Omah Kenangan di Surabaya mendadak viral lantaran disebut-sebut sebagai rumah kenangan Bung Karno dengan Haryati, istri keenamnya. Mojok mendapat klarifikasi langsung untuk meluruskan narasi ngawur yang beredar di media. Juga informasi tentang surat cinta Bung Karno yang tercecer di rumah tersebut.
***
Lepas asar pada Sabtu, (10/09/2022), saya mengisi waktu senggang untuk berkunjung ke Omah Kenangan di Jl. Cipunegara, Darmo, Surabaya, sekitar 17 menitan dari kos saya di Wonocolo Pabrik Kulit.
Meski tertutup pohon mangga yang lumayan rimbun, tapi cukup mudah untuk menebak di mana lokasi Omah Kenangan berada. Pasalnya, di antara deretan rumah di Jl. Cipunegara, Omah Kenangan tampak begitu mencolok sebagai bangunan lawas bergaya kolonial.
“Omah Kenangan: Menu Makan Ganti Setiap Hari”, demikian tulisan yang tertera di banner kecil yang dipasang di pintu gerbang rumah.
“Yang jadi tempat makan itu di lantai atas, Mas, lantai dua. Kalau yang bawah itu tempat tinggal,” ujar salah satu tukang parkir mengarahkan.
Saya lantas meniti anak tangga menuju lantai atas. Melihat ruangan yang dipenuhi dengan foto dan benda-benda lawas, Omah Kenangan memang lebih cocok disebut museum alih-alih sebagai rumah makan.
Seluruh dinding ruangan dipenuhi dengan foto keluarga Haryati, istri keenam Bung Karno. Bahkan di beberapa sudut juga terdapat foto berdua Bung Karno dan Haryati. Selebihnya adalah meja, kursi, perabotan, serta benda-benda lain yang disebut memang sudah ada sejak rumah tersebut dihuni oleh keluarga Haryati.
Saya kemudian dijamu oleh Enny Wisnu Wulandari, perempuan paruh baya yang saat ini menempati Omah Kenangan dan mengoperasikannya sebagai rumah makan, hingga belakangan tanpa perkiraannya bisa viral di media sosial.
Bukan rumah kenangan Bung Karno dan Haryati
Hal pertama yang coba diluruskan Bu Enny adalah terkait kisah romantika Bung Karno dan Haryati di Omah Kenangan yang sudah terlanjur beredar luas.
Bu Enny sendiri merupakan keponakan dari Haryati, istri keenam Bung Karno. Di antara sekian banyak saudaranya, kebetulan ia yang saat ini kebagian jatah untuk meninggali sekaligus merawat rumah tersebut.
“Ibu Haryati itu anak terakhir dari delapan bersaudara, Ibu saya, Soeharlin, itu kakaknya pas, anak nomor tujuh. Jadi saya ini keponakan Bu Haryati,” ujarnya.
Jika merujuk pada beberapa catatan sejarah, Haryati dikatakan bukan sebagai istri keenam, melainkan istri ketujuh. Adapun istri keenam adalah Naoko Nemoto, istri Jepang Bung Karno yang kemudian lebih akrab dikenal dengan nama Ratna Sari Dewi.
Dilihat dari buku My Friend the Dictator (1967) karya Cindy Adams, tercatat Bung Karno menikahi Ratna Sari Dewi terlebih dulu pada 1962. Setahun kemudian, barulah Bung Karno menikahi Haryati, yakni pada 1963. Namun, dari pihak keluarga Haryati mengatakan kalau Haryati adalah istri keenam.
Terlepas dari mana urutan yang benar. masih dalam buku yang sama disebutkan bahwa Bung Karno sendiri memang tidak terlalu berkenan untuk mencantumkan kisah pernikahannya dengan Ratna Sari Dewi, Haryati, dan Yurike Sanger yang dinikahinya pada 1964. Sehingga tak heran jika kisah romantika antara Bung Karno dengan Haryati tidak terlalu terekspos.
Dalam buku tersebut juga dipaparkan sedikit proses pertemuan Bung Karno dan Haryati hingga akhirnya berlanjut ke jenjang pernikahan. Bung Karno kali pertama bertemu Haryati saat gadis asal Surabaya itu menari di Istana Bogor.
Keduanya lantas menikah secara sederhana di Jakarta pada 21 Mei 1963. Saat itu Bung Karno sudah berusia 63 tahun, sementara Haryati masih berusia 23 tahun. Hal ini juga dibenarkan oleh Bu Enny.
“Bu Haryati itu kan penari. Bertemu Pak Karno saat beliau menari di Istana Bogor. Ya sudah akhirnya (Bu Haryati) dilirik, terus dinikahi,” tutur Bu Enny.
Surat cinta Bung Karno yang tercecer
Bu Enny menegaskan, Omah Kenangan bukanlah rumah milik Bung Karno dan Haryati. Rumah tersebut adalah rumah dari keluarga Haryati.
Haryati tidak lain hanyalah satu dari sekian bagian keluarga yang tinggal di rumah tersebut. Pasalnya, dituturkan Bu Enny, tidak sedikit media yang menulis kalau rumah tersebut adalah rumah presiden pertama RI dengan istri keenamnya itu.
“Apalagi ada yang mengatakan kalau ada kisah romantis Bung Karno dan Bu Haryati di sini, dilebih-lebihkan itu. Bung Karno ke sini saja nggak pernah,” terang Bu Enny.
Seturut pengakuan Bu Enny, selama menjadi suami dari Haryati, Bung Karno sendiri tak pernah singgah di rumah keluarga Haryati. Omah Kenangan menjadi tempat singgah Haryati saat ia kebetulan pulang ke Surabaya.
“Seringnya beliau (Bu Haryati) itu pulang ke sini sendiri, Pak Karno nggak ikut,” jelasnya.
“Beberapa kali Bung Karno memang nitip dibawakan makanan khas Surabaya sama Bu Haryati. Tapi itu lumrah, namanya juga suami minta dibawakan oleh-oleh istrinya waktu pulang kampung, kok,” tutur Bu Enny menanggapi pemberitaan yang mengatakan bahwa saking bucinnya Bung Karno, ia sering meminta agar Haryati membawakan masakan dari rumah di Surabaya.
Kalau ada kenangan perihal hubungan antara Bung Karno dan Haryati di Omah Kenangan, itu hanyalah secarik surat cinta dari Bung Karno untuk Haryati yang tercecer saat Haryati berada di rumah Surabaya. Itupun ditemukan Bu Enny tanpa sengaja saat dirinya tengah bersih-bersih dan menata ulang perabotan di rumah tersebut.
“Surat itu saya temukan waktu bersih-bersih berkas milik ibu saya, lalu saya simpan. Nggak ada motif apa-apa, saya anggap ya itu kenangan keluarga saja,” lanjutnya.
Benarkah ada kenangan romantis Bung Karno di Omah Kenangan?
Omah Kenangan resmi dibuka belum lama ini, persisnya pada Februari 2022. Lalu tanpa dinyana-nyana Omah Kenangan mendadak ramai pengunjung usai viral di media sosial.
“Puncak-puncaknya pada bulan Juni. Itu kan bulan Bung Karno (memperingati hari kelahiran Bung Karno tanggal 6 Juni). Setelah itu makin banyak yang berkunjung. Dari rombongan keluarga hingga anak-anak muda,” akunya.
Meski kini Omah Kenangan cukup ngehits di Surabaya, akan tetapi Bu Enny sendiri mengaku biasa saja. Ia bahkan cenderung ‘kurang sreg’ ketika makin banyak orang yang memviralkan rumah keluarganya tersebut.
Pasalnya, banyak orang yang membuat narasi-narasi agak ngawur dan terkesan melebih-lebihkan mengenai Omah Kenangan. Sementara Bu Enny sendiri menghendaki kalau Omah Kenangan dikenal tidak lebih sebagai rumah makan dengan konsep vintage, itu saja.
“Ada senangnya kalau viral, karena imbasnya jadi ramai pengunjung. Tapi nggak usah diberitakan yang aneh-aneh lah. Sekali lagi ini kan cuma rumah keluarga istri Bung Karno, kebetulan juga perabotannya masih perabotan kuno. Nggak ada kisah romanis atau apa lah,” ujar Bu Enny.
Bu Enny sempat heran manakala per bulan Juni 2022 lalu Omah Kenangan mendadak ramai dicari banyak orang. Bukan hanya sekadar untuk makan, tetapi juga sembari foto-foto hingga membuat konten vlog dan TikTok.
“Mungkin awalnya ada yang ke sini, terus melihat ada barang-barang antik ada foto Bung Karno dan Bu Haryati, langsung difoto, dimasukin ke internet. Tapi ceritanya dikarang-karang sendiri, nggak nanya-nanya dulu,” keluh Bu Enny.
Pemilihan nama Omah Kenangan juga sebenarnya nggak macem-macem. “Karena rumah ini menyimpan kenangan keluarga kami, ya sudah dinamakan Omah Kenangan. Orang-orang ngiranya ada kenangan romantis antara Bung Karno dan Haryati yang terjadi di rumah ini,” tambahnya.
Menu yang berganti-gangi tiap hari
Lebih lanjut Bu Enny menjelaskan, alasannya mengubah rumah keluarganya tersebut menjadi rumah makan juga tak muluk-muluk.
Sebelumnya Bu Enny sempat berjualan pindah-pindah dari satu kantin perkantoran ke kantin yang lain. Namun, karena merasa sudah tua dan tidak selincah dulu lagi saat beraktivitas, akhirnya ia memutuskan untuk berjualan di rumahnya sendiri.
“Kalau di rumah sendiri kan sudah nggak mikir biaya sewa dan bisa sedikit lebih santai. Jadi di samping hemat energi juga hemat biaya,” akunya.
Menu yang disediakan di Omah Kenangan memang berganti-ganti setiap hari. Hanya saja prinsip masakannya sama, yakni menu sederhana khas masakan rumahan.
Menu yang tersaji di Omah Kenangan di antaranya adalah cah kangkung, kotoan tahu tempe, sambel krecek, dan menu-menu khas rumahan lain. Ada juga menu umum di warung makan seperti nasi campur, pecel, hingga rawon. Semua menu tersebut dimasak sendiri oleh Bu Enny.
“Saya sendiri dasarnya suka masak. Saya kan dulu lulusan SKKA Kamboja sini, ambil tata boga. Jadi karena suka masak saja, nggak ada alasan khusus kenapa menunya ganti-ganti setiap hari
“Alasan menunya dibuat ala rumahan pun karena cara masaknya lebih simpel. Selain itu juga agar yang mampir ke sini kesannya seperti makan di rumah sendiri. Konsep sebenarnya kan seperti itu,” imbuhnya.
Untuk harga makanan di Omah Kenangan pun bervariasi, tergantung jenis dan banyak lauk yang dipilih, yakni di kisaran Rp10 ribu hingga Rp20 ribu per porsi. Untuk minuman disediakan beberapa jenis minuman botol mulai harga Rp5 ribu hingga Rp10 ribu, tergantung merk.
“Bukanya pukul 11.00 WIB, untuk tutupnya maksimal pukul 18.00 WIB. Bisa lebih awal kalau memang sore begini sudah habis,” jelas Bu Enny.
***
Tuntas berbincang dengan Bu Enny sekaligus mencicipi menu makanan di Omah Kenangan, saya lantas berkeliling sambil mengambil gambar. Foto-foto Bung Karno dan Haryati tampak di beberapa dinding ruangan.
Saya berkenalan dengan Iwan Djaja (27), salah satu pengunjung yang sore itu tengah duduk santai di balkon rumah.
Pria yang berprofesi sebagai fotografer lepas tersebut mengaku baru belakangan ini mendengar viralnya Omah Kenangan. Lantaran penasaran, ia pun mampir. Di samping untuk mencicipi masakan Bu Enny juga untuk menambah koleksi foto di kameranya.
“Saya itu sering, Mas, lewat sini. Tapi dulu memang rumah biasa, nggak ada apa-apa. Mangkanya saya juga heran, kok bisa tiba-tiba viral di medsos,” ungkapnya.
Kami lantas terlibat obrolan panjang sambil menikmati sore yang gerah di balkon Omah Kenangan. Membuat kami sejenak lupa bahwa kami tengah memasuki malam Minggu, malam yang membuat jalanan Surabaya menjadi padat merayap, engap, dan bising lantaran klakson yang bersahut-sahutan. Sangat-sangat menyebalkan!
Reporter: Muchammad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono