Membagikan foto di media sosial sudah menjadi hal yang lumrah. Namun, apa jadinya kalau foto-foto yang dibagikan untuk sekadar berbagi momen atau jepretan itu tiba-tiba muncul di akun booking online (BO) bahkan muncul di akun bokep?
Mojok bertemu dengan tiga orang yang mengalami kekerasan berbasis gender online (KBGO) dalam bentuk pencurian foto yang kemudian disalahgunakan pihak tertentu. Mereka lelah dan resah oleh teror yang kemudian menimpa.
***
Foto untuk akun open BO
Aruna (22) kaget luar biasa saat seorang kenalan satu fandom bertanya, “Kamu open BO dan VCS?” Rupanya orang tersebut menemukan foto Aruna yang diunggah sehari sebelumnya di status WhatsApp dibagikan ulang di sebuah grup di Telegram. Di grup itu, muncul akun yang menjajakan jasa video call sex (VCS) dan open BO memakai foto Aruna. Akun itu eksis di Line dan Twitter.
“Aku kaget, aku nggak tahu apa-apa. Aku khawatir banyak orang tahu, saat itu aku baru masuk kuliah juga, takut nama baik jelek,” kata Aruna.
Teman Aruna langsung menghubungi pemilik akun. Awalnya pemilik akun mengaku anak SMA yang sudah sering menjual jasa sejak SMP. Setelah didesak lebih lanjut, ia ternyata penipu, seorang laki-laki yang pura-pura jadi perempuan. Teman Aruna mengancam orang tersebut dan akhirnya pelaku menghapus Twitter dan Line.
Tak menduga lingkaran pertemanan yang mencuri
Kejadian nahas tersebut terjadi antara 2019 dan 2020. Aruna memang jarang mengunggah foto selfie di media sosial, bahkan cenderung pasif. Ia lebih sering mengunggah foto anime atau kartun.
“2019 itu mulai update foto. Itu baru lulus SMA, nggak berpikir bahwa orang lain akan menyalahgunakan fotoku,” katanya.
Aruna punya kenalan dengan anggota dance cover, fandom ARMY, dan role play di Line. Beberapa orang akhirnya menjadi teman di kehidupan nyata dan bermigrasi ke Whatsapp. Kebanyakan dari mereka berumur di bawah Aruna yang saat itu 17 tahun.
Bagi kebanyakan orang, kontak WhatsApp diasumsikan dengan sirkel pertemanan yang lebih kecil dan lebih dekat. Aruna meyakini orang yang mencuri fotonya berasal dari lingkaran pertemanan di WhatsApp. Alasannya, dua fotonya yang muncul di akun BO dan VCS hanya ia unggah ke status WhatsApp. Ia pun tak habis pikir sebab foto tersebut hanyalah foto biasa dengan outfit sweater.
Kasus pencurian foto Aruna tak sepenuhnya selesai, rasa was-was masih menghantuinya. Meski akun BO dan VCS menghapus akun yang menggunakan fotonya, tetapi hal yang sama terjadi kepada teman-teman Aruna. Foto mereka juga ada yang mencuri dan muncul di akun BO dan VCS.
“Kalau yang temanku sudah lapor ke pihak berwajib, hanya saja kurang bukti jadi belum ada tindakan,” Aruna hanya bisa berharap kejadian serupa tak terulang lagi. Ia mengingatkan kepada pembaca, agar memasang watermark di foto sebagai langkah pencegahan.
Foto berhijab untuk akun bokep
Di akhir tahun 2017, tiba-tiba permintaan pertemanan Keira di Instagram ramai, ia juga menerima DM pelecehan dari orang tak ia kenal. Awalnya Keira tak menggubrisnya, tapi karena risih, ia membalas dengan pasal 45 UU ITE.
“Selang dua bulan masih ramai orang follow IG-ku. Karena penasaran, saya tanya salah satu yang meminta peretemanan, ia menjawab bahwa foto saya tersebar di Twitter dan banyak yang melihatnya. Langsung saya minta akun Twitternya, ternyata benar ada tiga foto saya dengan caption yang melecehkan,” katanya menjelaskan.
Ia tahu fotonya dicuri pada Maret 2018. Keira sampai menekankan bahwa fotonya menggunakan hijab dan sangat sopan, tapi jelas itu adalah foto yang dicuri dari akun Instagramnya. Akun Twitter tersebut kemudian memblokir Keira.
“Saya dan teman-teman sudah report tapi tidak juga hilang. Korbannya banyak jadi banyak yang report terutama korban dan teman-teman korban. Sepertinya sudah tidak aktif tapi membuat akun baru lainnya,” katanya.
Kesal sudah pasti. Keira juga merasa malu sebab bukan ia dan teman dekatnya saja yang melihat. Beberapa orang yang tahu Keira tapi tak bersinggungan dengannya juga melihat dan bertanya langsung pada teman dekat Keira.
Trauma dan psikiater
“Saya trauma. Sudah meminta baik-baik untuk di-takedown tapi pelaku tidak mau tahu. Dua tahun menjalani hari dengan rasa takut karna parno takut tiba-tiba orang yang jalan di sekitar saya ternyata melihat saya di akun bokep,” ujarnya.
Hari-hari terasa berat selama dua tahun berlalu. Ia merasa malu dan curiga pada orang terdekat, tidak mau bertemu dengan teman-teman kampus di luar jadwal kuliah karena takut mereka tahu kasusnya.
Di media sosial, Keira sering selalu was-was jika ada pesan masuk. Ia pun sempat menghilang di Instagram selama setahun.
“Suatu waktu karena posisi baru magang dan mengharuskan membuka Instagram, saya terpencet switch akun menjadi business account yang ternyata menjadikan akun jadi nonprivasi, langsung gemetaran keringat dingin tremor parah karena selalu menaruh curiga sama semua orang yang mau mengikuti Instagram saya,” terang Keira.
Keira baru bisa berdamai setelah 2,5 tahun berlalu.
Mengalami hal serupa seperti Keira, Cala (22, nama samaran) harus ke psikiater untuk menyebuhkan traumanya hingga saat ini. Ia adalah korban KBGO yang foto wajahnya dicuri oleh pelaku yang memakai aplikasi deep fake.
“Dampak secara psikis aku jadi rendah diri dan ketakutan sama orang lain. Apalagi kalau orang yang udah lihat video itu. Aku kepikiran karir juga buruk nantinya, entah di pekerjaan ataupun hal yang lain, stress, dan depresi karena merasa diri kotor padahal aku sama sekali tidak melakukan hal tersebut,” kata Cala.
Korban KBGO sejak SMA
Kejadian yang menimpa Cala terjadi sejak SMA, saat umurnya masih 16 tahun. Setelah putus dengan pacarnya, ia terus mendapat teror kiriman sebuah video tak senonoh yang berwajah dirinya. Video dikirim kepada setiap pacar baru Cala.
Meski saat ini sudah lulus kuliah, gangguan pelecehan tersebut selalu menghantuinya. Cala menjadi frustrasi oleh dua alasan: anonimitas pelaku dan motifnya hingga bertahun-tahun. Ada kecurigaan bahwa video dikirim oleh orang terdekat tapi tak ada cukup bukti.
“Kata pacar saya, videonya itu mirip banget sama muka saya. Habis pacar saya lihat. orang yang WhatsApp tersebut langsung menarik video (unsend) dan langsung blokir nomor pacar. Jadi saya sampai sekarang belum tahu siapa yang berbuat seperti itu,” terangnya.
Cala berusaha mencari kebenaran ke para mantan tapi semua mengaku tidak pernah bikin video iseng seperti itu. Mereka pun merasa tak pernah punya nomor pacar baru Cala.
Ia sendiri tak pernah lihat videonya secara langsung karena video langsung ditarik sesaat setelah dilihat dan memblokir nomor penerimanya. Teror ini selalu menggunakan nomor baru dan setelah diperiksa melalui GetContact, hasilnya tetap nihil.
Perbuatan pelecehan ini tak sampai di situ, video juga beredar di Twitter. Namun, saat Cala mencoba mencari akun penyebar, akun sudah ditangguhkan (suspended).
“Aku jadi banyak kepikiran ini dan itu. Sempat ke psikiater untuk mendapatkan penanganan khusus sampai sekarang, tapi sudah agak mendingan,” ujarnya. Cala sudah konsultasi ke psikiater. Rencananya ia juga ingin segera menempuh jalur hukum apabila bisa mendeteksi nomor pelaku.
Aruna, Keira, dan Cala adalah korban yang seringkali pihak berwajib menolak laporannya karena tak cukup bukti. Di sisi lain, mereka harus menanggung rasa malu dan stigma dari orang-orang yang tak punya solidaritas dan perspektif korban.
Reporter: Ussy Sara Salim
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Bebas dan Nyaman, Kos Eksklusif Menjamur di Jogja, Kaum Mendang-mending Minggir Dulu
Cek berita dan artikel lainnya di Google News