Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Orang Kebumen Pertama Kali Nginep di Jepang: Bingung Cara Pakai Toilet sampai Cebok Pakai Botol Air

Muhammad Akhyar Ad Dafiq oleh Muhammad Akhyar Ad Dafiq
14 Juni 2025
A A
Orang Kebumen pertama kali ke Jepang, bingung perkara toilet MOJOK.CO

Ilustrasi - Orang Kebumen pertama kali ke Jepang, bingung perkara toilet. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pengalaman pertama kali orang Kebumen ke Jepang berakhir konyol hanya gara-gara persoalan kloset.

Sebagai orang dari pedesaan Kebumen, Jawa Tengah, ketika pergi ke daerah perkotaan, hal yang paling menjengkelkan bagi saya adalah bertemu kloset duduk. Pasalnya, di desa, saya sudah terbiasa menggunakan kloset jongkok untuk kebutuhan buang hajat.

Maka ketika dihadapkan dengan kloset duduk, di sebuah mall misalnya, saya benar-benar sangat kerepotan. Kalau duduk, rasanya tak nyaman. Hajat saja sulit keluar juga.  Alhasil, sering saya “terpaksa” harus tetap jongkok. Ini juga lebih merepotkan lagi.

Belum lagi persoalan cebok. Semprotan bidet dan tombol flush pun sangat tidak familiar untuk tangan wong Kebumen saya yang terlanjur terbiasa dengan gayung dan bak atu ember air.

Saya pikir kloset duduk sudah menjadi  raja terakhir dalam persoalan buang hajat orang Kebumen seperti saya. Tapi saya salah. Saya menemukan toilet yang konsepnya lebih merepotkan lagi, yang pertama kali saya jumpai ketika hendak ke Jepang.

Orang Kebumen pergi ke Jepang, mules karena makanan pesawat

Pada September 2024 lalu, saya mengikuti sebuah program relawan di Jepang yang diadakan oleh sekolah saya. Salah satu culture shock saya sebagai orang Kebumen yang masih membekas ya perkara kloset duduk in

Sewaktu mendarat di Jepang, saya menderita mules parah karena tidak cocok dengan makanan pesawat. Otomatis saya berlari mencari toilet terdekat setelah keluar dari pintu kedatangan sebuah bandara di Jepang. Untung saya lekas bisa menemukan toilet.

Ketika membuka pintu toilet dan mengintip keadaan di dalam, mules yang sejak tadi saya tahan-tahan mendadak urung seketika. Berhadapan dengan kloset duduk dengan tombol-tombol berbahasa Jepang membuat kebingungan saya jauh lebih besar ketimbang rasa mules yang sebelumnya menyerang.

Kaget ada tiba-tiba “disemprot” dari bawah

Saya mencoba menceermati satu persatu tombol di kloset itu. Tapi percuma saja. Saya lebih fasih melafalkan bahasa ngapak khas Kebumen ketimbang bahasa Jepang.

Karena kebutuhan buang hajat harus tetap terealisasi, maka saya alihkan segala kekagetan dan kebingungan itu. Saya mencoba membuat diri saya nyaman dengan mencoba duduk sepenuhnya di kloset tersebut—tidak memaksakan diri untuk jongkok.

Setelah merasa cukup membuang hajat, saya coba tekan satu persatu tombol yang ada di kloset itu.

Tombol dengan logo air mancur jadi tombol pertama yang menarik perhatian saya. Awalnya saya kira ini adalah tombol flush. Ternyata saya keliru

Sebuah pipa penyemprot tiba-tiba muncul di bawah pantat saya dan menyemburkan air. Saya yang tidak siap terkejut dengan semprotannya sehingga membuat celana saya basah. Usut punya usut semprotan itu memang digunakan untuk cebok dan jadi pengganti semprotan bidet.

Sebenarnya model ini sudah banyak juga ditemui di Indonesia. Tapi dasar orang desa seperti saya tidak pernah keluar-keluar, jadi baru tahu model itu justru ketika di Jepang.

Iklan

Kemudian, ada satu fitur lagi yang menarik perhatian saya. Fitur ini disimbolkan dengan lambang musik di tombolnya.

Awalnya ya saya pikir akan keluar musik-musik Jejepangan jika saya tekan. Ternyata bukan. Ini seperti di rumah ketika saya sengaja membuka kran sedikit untuk menyamarkan bunyi-bunyi tidak menyenangkan dari aktivitas buang hajat saya. Bedanya ini tidak perlu kran, hanya bunyinya saja.

Ketika orang desa Kebumen buang hajat di pedesaan Jepang

Singkat cerita, saya tiba di penginapan yang terletak di pinggir kota. Bentuknya seperti rumah tradisional ala pedesaan Jepang.  Selama tiga hari saya tinggal di rumah itu.

Saat datang pertama kali, saya langsung mengecek toiletnya. Saya sok-sokan mau langsung mencoba dengan maksud menaklukkan kloset duduk Jepang sepenuhnya pasca pengelaman di bandara tadi. Dalam bayangan saya, paling model klosetnya sama seperti di bandara.

Tapi saya justru dibuat kaget lagi. Pasalnya, di dalam toilet hanya ada seonggok kloset duduk. Tidak dilengkapi semprotan, kran, ember, bahkan tombol-tombol canggih seperti kloset di bandara.

Sontak saya langsung bingung. “Iki piye cewok’e? (Ini bagaimana ceboknya?).”

Setelah dijelaskan oleh tour guide kami, ternyata itu adalah toilet kering. Toilet yang didesain memang tidak untuk terkena basah.

Kata tour guide kami, biasanya yang muslim akan bersuci menggunakan botol berisi air yang dilubangi. Selama tiga hari di rumah itu, begitulah saya harus membuang hajat: Cari botol dulu, dilubangi, lalu diisi air untuk cebok.

Tulisan ini merupakan program Santri Mojok yang berkolaborasi dengan Pesantren Bumi Cendekia Yogyakarta.

Penulis: Muhammad Akhyar Ad Dafiq
Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kepahitan Kerja di Jepang yang Nggak Pernah Diceritakan Influencer, tapi Masih Lebih Menjanjikan Ketimbang di Indonesia atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 14 Juni 2025 oleh

Tags: Jepangkebumenkloset duduktoilet duduktoilet kering
Muhammad Akhyar Ad Dafiq

Muhammad Akhyar Ad Dafiq

Artikel Terkait

Sisi Kelam di Balik Wajah Purworejo yang Tenang dan Damai MOJOK.CO
Esai

Sisi Kelam di Balik Wajah Purworejo yang Tenang dan Damai

25 November 2025
kerja di Surabaya dengan gaji Jepang. MOJOK.CO
Sosok

Pertama Kali Lamar Kerjaan dari Job Fair di Surabaya, Nggak Nyangka Bisa Dapat Cuan Senilai Perusahaan di Jepang

26 Juni 2025
Gaji Caregiver di Jepang Besar, tapi Melelahkan dan Penuh Fitnah.MOJOK.CO
Ragam

Kepahitan Kerja di Jepang yang Nggak Pernah Diceritakan Influencer, tapi Masih Lebih Menjanjikan Ketimbang di Indonesia

18 Februari 2025
Gaji Caregiver di Jepang Besar, tapi Melelahkan dan Penuh Fitnah.MOJOK.CO
Ragam

Rp40 Juta Ludes demi Bisa Kerja di Jepang, Sekadar Jadi Tukang Ngecat dan Pasang Genteng

11 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.