Jagat maya pernah sekali dibuat ramai. Sebuah artikel di IDN Times Jogja yang diunggah tanggal 18 Mei 2020 yang mengisahkan pemakaman jenazah pasien Covid-19 yang masih anak-anak, di Bantul, Yogyakarta. Kemudian @LekDay mengunggahnya kembali dalam sebuah foto di akun Twitter-nya. Seutas kalimat disematkan di atas foto dua orang berpakaian APD dan sebuah keranda kecil berwarna putih, “Pemakaman terberat adalah ketika memakamkan sebuah peti kecil.” Cuitannya pun ramai ditanggapi oleh khalayak. Pasien itu bukan hanya masih anak-anak tapi seorang bayi yang baru berusia 10 hari.
Data yang dirilis oleh pemerintah melalui laman resmi Satgas Penanganan Covid-19 Indonesia, diperlihatkan bahwa per 07 Januari 2020, jumlah kasus positif sebesar 797.723 orang. Dan di bagian lain juga diperlihatkan bahwa jumlah anak-anak yang terjangkit adalah sekitar 21.539 anak, atau sekitar 2,7% dari total penderita. Angka tersebut adalah pasien anak-anak yang berusia di bawah lima tahun.
Alunan lagu Baby Shark menembus dinding-dinding Menara 5. Hingga menghampiri saya di Lantai 10. Suaranya sangat terdengar jelas. Padahal suara tersebut harus melintasi dua lantai di bawah saya. Demikianlah jika pagi hari di Sabtu. Hampir setiap menara di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta akan digunakan sebagai waktu bermain bagi anak-anak yang menempati fasilitasi isolasi mandiri ini.
Entah mereka datang bersama orang tua, atau hanya ditemani oleh kakak mereka. Sama halnya dengan saya, kami semua sama-sama telah ditetapkan sebagai penghuni wisma ini untuk beberapa hari. Masing-masing divonis positif terjangkit oleh virus celaka, coronavirus.
Yodha menirukan rahang hiu yang terbuka tutup. Kadang kala juga ia hanya menggunakan jari-jarinya. Atau kedua pergelangan tangannya disatukan, dan telapak tangannya digerakkan seperti rahang ikan hiu. Mikrofon telah disematkan sementara di ponco pakaian hazmatnya. Di dada sebelah kanannya, ia tempelkan fotonya. Muka dan senyumnya terlihat dengan jelas. Dan namanya dituliskan dengan spidol berwarna biru di atasnya.
Bersama empat orang rekannya, Yodha adalah relawan yang ditugaskan untuk menjadi penghibur bai pasien anak-anak di setiap akhir pekan di Wisma Atlet Kemayoran. Berpakaian hazmat lengkap, tulisan dengan huruf besar di punggung mereka. Tulisan social worker terpampang jelas dengan ikon-ikon anak-anak di bawahnya.
“Relawan untuk menghibur dan mengajar anak-anak pengidap Covid-19 di wisma ini adalah gabungan dari Basarnas, BNPB, Kementerian Sosial, Kementerian PPA, dan organisasi sosial lainnya. Setiap menara, akan ditugaskan 3 hingga 5 orang relawan di setiap hari Sabtu pagi,” ujarnya sembari mempersiapkan beberapa lembar kertas dengan pola berwarna hitam yang nantinya akan diwarnai oleh anak-anak. Alat tulis warna juga sudah disiapkan oleh rekan relawan lainnya.
Namun jumlah kertas gambar dan alat tulis tersebut tidak mencukupi. Meskipun masing-masing kertas telah dibagikan ke setiap pasang anak-anak. Begitu juga dengan alat tulis yang dibagikan. Alat tulis berwarna tersebut tidak lengkap warnanya. Mau tidak mau, beberapa anak harus menunggu penggandaan gambar dan alat tulis warna lainnya.
Salah seorang relawan pun harus berlari ke gudang logistik untuk mencari lembaran kertas gambar yang tersisa. “Setiap minggunya, kami hanya mampu menyediakan sekitar 50 lembar kertas gambar, dan 100 alat tulis berwarna. Dan jumlah pasien anak-anak yang datang hari ini berjumlah 130 orang,” lanjutnya.
Dua hari yang lalu memang mobil ambulans dan bus sekolah yang mengangkut pasien baru ramai berlalu lalang. Hampir tiada henti. Apalagi di pagi dan sore hari. Menurut informasi dari salah seorang perawat, di sore hari sebelumnya saja jumlah pasien baru yang akan dirawat di fasilitas ini berjumlah sekitar 300-an orang. Hampir sepertiganya adalah anak-anak.
“Bisa dibayangkan jumlahnya. Di Menara 5 saja, ada 130 orang anak-anak yang masuk. Usianya beragam tentu saja, dan hanya balita atau yang berumur di bawah 10 tahun yang kami fasilitasi. Jika dirata-ratakan, ada 4 menara yang sekarang ini digunakan untuk perawatan,” Widya yang juga relawan sosial dari BNPB ikut menambahkan. Makanya logistik untuk kegiatan anak-anak pun tidak mencukupi.
Saya pastinya tidak punya data tentang jumlah pasien anak-anak penderita Covid-19 di fasilitas ini. Namun jika berkeliling di Wisma Atlet kala pagi dan sore hari, orang-orang dewasa yang ditemani oleh anak-anak pun jumlahnya tidak sedikit.
Pagi hari itu sepertinya jumlahnya semakin banyak. Tentu saya berharap lagu Baby Shark itu tidak lagi terdengar di Wisma Atlet. Pasien anak-anak itu sembuh dan tidak ada lagi pasien anak-anak yang datang. Namun, belum ada yang bisa memastikan kapan pagebluk penyakit ini akan bisa diatasi dengan maksimal.
—
Seri Liputan “Cerita Pasien Covid-19 di Wisma Atlet”
- Jumat Kedua di Wisma Atlet
- Lantai 12 Wisma Atlet Pelepas Suntuk
- Pasien Anak-anak, Baby Shark dan Kertas Gambar yang Tersisa
[Sassy_Social_Share]