Berkah Tukang Ojek yang Jadi Saksi Sejarah Muktamar Muhammadiyah

Tukang ojek jadi saksi hiruk pikuknya Kota Solo saat pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiah ke-48 berlangsung pada 18-20 November 2022. Mereka jadi saksi sejarah besar sekaligus merekam cerita muktamirin dari berbagai penjuru Indonesia.

***

Ada tiga venue utama pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke-48 yakni Edutorium UMS, Auditorium Djazman Alkindi, dan de Tjolomadoe. Tiga tempat ini saling terpaut jarak sekitar tiga kilometer. Jarak yang cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki.

Jumat (18/11) saya mengawali kegiatan muktamar di Edutorium lantaran perlu mengurus berbagai keperluan identitas pers resmi muktamar. Namun, setelah itu langsung ada konferensi pers hasil sidang tanwir yang akan diumumkan di Auditorium Djazman Alkindi. Sehingga saya harus langsung berpindah tempat.

Saya menghampiri deretan ojek dengan rompi hijau yang mangkal di luar gerbang Edutorium. Sekitar empat tukang ojek menghampiri saya dan bertanya hendak ke mana. Namun, hanya satu yang paling mantap dan mengerti tempat yang hendak saya tuju.

“Oke ke Djazman ya. Sepuluh ribu,” ucapnya mantap.

Tukang ojek dadakan itu bernama Rizky (39). Sehari-hari ia punya usaha berjualan online. Ia jadi tukang ojek karena kebetulan ada acara besar Persyarikatan Muhammadiyah tak jauh dari rumahnya di Kartasura.

“Yang lain tadi pada nggak paham Djazman di mana makanya pada bingung,” ujarnya tertawa, mengawali obrolan kami saat motor sudah melaju membelah keramaian jalan.

Setiap jengkal UMS sudah tidak asing lagi di kepala Rizky. Lelaki ini ternyata lulusan Jurusan Psikologi UMS belasan tahun silam.

Hari ini, sejak sekitar pukul sembilan pagi, Honda Supra Rizky sudah mengantar belasan muktamirin atau orang-orang yang terlibat dalam agenda lima tahunan ini. Buatnya, hasil ini lumayan sehingga sayang jika tidak dimanfaatkan.

Tukang ojek di seputaran lokasi Muktamar Muhammadiyah laris digunakan muktamirin. (
Tukang ojek di seputaran lokasi Muktamar Muhammadiyah laris digunakan muktamirin. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Ia sudah mendaftarkan diri sebagai ojek khusus muktamar yang disebut Ojekmu dua pekan sebelum hari pelaksanaan. Info pendaftaran ia dapatkan dari grup-grup Whatsapp. Panitia memang menghimpun para ojek dari sekitar sebagai solusi mobilitas antar venue para muktamirin.

Panitia membuka pendaftaran bagi 1.500 orang yang ingin menjadi tukang ojek selama muktamar. Tarif mereka ditentukan panitia. Lima kilometer pertama dipatok tarif Rp10 ribu lalu untuk lima kilometer selanjutnya ditambah Rp5 ribu dan berlaku seterusnya.

Hujan tiba-tiba turun saat kami baru setengah jalan. Rizky menawarkan apakah mau berhenti atau terus lanjut. Ketimbang terlalu lama menunggu tak tentu menunggu hujan reda, kami putuskan melanjutkan perjalanan. Meski badan harus basah-basahan.

Saya menyelesaikan urusan di Auditorium Djazman Alkindi sekitar jam setengah enam. Saat keluar gerbang seorang lelaki dengan helm berlogo GoJek baru saja menurunkan penumpang. Kendati berseragam salah satu perusahaan ojek online, lelaki itu juga menggunakan rompi Ojekmu. Sehingga saya langsung minta diantarkan kembali ke Edutorium.

Berbeda dengan Rizky, lelaki bernama Wahyu (53) ini tidak jauh-jauh hari mendaftar sebagai Ojekmu. Sebenarnya ia mengetahui ada pendaftaran dan akan ada agenda muktamar yang menghimpun banyak orang. 

“Awalnya saya kira pakai aplikasi saja tetap pada nyantol orang-orang di muktamar itu,” ujar ojol yang biasa mangkal di sekitar UMS ini. 

Tapi ternyata sejak pagi hingga menjelang zuhur tidak ada satu penumpang pun yang nyantol. Wahyu gusar. Ingin bergabung sebagai Ojekmu tapi pendaftaran sudah ditutup beberapa hari sebelumnya. Tapi ketimbang tidak dapat uang hari ini, ia memberanikan diri mendatangi panitia muktamar.

Ketika beragam destinasi wisata merasakan dampaknya

Awalnya Wahyu ditolak. Namun, ia melihat masih ada banyak rompi yang tersisa. Setelah melakukan negosiasi alot dengan panitia, Wahyu pun diizinkan mengenakan rompi hijau itu.

“Meski tidak pakai aplikasi, kalau ada rompi ini kan orang lihat lebih yakin. Ya lumayan berarti tiga hari ke depan sudah aman,” ucap lelaki yang tinggal di Bangak, Banyudono, Boyolali ini.

Menurut Wahyu cara panitia mengakomodir para ojek di sekitar terbilang bagus. Penetapan tarif juga cocok bagi para ojek dan penumpang. 

Setelah resmi menyandang rompi hijau sejak siang tadi, jok belakang Yahama Jupiter  Wahyu tidak pernah sepi. Sebagian besar penumpangnya memang hanya meminta diantar antar venue di UMS. Tapi banyak juga yang hendak berwisata.

Ojek jadi andalan muktamirin untuk datang ke lokasi muktamar dan ke tempat wisata di sepitaram Solo. (Hammam Izzuddin:Mojok.co)

Panitia Muktamar ke-48 menggunakan bekas pabrik gula tua yang kini jadi tempat wisata, de Tjolomadoe sebagai wahana hiburan bagi para Muktamirin. Di sana terdapat banyak stan yang menjual berbagai macam pernak-pernik. Selain itu juga banyak stan yang mengenalkan amal usaha Muhammadiyah dari berbagai daerah.

Selain ke wisata resmi muktamar, salah satu destinasi yang banyak dikunjungi para Muktamirin adalah Masjid Syekh Zayed. Masjid megah ini hasil sumbangan Pangeran Uni Emirat arab, Syeikh Muhammed bin Zayed Al Nahyan. Masjid ini berdiri di lahan seluas tiga hektare dan terletak di Gilingan, Banjarsari, Surakarta. 

“Beberapa kali saya antar ke sana. Ya cuma foto saja di depan. Kata mereka sayang kalau sudah ke Solo tapi nggak foto di sini,” ujarnya terkekeh.

Ada sepasang suami istri dari Bogor yang minta diantar Wahyu dan rekannya ke sana. Tidak sampai sepuluh menit mereka minta diantar pulang kembali ke Edutorium.

“Setelah itu saya mangkal di Edutorium. Nggak lama setelahnya mereka keluar lagi, saya prospek dan jadi penumpang saya lagi,” tuturnya.

Selain masjid megah itu, destinasi lain yang banyak dikunjungi muktamirin adalah Pasar Klewer dan Keraton Surakarta Hadiningrat. Namun, sepertinya, tidak ada destinasi wisata populer di kota ini yang luput dari kunjungan para muktamirin.

Gelombang peserta dan penggembira muktamar jumlahnya jika berbicara angka ratusan ribu orang itu sudah pasti. Bahkan ada sejumlah prediksi yang menyebutkan bahwa total Muktamirin yang masuk ke Solo mencapai satu juta orang. Mereka tersebar di berbagai titik. 

Betapa padatnya Kota Solo oleh para muktamirin

Pembukaan Muktamar pada Sabtu (19/11) merupakan momen yang paling dinanti muktamirin. Presiden Jokowi hadir langsung untuk memberikan sambutan dalam acara ini.

Acara baru dimulai sekitar pukul delapan pagi. Namun, sejak subuh, jalanan dari UMS menuju Stadion Manahan sudah penuh sesak.

Kapasitas Stadion Manahan yang hanya 20 ribu jelas tidak cukup untuk menampung seluruh orang yang datang. Ribuan di antara para Muktamirin hanya bisa menikmati dari luar area stadion. 

Tukang ojek menunggu penumpang di depan kampus UMS. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Pagi hari saat berangkat semua orang terburu-buru. Bagi yang dapat undangan untuk masuk, mereka ingin segera mengamankan bangku stadion. Saya pun demikian sehingga tidak sempat ngobrol banyak dengan tukang ojek ini.

Siang hari seusai acara, mencari kendaraan untuk meninggalkan area Manahan pun sulit bukan main. Aplikasi-aplikasi ojek online sibuk sehingga tidak bisa menerima orderan lagi. Beruntung, setelah menunggu hampir setengah jam, saya bisa menaiki ojol tanpa aplikasi.

Driver ojol tersebut bercerita bahwa ini salah satu momen paling ramai yang pernah ia saksikan di Solo.Sepanjang perjalanan kembali dari Manahan ke Edutorium, driver ini meliuk-liuk menerabas rongga-rongga antara bus-bus besar yang membawa muktamirin.

Sepanjang jalan sekitar lima kilometer yang kami lalui, di trotoar, para muktamirin yang berjalan kaki seakan tidak putus. Antusiasme warga Muhammadiyah menyemarakkan muktamar begitu terasa. Mereka rindu setelah musyawarah terbesar persyarikatan ini sempat tertunda dua tahun karena pandemi.

Ini bukan kali pertama Surakarta jadi tuan rumah muktamar. Pada 1929, muktamar ke-18 yang saat itu masih menggunakan istilah kongres pernah dihelat di sini. Namun, tetap saja, para tukang ojek ini saksi sejarah muktamar salah satu organisasi massa terbesar di Indonesia.

Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Muhammadiyah Cinta Seni Layaknya Sobat Ambyar Mengagumi Godfather of Brokenheart

 

Exit mobile version