Di tanah rantau, hal-hal yang kadang tak terpintas di benak warga setempat bisa jadi lahan usaha menjanjikan buat orang Madura. Para perantau dari tanah Karapan Sapi ini punya daya juang yang tinggi di tempat orang.
Mojok merangkum delapan usaha yang biasa ditekuni orang Madura di perantauan. Beberapa jenis usaha mereka, didominasi pendatang dari kabupaten tertentu. Meski bukan menjalankan bisnis waralaba, tapi corak mereka bisa serupa.
***
Demi menggali informasi itu, Mojok oleh menemui Jugil Adiningrat (43). Ia merupakan Ketua Keluarga Madura Yogyakarta (KMY) yang menjadi wadah berjejaring sekaligus saling bantu sesama perantauan.
Sebenarnya, ada tiga kategori para perantau Madura. Ketiganya yakni cendekiawan, mahasiswa, dan niagawan. Masing-masing punya jejaring tersendiri.
“Tapi kalau bicara orang Madura memang yang paling terkenal urusan perniagaannya,” ucap Jugil dengan bangga saat ditemui di Kantor Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Asosiasi Kontraktor Nusantara Kota Yogyakarta, Kamis (15/9). Di kantor tersebut, sosok yang bergelut di bidang properti ini beraktivitas sehari-hari.
Menurut Jugil, usaha orang Madura di tanah rantau memang begitu beragam. Namun, ada beberapa jenis usaha yang dominan dan lekat dengan asal kabupaten para perantau tersebut.
#1 Toko Kelontong
Dalam beberapa tahun belakangan, kemunculan toko kelontong Madura menjadi tren yang menjamur di berbagai daerah termasuk di Jogja. Sebelumnya Mojok pernah melakukan liputan terkait usaha ini dan menemukan beragam ciri khas yang melekat padanya.
Toko Kelontong Madura punya ciri yang hampir pasti buka 24 jam. Lalu selalu memiliki stasiun pengisan BBM alias Pom Mini. Meski kebanyakan tokonya sempit tapi menyediakan stok barang kebutuhan yang lengkap.
Bahkan, di sejumlah warung, ada senjata khas yang digunakan untuk berjaga-jaga lantaran toko ini buka seharian non-stop. Senjata tersebut adalah clurit.
“Ya ini sebenarnya dipajang di belakang kasir saja. Biar orang yang mau jahat jadi mikir-mikir,” kata Muhdiyin, seorang pengelola toko yang sempat Mojok wawancarai.
Selanjutnya, menurut Jugil, Toko Kelontong Madura ini didominasi oleh orang Sumenep. Meski ada juga sebagian orang dari Sampang hingga Pamekasan yang juga menggeluti bisnis ini.
“Tapi jumlahnya tidak sebanyak Sumenep. Intinya toko ini itu punya tagline menyaingi Indomaret dan Alfamart. Kita siap melawan gurita Indomaret dan Alfamart,” ujarnya seraya tertawa lepas.
#2 Tukang Gigi
Meski kerap dipandang sebelah mata, ternyata jumlah tukang gigi Madura masih banyak. Di Jogja, menurut Jugil, ada sekitar 700 tukang gigi dari daerahnya. Jumlah ini juga dikonfirmasi oleh Subur Adicahyono, ketua paguyuban tukang gigi Madura-DIY.
Tukang gigi Madura, menurut Subur, didominasi oleh perantau dari Pamekasan dan Sumenep. Dua daerah ini mendominasi profesi tukang gigi sejak dahulu.
Selain itu, salah satu hal menarik dari para profesi ini adalah keberaniannya. Mereka pernah bersatu menggungat Permenkes No.26 Tahun 2012 yang melarang segala operasional tukang gigi.
“Kami lawan, berjuang saat itu. Kami turun aksi. Audiensi ke DPR hingga mengajukan tuntutan ke MK,” ujar Subur berapi-api.
Akhirnya, pelarangan itu pun direvisi. Meski dengan sejumlah pembatasan. Para tukang gigi ini akhirnya hanya boleh melakukan praktik membuat dan lepas pasang gigi palsu.
#3 Penjual Sate
Ini salah satu profesi yang sudah begitu melekat pada para perantau Madura. Sate ayam dengan bumbu kacang yang kental buatan mereka sudah tersebar di berbagai penjuru Nusantara. Ada yang membuka lapak, ada juga yang berkeliling menggunakan gerobak.
Jugil menuturkan bahwa penjual sate kebanyakan dari Bangkalan dan Sampang. Meski dalam perkembangannya, banyak juga dari daerah lain yang mengikuti tren kesuksesan para pedagang sate dari sana.
Di depan kantor Mojok, saya pernah bertemu dengan Rafli. Anak muda yang usianya baru 18 tahun ini sudah merantau dari Madura untuk berjualan sate keliling di Jogja. Ia mengaku berasal dari Sampang dan mengikuti jejak kerabatnya untuk hijrah ke Jogja
#4 Tukang cukur
Di tengah gempuran barbershop modern dengan tarif yang cukup tinggi, para tukang cukur dari Madura masih eksis dan bertahan. Bermodal lapak kecil di sudut-sudut jalan, mereka mudah ditemukan di berbagai kota.
“Kalau tukang cukur itu sudah banyak ya. Saya tidak tahu spesifiknya dari Madura sebelah mana. General saja mungkin,” kata Jugil.
#5 Bebek Madura dan penyetan
Orang Madura juga dikenal sering berjualan bebek dan penyetan. Paling populer tentu bebek dengan bumbu hitam yang menggugah selera.
Jugil menuturkan kalau lini usaha kuliner ini banyak digeluti oleh pendatang dari Bangkalan. Kabupaten paling barat di Pulau Madura ini tampaknya memang kaya akan khazanah kulinernya.
#6 Bubur kacang hijau
Tenda berwarna kuning jadi identitas yang lekat pada para penjual bubur kacang hijau dari Madura. Kacang hijau dipadukan dengan beras ketan dan beras merah siap mengganjal laparmu ketika malam datang.
Meski corak tenda dan perabot jualan nyaris serupa di setiap penjual. Menurut penuturan Jugil dagangan tersebut tidak bersistem waralaba ataupun dimiliki oleh juragan yang sama.
Soleh (24), pedagang bubur asal Sampang yang berjualan di Condongcatur, Sleman juga mengonfirmasi hal tersebut. Menurutnya, para pedagang ini jalan sendiri-sendiri, hanya menerapkan konsep yang sama dalam berjualan.
Para pedagang ini diperkirakan kebanyakan berasal dari Bangkalan dan Sampang. Lagi-lagi menunjukkan bahwa dua kabupaten ini memang mendominasi khazanah kuliner Madura yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
#7 Juragan rongsok
Selain beberapa usaha tadi, masih banyak lagi lahan dagang orang Madura. Beberapa mungkin sudah umum diketahui, seperti usaha pengepul besi tua. Tapi ternyata, usaha rongsok hingga bongkaran bangunan juga jadi lahan yang mereka garap.
“Di Jogja, namanya borongan atau bongkaran rumah dan hotel itu mesti Madura. Jadi itu beda dengan rongsok. Madura juga nguasain rongsok sak Indonesia Raya,” katanya tertawa.
Ia mencontohkan salah satu SPBU mangkrak di daerah Sagan, Yogyakarta. Katanya, untuk proses pembongkaran dan pemanfaat pretelan bekas-bekas bangunan sudah diakusisi oleh orang Madura.
#8 Usaha barang antik dan keris
Selanjutnya, ternyata di Jogja banyak juga orang Madura yang bermain di usaha barang antik, kayu, hingga cutting stiker. Bahkan usaha kerajinan keris di Jogja sekarang juga banyak digeluti orang Madura yang berasal dari Sumenep. Hal itu lantaran daerah tersebut dikenal sebagai kota keris.
“Jadi di Jogja, orang Madura juga banyak jualan keris,” celetuknya.
Seiring berkembangnya ragam bisnis yang mereka kelola, KMY berupaya untuk mendata secara rinci dan memberikan dukungan bagi para pelaku usaha tadi.
“Kalau ada konflik antar pedagang kita yang turun memediasi. Jadi KMY bagaimana memanejemen keluarga Madura di Jogja agar lebih kuat, strategis, dan merasa lebih aman,” jelasnya.
Pola bisnis orang Madura berdasarkan kedaerahan ini menurut Jugil terjadi secara getok tular. Ada tokoh sukses yang kemudian ditiru.
“Keberhasilan tokoh itu dianggap peluang bersama, akhirnya peluang itu jadi getok tular dan diikuti. Hal itu yang membuat misalnya toko kelontong banyak dari Sumenep, pasti awalnya kisah suksesnya diawali orang sana,” paparnya kembali.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono