Sejak homebase Persebaya Surabaya pindah ke Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), ada cukup banyak suporter Bonek yang “menjadi jauh” dengan tim Bajul Ijo. Stadion GBT seperti tak tersentuh oleh warga Surabaya sendiri. Membayangkan untuk sampai ke sana saja sulit.
***
Tahun 2018 menjadi momen pertama sekaligus terakhir kali bagi Musa (25) nonton pertandingan Persebaya secara langsung di Stadion GBT. Setelahnya, ia lebih sering nonton Persebaya Surabaya di warkop-warkop kecil yang menggelar nonton bareng.
Toh suasana di warkop saat nobar laga Persebaya, bagi Musa, tak kalah seru dari nonton langsung di Stadion GBT. Para Bonek yang nobar di warkop sama bergemuruhnya dengan Bonek di Stadion GBT.
“2018 itu masih semester 2. Di daerah belakang kampus (UINSA, Wonocolo) ada warkop namanya Warkop Bonek. Itu dulu buat nobar Persebaya kalau main. Pasti ramai,” terang Musa kepada Mojok, Rabu (29/05/2024).
Nyaris pingsan saat ke Stadion GBT Surabaya
Musa sebenarnya asli Nganjuk, Jawa Timur. Hanya saja kalau ditanya klub lokal mana yang ia sukai, maka Musa akan dengan mantap menjawab “Persebaya”. Ketimbang klub-klub lokal Jawa Timur lain seperti Arema, Madura United, Persik Kediri, atau Persela Lamongan, menurut Musa Persebaya masih lebih gagah.
“Kayak sangar aja jadi bagian dari Bonek.” Dulunya begitulah alasan kenapa ia suka dengan klub Berjuluk Bajul Ijo.
Oleh karena itu, saat akhirnya kuliah di Surabaya, Musa punya keinginan untuk bisa nonton ke Stadion GBT. Keinginan itu didukung dengan teman-teman di lingkaran Musa yang rata-rata juga mengaku sebagai Bonek. Atau paling tidak suka lah nonton langsung pertandingan Persebaya di Stadion GBT.
Keinginan Musa pun kesampaian pada tahun 2018. Ia lupa saat itu laga Persebaya melawan klub mana. Yang jelas, ia dan beberapa temannya berangkat ke Stadion GBT naik motor.
“Ternyata Stadion GBT jauh juga. Ya kira-kira satu jaman lebih sekian lah. Karena pertandingan sore, berangkat agak siang. Jam satuan. Itu Surabaya lagi panas-panasnya,” kata Musa.
Belum lagi di tahun-tahun tersebut jalanan menuju Benowo masih satu arah. Itupun berupa jalanan sempit yang tentu akan menimbulkan macet parah. Karena yang melintas tak hanya kendaraan kecil, tapi juga kendaraan-kendaraan muatan besar.
Karena kondisi Musa belum makan, kena macet dan panas menyengat bikin kepalanya keliyengan. Nyaris saja ia pingsan, sebelum akhirnya ia bisa lepas dari kemacetan dan memutuskan untuk berhenti di warung.
Musa memang salah karena saat itu tak makan dulu sebelum ke Stadion GBT. Namun, bayangan betapa jauhnya Stadion GBT dari tempatnya tinggal di Surabaya Selatan membuatnya wegah untuk nonton langsung lagi ke stadion yang berlokasi di ujung Surabaya Barat tersebut.
Stadion GBT membuat Bonek hanya bisa nonton di TV
Sebagai informasi, lokasi Stadion GBT memang sangat jauh dari pusat kota Surabaya. Malah cenderung lebih dekat dengan kabupaten sebelah (Gresik, Jawa Timur).
Jarak antara pusat kota Surabaya ke Stadion GBT berkisar 23 km. Sementara dengan Gresik hanya berjarak 10 km saja.
Hal tersebut, bagi beberapa Bonek (khususunya generasi tua) agak wegah untuk nonton Persebaya langsung di Stadion GBT. Ini bukan persoalan loyal atau tidak loyal. Tapi ada banyak pertimbangan.
Karena untuk ke Stadion GBT, artinya ada ongkos yang perlu ditambah. Misalnya ongkos bensin. Itu pun bukan jadi masalah berarti. Karena masalah yang lebih penting adalah soal keamanan di jalan saat menuju ke Stadion GBT.
Makin sulit lagi bagi Bonek yang tak punya kendaraan pribadi. Karena tak ada transportasi umum dengan rute langsung atau khusus ke arah stadion.
Mojok pernah berbincang dengan Aris Susanti (49), warga Kampung Lemah Putro, Surabaya, yang terkenal sebagai kampung penggila bola. Sebuah kampung kecil yang terletak di jantung Kota Pahlawan.
Saat Mojok temui pada Jumat (27/10/2023) silam, Aris Susanti bercerita bahwa suami dan anaknya sama-sama penggila bola, juga seorang Bonek sejati. Bahkan anaknya sekarang menjadi seorang pelatih futsal di sebuah kampus negeri di Surabaya.
Sejak anaknya masih kecil, suami Aris Susanti memang kerap mengajak sang anak nonton Persebaya Surabaya secara langsung di Stadion Gelora 10 Nopember. Mengingat, jaraknya tak jauh, hanya hitungan menit dari rumah sudah sampai.
“Pertimbangan nggak nonton langsung di GBT karena jauh,” ujar Aris Susanti.
Jadi lebih was-was saja. Apalagi Stadion GBT lokasinya terbilang mencil: di tengah-tengah tambak garam dan jauh dari pemukiman. Kalau malam pun cenderung gelap. Sehingga potensi jadi korban kriminalitas masih tinggi. Alhasil, suami dan anaknya lebih sering nonton lewat TV atau nobar di balai warga.
Baca halaman selanjutnya…
Bonek cuma bisa nonton Persebaya di TV
Rasanya jadi Bonek yang nggak nribun
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sudarsono (51), masih dari Kampung Lemah Putro. Ia mengaku saat Persebaya masih main di Stadion Gelora 10 Nopember, ia nyaris tak pernah absen untuk nonton langsung.
Ia bahkan rela meninggalkan kerjaan demi bisa nonton langsung laga Persebaya. Meskipun sekarang pun masih begitu: kalau Persebaya main, ia pasti akan lebih memilih mantengin TV ketimbang jualan nasi goreng (pekerjaan Sudarsono sehari-hari).
“Kalau Persebaya main nggak besa ditinggal. Malah jualannya yang saya tinggal,” ungkap Sudarsono.
Sudarsono sebenarnya masih sangat ingin nonton di tribun stadion. Tapi bagaimana lagi, ia tak bisa menjangkau Stadion GBT. Transportasi publik untuk ke arah Stadion GBT tak ada, sementara Sudarsono sendiri tak punya kendaraan pribadi.
Beda dengan dulu saat ke Stadion Gelora 10 Nopember yang relatif lebih mudah. Meski begitu, loyalitas Sudarsono sebagai Bonek tak pernah luntur. Itu ia tunjukkan dengan mengorbankan waktu jualan demi nonton Persebaya Surabaya di TV.
Tentu masih banyak Bonek yang merasakan keluhan yang sama seperti Musa, Aris Susanti, dan Sudarsono. Alhasil, mereka hanya bisa bergemuruh dan bernyanyi di depan layar TV.
Sebab kenyataannya memang tidak semua Bonek bisa dengan mudah nonton langsung ke Stadion GBT karena saking sulitnya. Kontributor Mojok, Tiara Uci, pernah menggambarkan betapa sulitnya Bonek untuk nonton Persebaya Surabaya di Stadion GBT dalam artikel apik berjudul, “Perjuangan Suporter Persebaya Menuju Stadion GBT Itu Berat, Orang Biasa Nggak Akan Kuat!”
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.