepala tiga lantaran SIM lamanya telat diperpanjang.

“Dulu saya awal buat SIM itu nembak. Terus saat hangus, saya beritikad untuk membayar dosa masa lalu dengan ujian SIM sungguh-sungguh,” ujarnya. Akvis melakukan ujian praktik SIM C pada April 2020 lalu.

Menurutnya, kunci keberhasilan lolos ujian SIM sekali coba adalah latihan. Akvis rela datang ke Polresta sore sehari sebelum ujian untuk belajar. Hal itu membuatnya berkesempatan menguasai setiap rintangan yang esok akan dihadapi.

“Latihan itu sangat berpengaruh buat tahu rintangan yang akan dihadapi pas hari H ujian SIM. Juga biar tau cara mengambil celahnya. Misal harus mencet remnya gimana, terus ngegasnya gimana biar tetap seimbang,” jelasnya.

Keesokan harinya, Akvis datang ke tempat ujian dengan kepercayaan tinggi. Meski sempat terjadi beberapa drama karena ia dilarang menggunakan motor Vario miliknya. Ia tetap lolos juga.

“Pas tes itu nyenggol bollard-nya itu disuruh ngulangin padahal bener-bener sedikit nyenggolnya bahkan nggak jatuh bollard-nya. Ini kaya polisinya cari kesalahan-kesalahan deh,” ujarnya dengan emotikon tawa.

Saran dari Ditlantas Polda DIY

Setelah merekam cerita-cerita dari para peserta ujian SIM C, saya lantas menjumpai Perwira Urusan (Paur) SIM Ditlantas Polda DIY, AKP Samiyono. Mendengar penuturan saya tentang pengalaman Akvis, ia langsung memaparkan bahwa latihan di arena ujian praktik SIM sangat diperbolehkan.

“Jadi dari kepolisian terutama di Satpas itu kan ada lapangan praktik ya. Masyarakat kan boleh memakai itu. Itu kan fasilitas milik negara, kapan saja bisa dipakai kalau sedang tidak digunakan untuk ujian” terangnya.

Menurutnya, selama ini peserta ujian sering gagal karena kurang latihan. Tes SIM, menurut Samiyono, butuh keteguhan mental dan pengalaman. Kalau sudah grogi di hadapan para penguji, potensi gagal pun tinggi.

“Nah kemampuan itu bisa didapat dengan latihan. Datang saja ke Satpas untuk latihan. Banyak latihan Insya Allah akan lulus, tahu teori dan tau cara mengendalikan gas dan rem itu kunci,” jelasnya lagi.

Ia juga menerangkan bahwa kendaraan pribadi boleh dan bisa digunakan untuk ujian praktik SIM. Menurutnya, pihak penguji memahami bahwa setiap kendaraan punya karakter berbeda-beda. Orang akan lebih nyaman menggunakan kendaraan yang sudah biasa dipakainya. Namun, kriteria kendaraannya harus sesuai dengan milik kepolisian.

Tes ujian SIM C di Satpas DIY. (Hammam Izzudin/Mojok.co)

Mengenai persoalan anggapan ujian yang susah, Samiyono berujar bahwa uji praktik ini sudah diteliti dan relevan dengan kondisi lapangan. Bahkan menurutnya, realita di lapangan kadang menuntut pengendara berhadapan dengan situasi yang lebih sulit ketimbang ujian SIM.

“Di jalan tidak mungkin hanya satu kendaraan, mungkin saja ada yang berhenti mendadak di depan jadi perlu zig-zag. Itu ambil keputusan mau kanan dan kiri harus bereaksi cepat. Dan itu harus diuji kemampuannya,” terangnya.

Ia berharap, masyarakat jangan terbiasa mengambil jalan pintas dengan membuat SIM lewat jalur ilegal. Kemampuan berkendara yang tidak sesuai standar bisa membahayakan banyak orang.

“Dampaknya ya nanti di jalan. UU Lalu Lintas sudah mengatur mana kala terjadi insiden yang melibatkan meninggalnya seseorang, nanti akan diperiksa yang diperiksa tidak hanya pengendara, termasuk penerbitan SIM di mana, melalui mekanisme yang benar tidak,” imbuhnya.

Mengapa banyak yang gagal ujian SIM

Selanjutnya, saya juga menghubungi Head of Safety Riding Promotion Wahana, Agus Sani untuk menanyakan mengapa banyak orang Indonesia yang gagal dalam ujian SIM. Menurutnya, tingginya angka kegagalan disebabkan dasar pengetahuan tentang berkendara yang minim.

Agus menjelaskan bahwa secara teknis, banyak pengendara motor di Indonesia yang hanya memahami persoalan menjalankan kendaraan di jalan. Namun tidak mengetahui teori-teori seperti makna rambu lalu lintas, marka jalan, dan segala macamnya. Selain itu, ada sejumlah praktik penting dalam berkendara yang kerap diabaikan, padahal itu menyangkut keselamatan.

“Ketika peserta tidak tengok ke belakang atau safety check saat praktik itu langsung gagal. Rata-rata, peserta nggak tahu (pentingnya) hal itu,” ujarnya.

Peserta ujian SIM C di Satpas DIY. (Hammam Izzudin/Mojok.co)

Menurut sosok yang mengantongi sertifikat safety riding dari Honda Jepang ini, peserta yang hendak melakukan ujian SIM sebaiknya mendalami teori dan praktik berkendara secara mendalam.

“Teori terkait rambu dan marka jalan harus diketahui, banyak belajar dari buku dan internet. Itu kan dasar banget. Yang kedua persiapan praktiknya, melatih keseimbangan ketika mengendarai sepeda motor,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan agar para peserta SIM melatih kepercayaan diri. Grogi saat menghadapi ujian SIM justru bisa mengurangi performa dan kelihaian saat melewati rintangan.

Lolos ujian praktik SIM C, menurut Agus, sangat berpengaruh pada kemampuan seseorang menghadapi rintangan sesungguhnya di jalan raya. Ia mengaku sering mendengar cerita orang yang dipersulit penguji saat ujian praktik. Namun Agus berpesan, jangan ragu untuk membuat SIM di jalur yang legal.

“Ada beberapa pihak yang bilang polisi cari-cari kesalahan. Buat saya sih itu oknum saja, nggak fair kalau kita bilang semua. Pembuatan SIM di Indonesia kan nggak cuma di satu tempat aja kan ya. Tapi ada di banyak tempat. Jadi ada yang benar-benar objektif penilaiannya,” pungkasnya.

*) Tulisan kedua dari seri reportase ujian praktik SIM. Baca juga tulisan pertama seri reportase ujian praktik SIM : Cerita dari Peserta Ujian Praktik SIM yang Gagal, tapi Terus Mencoba

Reporter: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Cerita dari Peserta Ujian Praktik SIM yang Gagal, tapi Terus Mencoba

Exit mobile version