Suka duka mahasiswa UAJY selama bekerja
Setiap pekerjaan tentu memiliki resikonya masing-masing. Bagi David yang bekerja di jalanan, pun juga bagi Meltinda yang bekerja di belakang layar laptop. Keduanya sama-sama melayani banyak orang sehingga tak jarang terjadi hal-hal di luar dugaan.
Ketika ditanya mengenai pengalaman unik, David langsung menjelaskan bahwa ia lebih sering mendapat pengalaman yang positif ketimbang pengalaman negatif.
“Pernah satu customer minta cepet-cepet soalnya mau buat ibunya katanya, jadi aku bilang ‘oke saya otw ngebut kalau sudah jadi makanannya’, si customer seneng banget jadinya ngasih tips tambahan gitu,” jelas David.
Namun, David tidak dapat memungkiri, pengalaman kurang enak pun pernah ia rasakan. “Kalau pengalaman gak enaknya juga beberapa kali ada sih, yang paling sering tuh nungguin customer keluar rumah yang bisa lama banget,” keluh David.
“Sampai ditelpon kadang gak diangkat-angkat gitu, kalau bayarnya pakai Shopee Pay sih gak masalah ya, bisa langsung dicantelin. Tapi kalau bayarnya cash, kan harus nagih ketemu orangnya ya, jadi mau gak mau harus nungguin,” lanjutnya
Berbicara mengenai perseteruan dengan customer, Meltinda juga mengaku pernah mendapatkan pengalaman serupa.
“Sering aku kehabisan stok dan mereka gak sabaran sedangkan pengirimannya kan dari luar pulau, jadi lama nunggunya,” ujarnya.
Kerja, tapi jadi mahasiswa UAJY tetap yang utama
Meski harus bekerja dan mengurusi banyak customer, David maupun Meltinda sepakat bahwa perkuliahan tetap menjadi tanggung jawab utama.
“Sejauh ini kalau tugas sampai kelewat sih belum, soalnya aku juga nggak mau menyia-nyiakan kuliahku, udah dibayarin mahal-mahal sama orang tua, harus tetap tanggung jawab sih,” ujar David.
Bagi David, ia selalu mengedepankan kelas dari mata kuliahnya sehingga apabila terdapat kelas pagi, maka ia hanya akan bekerja pada siang sampai malamnya.
Sedangkan untuk tugas-tugas, ia akan mengerjakannya seusai bekerja. Apabila tugasnya dianggap mudah, maka akan ia selesaikan malam itu juga. Namun, jika sulit, David akan menyiapkan waktu lebih lama sehingga harus selesai bekerja lebih cepat.
Meltinda juga mengatakan ia tidak terlalu kewalahan untuk mengerjakan tugas kuliah sembari bekerja karena ia memiliki orang kepercayaan untuk membantu meng-handle bisnisnya tersebut.
Tetap akan jadi kerja sampingan
Baik David maupun Meltinda menyatakan bahwa pekerjaan dan usaha yang mereka kerjakan saat ini hanya sebagai sampingan saja.
“Bakal jadi sampingan aja sih, karena aku pengen buka usaha lain yang aku seriusin yaitu Salon, makanya aku sambil buka jasa make up juga di Jogja,” ungkap Meltinda menceritakan impiannya ke depan.
“Kalau kedepannya kayaknya nggak bakal jadi (pekerjaan) utama deh, tetep jadi sampingan, misal pulang kerja baru on bid, nyalain aplikasi, jadi nggak jadi pekerjaan tetap,” jelas David.
Sebenarnya ada banyak mahasiswa UAJY yang nyambi kerja, tapi tidak sedikit yang malu-malu menceritakan kesibukannya. Salah satunya, Jason (23) yang mengatakan bahwa dirinya telah membayar sendiri biaya kuliahnya sejak semester tiga.
Ia bekerja sebagai social media specialist sekaligus digital marketing di salah satu brand skincare di Bandung, Jason mengaku bisa mendapat penghasilan dari lima sampai delapan juta rupiah setiap bulannya.
Ketika ditanya mengenai rasa sungkan atau malu karena kerja sampingan dan harus membayar biaya kuliahnya sendiri, Jason menjawab dengan singkat.
“Nggak malu sih, dan gak pernah malu,” tegasnya cowok yang asli Bandung ini. Kini meski belum diwisuda, Jason sudah full time menjadi karyawan.
Bagaimanapun, UAJY akan tetap dikenal sebagai kampus elite dengan biaya masuknya yang tinggi. Tapi, kampus elite bukan berarti mahasiswanya rebahan kan?
Reporter: Zefanya Pilar Tilarso
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Saat Uang Ngopi Mahasiswa Jogja di Coffee Shop Lebih dari Biaya Makan dan Sewa Kos