Penipuan berkedok kerja online memakan banyak korban. Uang puluhan juta lenyap dalam sekejap berkat kecanggihan pelaku memanipulasi pikiran. Beberapa korban membagikan ceritanya kepada Mojok.
***
Rima* (28) sedang mengandung buah hati saat pesan ajakan untuk menjalankan kerja online datang di WhatsApp. Berbekal sebuah tautan ke grup Telegram, ia mendapat banyak informasi tentang peluang mendapatkan pundi-pundi rupiah secara mudah.
“Aku lagi nggak kerja saat hamil. Jadi awal ikut penugasan itu lumayan banget lah untuk tambahan uang dapur,” ujar Rima saat Mojok hubungi, Senin (8/5).
Awalnya mudah dan lancar
Penugasan itu terbilang sederhana, Rima hanya perlu mengikuti dan menyukai sebuah postingan yang pelaku yang mengaku dari agensi digital. Kedoknya adalah untuk menaikkan trefik dari klien agensi tersebut.
Hanya dengan kerja online begitu, Rima sudah mendapatkan uang puluhan ribu rupiah per hari. Pencairannya pun cepat. Sehingga ia pun semakin tergiur dengan peluang yang menurutnya menjanjikan
“Akhirnya aku percaya deh dengan pola itu,” ujarnya mengenang kejadian Februari 2023 lalu.
Berselang beberapa hari, penugasan yang ia dapat semakin beragam. Mulai ada kejanggalan saat ia mendapat tugas bertajuk special task. Jika tidak ia ikuti, ada ancaman bahwa komisi untuk pekerjaan selanjutnya semakin mengecil.
Special task mengharuskan Rima untuk melakukan deposit dengan iming-iming potensi pengembalian dana kerja atau bisnis online yang semakin banyak. Melihat banyak orang di grup Telegram yang dengan mudah mentransfer dana, ia pun akhirnya yakin.
“Deposit awalnya cuma 400-800 ribu. Dua kali deposit nggak ada masalah. Uang bisa kembali. Mulai yang ketiga itu masalah terjadi,” katanya.
Permasalahan terjadi saat deposit sudah di atas Rp1 juta. Penipu terus memancing korban dengan dalih, jika tidak segera dideposit tambahan, penarikan uang semakin sulit. Hingga akhirnya, total ia telah melakukan transaksi sekitar Rp26 juta. Uang itu raib, tak bisa kembali.
Padahal uang itu Rima pinjam dari beberapa kerabat. Ia pun harus menanggung beban utang sekaligus rasa bersalah terhadap keluarganya. Beruntung, ia merasa orang terdekatnya membantunya untuk bangkit.
“Kalau ingat saat itu rasanya gemetaran. Aku stres parah. Trauma sampai konsultasi ke psikolog. Keluarga untungnya memaafkan ketololanku ini,” curhatnya.
“Ceritanya seperti yang terjadi ke Kak Syifa. Persis seperti itu,” imbuhya.
AKU KENA SCAM ONLINE HABIS 21 JT.
Sampe sekarang msh acting belum sadar dan msh komunikasi sm komplotan penipunya, udah lapor polisi tp belum ada tindakan apa2 selain hrs nunggu 14 hari.
Please baca! pelakunya msh berkeliaran cari korban.. jangan ada yg kena lagi 🙏A thread.
— Syifa Giarsyah (@Giarsyahsyifa) May 7, 2023
Bagaimana pelaku memanipulasi korban kerja online
Syifa Giarsyah (29) merupakan korban yang baru saja mengalami penipuan kerja online. Ia merupakan ibu rumah tangga. Senin (1/5/2023) saat kejadian, Syifa sedang merawat dua buah hatinya.
Pesan tawaran untuk melakukan pekerjaan sampingan datang lewat WhatsApp. Tugasnya sederhana, ia harus like dan subscribe video untuk menaikan trefik sebuah akun.
Setiap tiga kali penugasan, ia mendapat reward berupa uang senilai belasan hingga puluhan ribu rupiah. Ia lalu mendapat arahan untuk masuk ke sebuah grup Telegram dengan anggota lebih dari tiga ratus akun. Jumlah itu membuatnya yakin bahwa usaha ini cukup kredibel.
“Awalnya receh tapi memang pelaku berhasil membuat saya hanyut dalam permainan mereka,” ujarnya.
Setelah tiga penugasan dan mendapatkan imbal dana, mekanisme baru pun bermunculan. Ia mulai diarahkan untuk mendeposit sejumlah dana dengan dalih menaikkan transaction rate di website crypto. Yang semula ia hanya kerja online kemudian mendapat bayaran, kemudian ia harus setor modal. Ada imbal balik hingga 20 persen dengan menyetor dana Rp300-500 ribu.
“Sekali lagi, melihat banyak yang menunjukkan bukti transaksi di grup saya pun hanyut,” curhatnya.
Hari itu, uang yang ia deposit langsung kembali beserta sejumlah dana keuntungan dua puluh persen. Ia pun semakin yakin.
Sampai akhirnya pada Selasa (2/5), intensitas penugasan pun meningkat dengan nominal uang yang lebih besar. Hari itu, mulai jam 10 pagi, ia mendapat cecaran pesan untuk melakukan tugas. Awalnya hanya like dan subscribe.
Ia lalu mendapat tantangan untuk melakukan deposit dengan jumlah jutaan rupiah. Sampai saat itu, ia merasa semua masih baik-baik saja. Ia pun belum memberi tahu suami tentang aktivitasnya.
Termanipulasi grup pilihan
Setelah melakukan deposit senilai Rp2.558.000 ia lalu mendapat undangan bergabung dengan grup bertajuk VIP dengan anggota hanya lima akun. Ia termanipulasi, bahwa grup ini merupakan anggota pilihan yang bisa mendapat imbal dana lebih besar.
“Aku udah dikeluarkan dari grup yang isinya ratusan orang itu,” paparnya.
Di grup VIP tersebut, semuanya harus menyelesaikan tugas bersama-sama. Jika ada satu yang menunda, terdapat ancaman imbal dana akan terhambat. Ia lalu mendapat penugasan untuk kembali melakukan deposit uang dengan nominal yang lebih besar dari sebelumnya.
“Akhirnya deposit lagi Rp3,7 juta. Ada perasaan bahwa aku nggak mau menghambat tim ini mendapat keuntungan,” kenangnya sambil tertawa, merasa sedih sekaligus terbodohi.
Saat itu, transaksi masih berkutat di website crypto. Ia masih merasa aman karena memang biasanya imbal dana terjadi setelah tiga kali penugasan. Sampai akhirnya tugas selanjutnya datang.
“Di sini kami harus deposit lagi dengan nominal Rp14,7 juta. Gila. Akun supervisornya bilang ini yang terakhir,” paparnya.
Ragu, tapi penipu pintar merayu
Ia mengaku mulai merasa ragu. Namun, melihat pola sebelumnya, reward baru akan ia dapat setelah transaksi ketiga sehingga sisi lain dirinya merasa terpacu.
Syifa lantas nekat mengambil uang tabungan dari usaha laundry kecil-kecilan yang ia kelola. Padahal uang itu hendak ia gunakan untuk memperpanjang sewa ruko. Penipu berhasil memanipulasi dirinya sehingga ia terus terpacu.
Uang tabungan di rekeningnya sebenarnya tidak cukup sehingga Syifa mulai menghubugi suami yang sedang bekerja di sebuah instansi pemerintahan. Sebenarnya, suaminya pun ragu, memastikan bahwa istrinya benar-benar sadar dan tidak tertipu.
“Tapi aku maksa. Aku yakinkan bahwa ini aman,” paparnya.
Uang pun terkumpul dan langsung ia deposit lagi. Total saat itu ia sudah menyerahkan uang senilai Rp21 juta kepada penipu. Jumlah yang begitu banyak buatnya. Semua tabungan di rekening miliknya sudah raib.
Sadar kena scam penipuan kerja online
Ia lalu berharap agar uangnya bisa segera kembali. Namun, justru pelaku berdalih bahwa ada perubahan sistem. Korban harus melakukan deposit lagi minimal Rp30 juta.
Di titik itu, meski sudah dilanda keraguan, Syifa masih memiliki niatan untuk kembali mengikuti permainan pelaku. Uang sudah mencoba menarik uang di rekening reksadana miliknya. Beruntung, pencairan reksadana tidak cepat sehingga ada jeda sampai momen kesadaran tiba.
“Dalam kondisi capek, posisi udah magrib, dikerjain sama para penipu ini dari pagi, ngurus dua anak, dan suami belum pulang kerja. Aku mulai menangis dan otakku menyadari kalau aku kena tipu, tapi hatiku masih denial merasa ini nggak mungkin terjadi kepadaku,” curhatnya.
Syifa juga sempat mencoba untuk menghubungi akun lain di grup. Namun, mereka berlagak seolah tenang dan menyarankan Syifa agar tetap melanjutkan permainan. Ia menduga akun-akun itu juga rekayasa pelaku.
Ia melakukan transaksi besar-besaran itu sejak jam 10 pagi hingga 6 sore. Pada saat suaminya pulang kerja, tiba-tiba ia baru sadar bahwa ia sudah tertipu.
“Aku langsung nangis. Muntah di depan suami,” ujarnya.
Ia menangisi uang yang hilang sekaligus kebodohan yang telah ia lakukan. Syifa sadar bahwa pada rentang waktu delapan jam itu pikirannya benar-benar termanipulasi. Pelaku tidak memberikan jeda bagi korban untuk berpikir.
“Mereka paham psikologi korban. Polanya kan memang hasil cair setelah tiga kali tugas. Jadi korban terus terpacu karena sudah ada bukti tiga tugas sebelumnya berhasil,” keluhnya.
Blokir rekening pelaku kerja online
Perempuan ini merasa beruntung karena suaminya tidak langsung melempar amarah. Lelaki itu berusaha menenangkannya dan mencari solusi.
Ia hanya bisa meratapi nasibya. Sehari berselang, ia melaporkan penipuan itu ke kantor polisi terdekat. Semua bukti ia tunjukkan, tapi Syifa mengaku pihak polisi mengaku tidak bisa melakukan proses cepat untuk melacak penipu.
“Posisi itu aku sudah nggak ada harapan lagi. Cuma dapat surat laporan dan harus menunggu 14 hari sampai prosesnya selesai,” ujarnya.
Upaya berlanjut dengan mendatangi bank. Syifa mencoba memblokir rekening pelaku. Namun, ternyata sudah ada korban lain yang meminta pemblokiran melalui call center. Setelah menunjukkan surat laporan ke bank akhirnya rekening itu pun diblokir secara permanen.
Di posisi itu, Syifa menghubungi pelaku dan berlagak ingin melakukan transfer dana. Akhirnya ia mendapat rekening baru Bank CIMB Niaga atas nama Agustiawan Lubis. Ia langsung bekerja sama dengan customer service untuk melakukan pemblokiran ulang.
“Total aku blokir lima rekening mereka saat di bank. Ada dana Rp17 juta yang terblokir di rekening itu karena belum sempat pelaku pindahkan. Lumayan, sedikit mengobati sakit hatiku,” kenangnya.
Puluhan korban penipuan bisnis online
Sampai saat Syifa melakukan wawancara dengan Mojok, pelaku masih intens menghubungi. Perempuan tersebut berlagak belum menyadari bahwa ia tertipu supaya masih bisa terus berhubungan dengan pelaku.
“Terakhir, setelah tweet-ku viral akhirnya ada telepon dari Polres Metro Depok. Mereka minta aku kirim bukti lagi. Tapi belum ada kepastian prosesnya,” paparnya.
Ia mengaku mendapat banyak cerita para korban sejak unggahannya viral. Ada sebuah grup WhatsApp berisi puluhan orang korban. Kerugian mereka beragam bahkan ada yang mencapai Rp300 juta.
Korban penipuan ini beragam. Ada lelaki yang terkena jerat namun tidak menceritakan hal itu pada istri dan keluarganya. Kondisi seperti ini memang sering dianggap aib.
“Aku pun bener-bener malu,” kata Syifa.
Syifa mengakui kecerobohannya. Ia yang awalnya ingin kerja online, malah tertipu. Namun, sebenarnya, perempuan ini bukan orang yang tidak paham perihal keamanan finansial. Sebab ia pernah bekerja di sebuah bank.
“Aku paham bahwa investasi return di atas 20 persen dalam satu annual itu udah nggak beres. Tapi tetap saja saat itu aku terperdaya. Penipunya benar-benar bisa memahami psikologis korban dan tidak memberikan jeda,” jelasnya.
Selain mendapat dukungan dan berbagai cerita senabis, setelah unggahannya viral, ia juga mendapat banyak cemoohan. Ia mengaku tidak masalah dianggap bodoh. Ia yakin di luar sana masih ada banyak potensi korban.
“Semua orang pasti tahu bahaya seperti ini. Tapi ketika berhadapan dengan situasi yang pas, kadang kita bisa lengah. Aku mengakui kebodohanku tapi semoga nggak ada korban lagi,” pungkasnya.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Suara Hati Warung Kecil di Rest Area Tol yang Sempat Ditutup karena Harga Tak Wajar dan tulisan menarik lainnya di kanal Liputan.