Mengikuti Regu Khusus PLN, Pengendali Listrik yang Jadi Salah Satu Pekerjaan Paling Berisiko di Dunia

regu khusus PLN pekerjaan paling berisiko di dunia

Seperti pasukan khusus di militer, Perusahaan Listrik Negara (PLN) punya regu pasukan khusus yang anggotanya hanya 1.504 orang di seluruh Indonesia. Mereka disebut sebagai regu Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB). Tugasnya melakukan pekerjaan-pekerjaan berbahaya yang hubungannya dengan instalasi listrik.

Bersama satu tim PDKB di PLN Unit Pelayanan Pelanggan  (UP3) Yogyakarta yang berjumlah 8 orang, Mojok berkesempatan untuk mengikuti aktivitas mereka di Lendah, Kulon Progo, Rabu (18/01/2023).

*** 

Para petugas dari PLN UP3 Yogyakarta, tengah sibuk, merakit sebuah alat di emperan rumah warga. Alat tersebut hendak dipasang di salah satu tiang yang terletak di Lendah, Kulon Progo. Sekitar satu jam perjalanan dari markas PLN UP3 Yogyakarta di Gedongkuning, Bantul.

Mereka memasang, lalu melepas kembali beberapa komponen. Seperti berusaha memastikan perakitannya tepat dan tak kurang suatu apapun. Para petugas ini mengenakan alat perlindungan diri lengkap, mulai dari helm, sarung tangan, sampai sepatu khusus yang mampu mengisolasi hantaran listrik.

“Maklum ini alat baru. Ini fusesaver. Fungsinya seperti sikring kalau di rumah,” terang seorang petugas yang tak ikut merakit barang tersebut.

Petugas lain lalu menjelaskan kalau alat keluaran pabrik Siemens ini mampu mendeteksi gangguan non-permanen pada arus listrik. Gangguan-gangguan yang biasa timbul karena terkena batang pohon. Di sekitar tiang ini memang banyak pepohonan milik warga yang cukup berdekatan.

“Jadi kalau biasanya ada gangguan itu listriknya mati permanen. Tapi alat ini bisa mendeteksi kalau gangguan itu sementara, jadi otomatis bisa nyala lagi,” ujar petugas bermasker tadi, melanjutkan penjelasannya tentang fusesaver.

Regu khusus PDKB PLN Jogja menyiapkan alat fusesaver. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Saat melakukan tugas pemasangan alat ini, aliran listrik tidak dipadamkan. Tidak sembarang petugas dari PLN bisa melakukan pekerjaan di tengah hantaran listrik bertegangan tinggi seperti ini. Hanya petugas khusus yang punya kemampuan ini. Di Jogja, hanya ada satu regu khusus PLN yang terdiri dari 7 petugas dan satu supervisor.

Mereka merupakan regu Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB). Pasukan khusus PLN yang bergerak taktis di urusan perbaikan dan pemeliharaan. Tanpa melihat keberadaannya, masyarakat tidak merasakan kehadirannya, sebab kerja mereka tidak membuat listrik di rumah padam. Namun, hal itulah yang justru jadi tantangan.

Sekitar lima belas menit, proses merangkai fusesaver pun tuntas. Petugas lalu kembali bersiap untuk tahapan selanjutnya. Kabel-kabel dipersiapkan dan alat-alat dari mobil dipilah satu per satu.

“Obeng-nya mana ini,” ujar seorang petugas sambil mengorek wadah. Tak berselang lama, obeng pun ditemukan di wadah yang berbeda.

Selanjutnya, mobil khusus dengan semacam crane di belakangnya, mengalihkan tenaga dari roda ke empat hidrolik di setiap sisinya. Tubuh mobil itu sedikit terangkat dan lebih stabil. 

Dua petugas yang berada di ujung crane kemudian terangkat. Mendekati puncak tiang listrik. Hanya ada dua petugas yang melakukan sentuhan langsung dengan tegangan listrik pada pemasangan kali ini.

Selain APD selayaknya petugas lain, mereka dilengkapi pakaian khusus berwarna kuning yang melindungi badan. Sebuah sarung tangan yang menghambat arus listrik juga dikenakan. Perlengkapan yang dikenakan kali ini, punya level yang mampu menahan listik bertegangan 20 KV. 

Dua petugas mulai mengoperasikan sejumlah peralatan di atas. Pertama-tama, alat yang dipasang adalah bypass jumper. Alat tersebut dipasang di sisi tegangan lalu disambungkan ke sisi beban di seberangnya. Fungsinya untuk mengalirkan listrik dan aliran listrik tetap menyala saat fusaver dipasang.

Di tengah proses itu, suara tegangan listrik berdesing kencang. Terdengar jelas di telinga kami yang berada di bawah. Mendengar itu hati saya was-was. Namun, para petugas di atas tetap tenang, selama menjalankan standar operasional ketat, mereka yakin semua akan aman.

Petugas PLN memasang fusesaver di Lendah Kulon Progo, Selasa (18/01/2023)

Setelah bypass jumper berfungsi, mereka lalu turun terlebih dahulu. Ada proses menunggu sebelum akhirnya naik kembali untuk memasang fusesaver. Semua proses itu berjalan cukup cepat, tidak sampai memakan waktu satu jam.

Pekerjaan ringan sampai berat

Setelah proses rampung, para petugas duduk bercengkerama. Memakan camilan sambil bercerita banyak hal. Utomo Abi, seorang anggota regu PDKB mengatakan bahwa pemasangan fusesaver merupakan salah satu tugas yang tergolong mudah.

Lelaki yang sudah cukup lama di regu PDKB ini awalnya bertugas di Solo. Sebelum akhirnya pindah ke Yogyakarta. Sudah banyak tugas yang ia lewati dengan penuh tantangan.

Saat awal masuk regu ini, proses pengerjaan regu PDKB masih menggunakan metode berjarak. Metode ini artinya para petugas tidak bersentuhan langsung dengan konduktor listrik bertegangan tinggi.

“Dulu saat awal masuk, masih pakai alat seperti galah untuk bertugas. Jadi ada galah yang berfungsi untuk memotong kabel, memasang peralatan, dan sebagainya,” terang lelaki kelahiran Purwokerto ini.

Metode seperti itu digunakan oleh tim PDKB sebelum kehadiran mobil yang mendukung untuk metode sentuh langsung. Saat masih mengandalkan metode jarak, buat Abi, prosesnya cenderung lebih lama dan melelahkan.

Jika pemasangan kali ini tergolong mudah, salah satu tugas terberat menurut Abi adalah proses sisip tiang. Pengerjaan ini merupakan proses penambahan sebuah tiang listrik di antara dua tiang yang sudah berdiri. Prosesnya memakan waktu lama, sekaligus perlu banyak tenaga.

“Kalau proses sisip tiang itu tidak cukup hanya satu regu PDKB. Perlu ada tim tambahan dari pihak ketiga di luar PDKB,” terangnya.

Pihak ketiga di luar PDKB diandalkan untuk proses mendirikan tiang listrik. Setelah itu, untuk pemasangan dan hal-hal yang berkaitan dengan sentuhan langsung dengan hal-hal bertegangan tinggi diambil langsung oleh PDKB. Pemasangan tiang tersebut dilakukan tanpa memadamkan aliran listriknya.

“Kalau dibilang, salah satu yang paling berat, ya sisip tiang ini. Bahkan awalnya saya nggak mengira kalau itu bisa dilakukan PDKB yang jumlahnya tidak terlalu banyak,” paparnya.

Regu khusus PLN beristirahat usai mengerjakan pemasangan fusesaver. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Selain itu, tugas terberat lain yang kerap dijalani tim ini adalah pemasangan switch listrik di tiang-tiang. Waktu yang dibutuhkan juga cukup lama seperti halnya sisip tiang baru.

Risiko juga datang dari faktor lingkungan hingga model konstruksi di lapangan. Keberadaan pohon misalnya, kerap mengganggu proses pengerjaan. Belum lagi di tengah kota dengan jaringan kabel yang rumit.

“Misalnya, di Seturan, Sleman, itu kabelnya di tiang ada tiga jalur dan ada dua tingkatan. Jadi ada di atas dan di bawah. Itu juga cukup ngeri dan bikin waswas terus sampai sekarang,” cetusnya.

Di Indonesia cuma ada 1.321 petugas

Tugas berat yang dibebankan di pundak tim PDKB membuat mereka harus benar-benar terlatih. Saat awal masuk PLN, mereka mengikuti diklat dengan durasi hampir satu tahun. 

Diawali dengan pelatihan dasar kelistrikan lalu berlanjut spesifikasi kemampuan yang perlu dimiliki PDKB. Tim dari Jogja melakukan diklat di Semarang.

PLN Jogja juga berfokus pada distribusi listrik sehingga tim PDKB di sini tidak mengerjakan tugas di titik-titik transmisi seperti Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

Mengutip laman pln.co.id, hingga November 2022, sat ini, PLN memiliki 470 personel PDKB Tegangan Tinggi yang terdiri dari 31 tim PDKB Jaringan dan 30 tim PDKB Gardu yang tersebar di 33 Unit Pelaksana Transmisi di seluruh Indonesia. PLN juga memiliki 1.034 personel PDKB Tegangan Menengah yang terdiri dari 51 tim PDKB Berjarak dan 62 tim PDKB Sentuh Langsung yang tersebar di 22 Unit Induk Distribusi (UID)/Unit Induk Wilayah (UIW) di seluruh Indonesia. Sehingga jika ditotal ada sekitar 1.504 petugas PLN yang berkualifikasi sebagai personel PDKB.

Kendati sudah melakukan diklat khusus cukup panjang, para petugas mengaku mengalami banyak kendala dan keraguan saat awal diturunkan ke lapangan. Abi misalnya, tugas-tugas awalnya banyak berupa penggantian travo. Dan saat itu, ia selalu merasakan rasa ragu dan khawatir.

“Perasaannya saat awal selalu tegang. Bahkan sampai tidak percaya dengan alat. Kadang ragu alat ini benar-benar bisa mengisolasi listrik atau tidak, padahal sudah ada pengecekan rutin,” curhatnya.

Keraguan dan kekhawatiran itu perlahan bisa teratasi dengan keyakinan pada prosedur SOP yang ketat. Kedisiplinan itu adalah modal utama untuk menghindari kecelakaan kerja.

Hampir setiap hari, mereka bertugas bersentuhan langsung dengan konduktor listrik bertegangan tinggi. Utamanya memang pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan terjadwal seperti pelumasan dan cek jumper listrik.

Namun, selain itu, kerap terjadi kondisi force majeure yang membuat regu ini perlu selalu bersiaga 24 jam. Ketika musim penghujan dan kerap terjadi angin kencang, beberapa titik di Jogja kerap terjadi kerusakan kabel listrik. Selain karena pohon tumbang juga karena baliho-baliho besar di pinggir jalan.

Susu setiap hari untuk regu khusus PLN

Humas PLN UP3 Yogyakarta, Rina Wijaya mengatakan pada kondisi tertentu, diperlukan bantuan dari regu PDKB Klaten, Magelang, hingga Solo. 

Tujuh anggota Regu Khusus PDKB PLN Wilayah DIY yang khusus memperbaiki jaringan tegangan tinggi. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

“Memang, tugas mereka tergolong berat. Ada kejadian seperti kabel listrik terkena runtuhan baliho di malam hari, pengerjaan bisa sampai subuh. Tapi beberapa kasus seperti itu, ketika listrinya sampai padam, bisa meminta bantuan tim di luar PDKB,” terang perempuan yang juga hadir saat proses pemasangan fusesaver di Kulon Progo.

Krusialnya keberadaan tim ini membuat PLN benar-benar memberikan perhatian khusus pada setiap anggotanya. Mereka diberikan cek kesehatan rutin, lantaran kondisi fisik sangat memengaruhi kinerja. Ketika sedang tidak fit, maka anggota tidak diizinkan untuk melakukan operasi.

“Bahkan khusus, kami berikan susu di kantor untuk mereka setiap hari,” ujarnya seraya tertawa.

Belakangan, Rina mengaku bahwa PLN dituntut untuk semakin taktis menjawab kebutuhan listrik masyarakat. Keluhan bisa datang dari berbagai saluran, termasuk media sosial. Di tengah terbatasnya anggota, PDKB perlu terus bergerak.

“Maka dari itu, PDKB ini bergerak sesuai prioritas. Sebab, wilayah Jogja cukup luas sedangkan sekarang hanya ada satu regu ini,” jelasnya.

Para teknisi listrik ini bekerja penuh tantangan setiap hari. Bureau of Labor Statistics pernah membuat laporan bahwa petugas pasang listrik merupakan salah satu pekerjaan paling berisiko di dunia. Bekerja dengan taruhan nyawa jika mengabaikan satu dua elemen dalam SOP.

Usai menuntaskan pekerjaan di Kulon Progo, para petugas lantas menaiki mobil kembali. Hari ini, masih ada satu tugas lagi yang harus mereka kerjakan. Mobil berjalan perlahan, beberapa di antara petugas duduk di bagian terbuka belakang mobil, mereka terlihat antusias untuk melanjutkan pekerjaan dan menghadapi tantangan lainnya.

Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Kopi Lemah Abang dan Alasannya Tak Mau Pakai Listrik PLN. Dapatkan informasi terbaru Mojok.co di Google News.

Exit mobile version