Kebaikan Hati Pedagang Salak Kaliurang Jogja, Selamatkan Saya yang “Terjebak” Berjam-jam di Lereng Merapi

ilustrasi - pedagang di Kaliurang Jogja yang selamatkan wisatawan. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Di tengah kegusaran saya mencari ojek online untuk pulang, saya bertemu Mbah Juno. Seorang pedagang salak yang berjualan sendirian di sekitar Nawang Jagad, Kaliurang, Jogja dekat Gunung Merapi. Bisa dibilang, lokasi itu adalah destinasi wisata baru yang jarang ada ojek online. Namun, berkat Mbah Juno dan anaknya saya akhirnya bisa pulang dengan selamat.

***

Pada Senin (20/1/2025), saya mendapat tugas liputan di kawasan Nawang Jagad, Kaliurang, Jogja. Lokasinya dekat dengan Gunung Merapi. Daerah sana cenderung sepi. Kalau melihat jadwal, lokasi wisata alam itu memang tutup di hari Senin.

Tapi memang ada satu penjual salak yang menjajakan dagangannya. Sedangkan wisatawan hanya datang dari rombongan Sri Sultan Hamengkubuwono X dan organisasi pemuda lintas agama, karena memang hanya mereka yang punya gawe.

Usai mengikuti acara menanam 100 pohon langka bersama rombongan tersebut, saya mengetik sebentar di Nawang Jagad. Saya kemudian pulang pukul 12.00 WIB karena situasi di Nawang Jagad, Kaliurang, Jogja sudah mulai sepi.

Saat saya keluar dari gerbang, seorang pedagang salak yang dari tadi menunggu di depan langsung menghampiri, dan menawarkan salak-salaknya kepada saya. Saya menolak dengan sopan. Walaupun saya suka salak, saat itu saya sedang tak mau ribet membawanya. 

Saya juga sedang buru-buru ke kantor, sekaligus ingin mencoba Zendo–ojek online milik Muhammadiyah untuk pulang. Namun, ojek online yang saya pesan lewat WhatsApp itu tak kunjung tiba. 

Warga asli yang tinggal di lereng Gunung Merapi, Jogja

Saya memutuskan menunggu di warung-warung yang tak jauh dengan Nawang Jagad. Setelah rombongan pulang, suasana langsung lengang. Nenek penjual salak tadi yang menawarkan barang dagangannya kepada saya juga sudah membereskan barang dagangannya. 

Ia memindahkan satu-satu barang dagangannya ke warung–tempat saya duduk. Usai mengemasi barang-barang, kami pun duduk berdua saja di warung yang tutup itu. Ia bertanya, kenapa saya tidak pulang? Saya menjelaskan kalau sedang menunggu ojek online. Sekaligus izin menunggu di warung, yang ternyata miliknya.

Pedagang salak di Kaliurang, Jogja merindukan anaknya yang tinggal di Norwegia. MOJOK.CO
Pedagang salak, Mbah Juno. (Aisyah Amira WakanG/Mojok.co)

Mboten nopo-nopo, Mbak (tidak apa-apa, Mbak),” ucap nenek yang memperkenalkan dirinya dengan nama Mbah Juno itu, Senin (20/1/2025).

Mbah Juno sendiri asli Jogja. Ia sudah lama tinggal di Hargobinangun, Pakem. Bahkan ia ingat betul kejadian erupsi Gunung Merapi tahun 2010 silam. Erupsi itu disebut-sebut sebagai letusan terbesar dalam sejarah, melampaui erupsi tahun 1872.

“Sampai sekarang saya masih ingat. Malam-malam, kami cari pengungsian. Saya dan anak-anak nginap di GOR. Kami pindah sampai empat kali, katanya daerah itu masih rawan,” kenang Mbah Juno di sekitar Kaliurang, Jogja.

Namun, setelah itu Mbah Juno tidak pindah. Ia masih tinggal di sekitaran lereng. Sebagai warga asli sana, ia merasa harus bisa berkawan dengan bahaya. 

Alasan masih bekerja di usia senja

Baca halaman selanjutnya

40 tahun lebih menjual salak di Kaliurang, Jogja

Sudah 40 tahun lebih, Mbah Juno menjual salak. Salak itu ia kulak dari tetangganya yang punya lahan perkebunan salak. Jenisnya pun macam-macam, ada salak madu, gading, super, sampai gula pasir. Lalu, ia jual sekitar Rp10 ribu hingga Rp20 ribu tergantung kualitasnya.

Namun, Mbah Juno merasa akhir-akhir ini dagangannya sepi. Termasuk jualannya hari ini. Puncaknya setelah Covid-19 dulu. Memang betul banyak wisatawan yang datang, tapi mereka tidak mau beli. Entah karena apa.

Melihat banyak orang yang tak mau membeli salak, Mbah Juno membuka peluang lain dengan menjual alpukat, sawo, rambutan tapi pembelinya pun sama saja. Tidak ramai. Malahan dia rugi, karena buah-buahan itu cepat busuk ketimbang salak. Akhirnya, dia tetap menjual salak.

Selain di Nawang Jagad, Mbah Juno biasanya memikul barang dagangannya dari rumah jalan kaki, lalu menawarkannya ke hotel-hotel sekitar destinasi wisata Kaliurang, Jogja. Di usianya yang sudah senja, Mbah Juno tak mau berhenti bekerja.

“Saya nggak mau minta (ke anak). Mintanya cuman doa. Doanya, semoga anak saya dikasih selamat, dikasih sehat,” kata dia. 

“Jangan sampai saya merepotkan anak, syukur kalau anak saya itu bisa cari rejeki lancar untuk mencukupi kebutuhan hidupnya masing-masing,” lanjutnya.

Terselamatkan berkat warga lokal Kaliurang, Jogja

Tanpa terasa, sudah 20 menit kami berbincang. Anak Mbah Juno yang ketiga akhirnya datang menjemput. Namun, Mbak Juno tak langsung pergi. Ia meminta anaknya menunggu saya, sampai ojek online saya tiba.

Mulanya, saya menolak karena takut merepotkan meski dalam hati saya gusar, karena dari tadi pesanan ojek online saya lewat aplikasi tak kunjung mendapatkan driver. Cerita bagian ini sudah saya tulis dalam artikel Susahnya Pakai Zendo yang Layanannya Pakai WA Bukan Aplikasi, Tak Cocok untuk Saya yang Memiliki Kesabaran Setipis Tisu.

Perempuan yang berusia sekitar 20-an lebih itu bertanya, apakah saya sudah mendapat transportasi? Saya pun bilang belum. Rupanya, ia sudah menduga kalau di sekitar Nawang Jagad, Kaliurang, Jogja memang susah cari ojek online.

“Di sini memang sulit Kak, mending saya antar sampai halte nanti kakak pesan dari sana,” ucapnya menawarkan bantuan. 

Mbah Juno pun ikut setuju. Ia tak masalah jika harus menunggu lebih lama lagi, yang penting saya tidak ditinggal sendiri. Kalau Mbah Juno, memang warga asli sekitar dan sehari-hari buka lapak di sana. Jadi sudah terbiasa.

Saya akhirnya manut. Sekitar 300 meter saya dibonceng, gawai saya muncul notif dari aplikasi layanan ojek online. Rupanya, saya dapat driver. Namun, saya batalkan dan kembali memesannya di sekitar halte depan sekolah. 

Tak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada anak Mbak Juno yang baru saya tahu namanya adalah Nining. Dengan senang hati, saya juga membawa satu keranjang salak dari Mbah Juno yang saya beli di detik-detik perpisahan kami. Semoga Mbah Juno dan keluarganya diberikan kesehatan.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kisah Mbah Juno, Pedagang Salak Keliling di Kaliurang Jogja yang Bisa Kuliahkan Anak hingga Tinggal di Norwegia atau liputan Mojok lainnya rubrik Liputan.

Exit mobile version