Terabas apa saja, sopir “kerasukan” Dominic Toretto
Saya coba gambarkan kengeriannya. Ketika sudah kepalang benturan, sopir bus Sinar Mandiri atau Jaya Utama rasa-rasanya seperti kerasukan Dominic Toretto dalam serial film Fast Furious. Medan sesulit apapun bisa diterabas.
Jalanan pantura, terutama di Pati-Batangan atau Tuban lepas Manunggal, adalah seburuk-buruk jalan yang harus dilewati. Tidak rata: bergelombang dan berlubang.
Tapi sopir dua bus tersebut bisa memacu bus dengan kecepatan tinggi menerabas jalanan rusak tersebut. Pantat penumpang digoncang-goncang.
Belum lagi, dalam celah sempit, sopir akan nekat menyalip kendaraan di depannya dari sisi kiri yang mana berupa jalan setapak kecil berbentuk joglangan. Jika sudah begitu, bus akan melaju dalam posisi miring, menerabas dahan-dahan pohon di pinggiran, dan sangat mepet dengan kendaraan yang disalip. Penumpang pun turut oleng kanan, oleng kiri.
Lawan arah juga jadi opsi untuk saling mandahului. Ngerinya, pantura adalah jalur padat. Dari arah berlawanan, nyaris tidak pernah sepi dari truk, mobil pribadi, hingga pengendara motor. Pokoknya tidak ada opsi mengurangi kecepatan. Kendaraan dari arah berlawanan harus mengalah dengan banting setir. Kalau tidak, tabrakan saja sekalian.
Tapi bagi saya, situasi paling mengerikan adalah ketika dua bus sudah saling berjejer dengan jarak sangat tipis. Potensi serempetan sangat mungkin terjadi. Kalau terjadi, salah satunya pasti akan terguling. Hal ini juga kerap dialami oleh Sobahul, dengan cerita yang sama persis.
“Itulah kenapa angka laka lantas bus masih sangat tinggi di pantura (Surabaya-Semarang). Terutama dengan korban bus Sinar Mandiri ya. Karena tanpa balapanpun, bus satu ini memang kayak setan,” beber Sobahul.
Interaksi bus Sinar Mandiri dan Jaya Utama terjadi dengan tensi tinggi
Solidaritas antarkru bus terbilang sangat kuat. Tentu dalam konteks berasal dari PO yang sama.
Baik di pantura maupun di jalur selatan, saya kerap mengalami ketika bus yang saya tumpangi mengalami kerusakan di jalan. Alhasil, penumpang harus dioper ke bus lain dari PO yang sama.
Misalnya, jika yang saya naiki adalah Jaya Utama, maka sopir akan mengoper ke sesama PO Jaya Utama Indo. Bisa ke Jaya Utama (biru) atau ke Indonesia (merah).
Saya pernah satu kali mengalami ketika bus Jaya Utama yang saya naiki mogok. Sementara di jam yang berdekatan belum ada bus dari sesama PO Jaya Utama Indo bisa menyusul. Yang ada adalah Sinar Mandiri.
Karena banyak penumpang protes, maka kru bus yang saya naiki terpaksa mengoper ke Sinar Mandiri. Itupun dengan interaksi yang sangat tidak enak. Kedua kondektur saling menggunakan nada tinggi, kendati akadnya adalah “bagi-bagi penumpang”.
Minat penumpang mulai jomplang
“Tapi kini peminat bus Sinar Mandiri memang makin turun. Persoalannya, lagi nggak balapan saja bus ini sangat ngawur dan ugal-ugalan. Itu sudah jadi pengetahuan umum orang-orang pantura. Jadi wegah naik itu,” kata Sobahul.
Selain itu, tidak ada peremajaan armada. Alhasil, bus yang mengaspal adalah bus-bus reyot yang terkesan seperti rongsokan.
Tapi memang, ada alasan tertentu yang membuat beberapa orang masih bertahan menggunakan bus tersebut. Selengkapnya, saya pernah menulisnya dalam “Bus Sinar Mandiri Surabaya Semarang Menolak Tamat meski Kayak Rongsokan, Saksi Tangis dan Tawa Kaum Kusam Pantura“.
Lihat postingan ini di Instagram
Rezeki nggak ke mana
Saya menemukan kasus menarik pada libur Hari Buruh, Kamis (1/5/2025) lalu, saat saya sedang dalam perjalanan pulang ke Rembang.
Saya secara sengaja naik bus Jaya Utama. Bus sebenarnya berjalan sesuai dengan jam. Namun, ketika tiba di Batangan, rekan kru bus sesama PO Jaya Utama Indo menelepon kalau dari belakang mereka akan disusul oleh Sinar Mandiri.
“Wis ngalah wae. Malah perkara (Sudah ngalah saja. Malah jadi perkara nanti),” tutur si sopir.
Si sopir lantas menepi ke sebuah pom bensin. Bahkan si sopir sengaja memarkir bus di belakang deretan truk agar tidak terlihat. Tak lama berselang, melintaslah bus Sinar Mandiri dengan kecepatan tinggi.
“Kalau (Sinar Mandiri) nyusul, nanti bakal balapan. Karena jamnya benturan. Malah celaka,” ujar si sopir saat ada penumpang yang bertanya: Sebenarnya ada apa kok sampai sopir bus Jaya Utama yang kami naiki menepi dan bersembunyi?
“Penumpang-penumpang yang di depan biar dia (Sinar Mandiri) yang ambil. Kalau saya simpel. Rezeki nggak ke mana. Nanti sambil jalan pasti ada saja penumpang,” sambung si sopir. Bus lalu kembali melaju. Sementara Sinar Mandiri makin tidak terlihat.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Alasan Bus Sumber Selamat Tetap Jadi Andalan meski Ugal-ugalan, Orang yang Naik Punya Siasat biar Aman karena Celaka Mengancam Kapan Saja atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












