Peternak Boyolali: Rawat Sapi Impor Sulit, Program Susu Gratis Belum Tentu Untungkan Peternak Lokal

peternak sapi boyolali ingatkan program susu gratis prabowo susah.MOJOK.CO

Ilustrasi peternak sapi di Boyolali (Ega/Mojok.co)

Peternak sapi perah Boyolali merespons wacana Capres nomor urut dua, Prabowo Subianto yang akan mengimpor sapi untuk mendukung program susu sapi gratis bagi anak Indonesia. Program ini dinilai belum tentu menguntungkan industri susu lokal.

Prabowo mengatakan akan butuh sekitar 1,5 juta sapi untuk penuhi program susu gratis bagi 82 juta anak Indonesia. Wacananya, setiap anak mendapat susu gratis sebanyak setengah liter sehingga kebutuhan keseluruhan mencapai 40 juta liter.

“Jadi, kita mungkin harus impor 1 juta atau 1,5 juta sapi. Dalam dua tahun dia akan melahirkan, kita akan punya 3 juta. Kira-kira begitu strategi kita,” kata Prabowo pada  diskusi PWI di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Kamis (4/1/2023).

Menurut Menteri Pertahanan RI tersebut, sapinya kemungkinan akan diimpor dari India. Namun, peternak sapi perah di Boyolali, Sriyono, menganggap wacana itu tidak semudah yang dibayangkan dan belum tentu menguntungkan industri susu lokal.

“Kalau impornya, asal ada dana pasti bisa. Tapi pelaksanaannya di sini yang perlu pertimbangan lebih lanjut,” katanya.

Merawat sapi impor tidak mudah

Pasalnya, sapi impor belum tentu cocok di Indonesia. Perawatannya juga tergolong sulit. Sriyono mengaku pernah mengimpor dua ekor sapi jenis FH dari Australia namun gagal merawatnya.

“Masalahnya kalau sapi impor pemeliharaannya dengan sistem yang salah akan rugi. Banyak yang mati karena perubahan pakan, kandang, dan perawatan,” paparnya.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa perawatan sapi perah memang tergolong lebih sulit ketimbang sapi pedaging. Risiko penyakitnya lebih banyak. Beragam penyakit seperti PMK hingga LSD atau cacar sapi mengintai.

Peternak sapi perah di Boyolali (Mojok.co)

Pada 2016 lalu, Sriyono pernah mendapat pelatihan dari ahli Selandia Baru dalam program bertajuk “IDEA Project”. Ia mendapat banyak pengetahuan baru soal nutrisi ternak, pemerahan dengan mesin, hingga pembuatan pakan alternatif saat terjadi krisis.

Baca selanjutnya…

Impor belum tentu menguntungkan, peternak lokal sedang alami krisis

Saat ini, peternak susu sapi lokal hanya mampu mencukupi 20% dari keseluruhan kebutuhan nasional. Tantangannya adalah memenuhi standar kebutuhan industri terkait kualitas. Di tingkat peternak, susu sapi rata-rata harganya Rp7 ribu per liter.

“Sekarang saja peternak juga lagi menjerit karena harga susu turun. Industri lebih memilih susu impor,” paparnya.

Impor belum tentu menguntungkan peternak susu sapi lokal

Wacara impor ini juga belum tentu melibatkan peternak lokal. Sehingga, Sriyono berpendapat program ini perlu tinjauan lebih matang.

Selain itu, wacana impor sapi perah ini juga tampak terlalu fantastis. Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Budyiono menilai untuk menutup kebutuhan 4 juta ton susu segar per tahun memang perlu impor sapi.

“Kalau harus impor sapi perah itu realistis. Tidak ada pilihan lain untuk mempercepat produksi susu segar mau nggak mau harus ditambah populasi sapi sapi perah melalui impor. Hanya saja jumlah 1,5 juta [ekor] terlalu fantastis,” ujar Teguh melansir CNN Indonesia.

Teguh justru menilai pemenuhan kebutuhan untuk program itu cukup dengan menambah populasi sekitar 500 ribu ekor sapi perah. Ia menekankan bahwa wacana impor 1,5 juta ekor harus bertahap. Seperti Sriyono, Teguh juga menegaskan pentingnya kejelasan siapa yang akan memeliharanya.

“Impor harus bertahap dan jelas siapa yang akan pelihara. Peternak rakyat atau korporasi,” jelasnya.

Boyolali merupakan sentra susu sapi terbesar di Jawa Tengah. Pada kesempatan berbeda, Kepala Bidang Produksi Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Anton Sarwoko mengungkapkan populasi ternak sapi di Boyolali sampai akhir 2022 untuk ternak sapi ada 158 ribu ekor. Jumlah itu terdiri dari sapi potong 95 ribu, sapi perah 63 ribu. Sedang jumlah peternak sapi potong ada 35 ribu dan sapi perah ada 22 ribu.

“Jumlah ternak maupun peternak tersebut menurun dibanding 2-3 tahun sebelumnya. Ini tak lepas dari musibah wabah PMK di tahun 2022,” kata Anton pada November 2023 lalu.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Traumanya Peternak Sapi Perah di Boyolali Mengancam Julukan Kota Susu Boyolali

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version