Rasanya jadi Bonek yang nggak nribun
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sudarsono (51), masih dari Kampung Lemah Putro. Ia mengaku saat Persebaya masih main di Stadion Gelora 10 Nopember, ia nyaris tak pernah absen untuk nonton langsung.
Ia bahkan rela meninggalkan kerjaan demi bisa nonton langsung laga Persebaya. Meskipun sekarang pun masih begitu: kalau Persebaya main, ia pasti akan lebih memilih mantengin TV ketimbang jualan nasi goreng (pekerjaan Sudarsono sehari-hari).
“Kalau Persebaya main nggak besa ditinggal. Malah jualannya yang saya tinggal,” ungkap Sudarsono.
Sudarsono sebenarnya masih sangat ingin nonton di tribun stadion. Tapi bagaimana lagi, ia tak bisa menjangkau Stadion GBT. Transportasi publik untuk ke arah Stadion GBT tak ada, sementara Sudarsono sendiri tak punya kendaraan pribadi.
Beda dengan dulu saat ke Stadion Gelora 10 Nopember yang relatif lebih mudah. Meski begitu, loyalitas Sudarsono sebagai Bonek tak pernah luntur. Itu ia tunjukkan dengan mengorbankan waktu jualan demi nonton Persebaya Surabaya di TV.
Tentu masih banyak Bonek yang merasakan keluhan yang sama seperti Musa, Aris Susanti, dan Sudarsono. Alhasil, mereka hanya bisa bergemuruh dan bernyanyi di depan layar TV.
Sebab kenyataannya memang tidak semua Bonek bisa dengan mudah nonton langsung ke Stadion GBT karena saking sulitnya. Kontributor Mojok, Tiara Uci, pernah menggambarkan betapa sulitnya Bonek untuk nonton Persebaya Surabaya di Stadion GBT dalam artikel apik berjudul, “Perjuangan Suporter Persebaya Menuju Stadion GBT Itu Berat, Orang Biasa Nggak Akan Kuat!”
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.