Pengakuan Geng SMA Jogja, Proses Rekrutmen Sejak SMP Lewat Adu Jotos di Kuburan, Berhenti Sejenak Kalau Viral

Ilustrasi geng SMA Jogja (Mojok.co)

Isu geng SMA di Jogja kembali ramai setelah ada konvoi dan tawuran di beberapa titik sekaligus pada Senin (13/4/2024). Kejadian ini seperti siklus yang terulang setelah beberapa tahun lalu cukup jamak terjadi.

Mojok pernah mewawancarai mantan pelaku geng sekolah yang menceritakan bagaimana ia direkrut dengan proses adu jotos di kuburan. Sebagian anggota geng SMA di Jogja, sudah mulai berkecimpung dalam dunia kekerasan jalan sejak bangku SMP.

John* (24), bukan nama sebenarnya, bercerita bagaimana ia sempat aktif di sebuah geng sekolah masyhur di Jogja yakni MIZOH. Ia aktif di sana pada medio 2012-2015.

Salah satu motif yang membuatnya masuk geng adalah demi bisa lebih mudah mendapatkan banyak teman. Ia mengenang, dulu mayoritas siswa di sana bergabung dengan geng.

“Kalau yang aku amati dulu, cowok yang nggak ikut kok terlihat terpojok dan nggak ada teman. Bisa dikatakan, 60 persen cowok di setiap kelas ikutan,” terangnya.

Berawal dari ajakan untuk nongkrong, John akhirnya mendapat tawaran untuk masuk geng. Mulanya ia bergabung dalam forum kelompok itu. Ia mendapat penjelasan bahwa harus mengikuti sebuah ujian.

“Mereka mengajakku berangkat ke Gunung Sempu Bantul, pemakaman Tionghoa itu, sore sepulang sekolah,” ujarnya.

Selanjutnya, lawan akan dipilihkan oleh teman-temannya yang sudah resmi menjadi anggota geng. Proses perkelahian berakhir hingga ada salah satu yang terkapar di tanah. Jatuh dan tidak bisa bangkit lagi baik secara sengaja maupun tidak jadi tanda menyerah. Perkelahian harus berhenti.

“Ya sudah, ketika jatuh aku diangkat. Kalah menang nggak masalah. Intinya itu momen uji mental saja,” terangnya.

Geng SMA Jogja akan surut setelah viral

Setelah itu baru ia diikutsertakan dalam aktivitas mubeng atau mencari musuh di jalan. Ada yang menjadi joki atau pengendara motor dan ada yang bertugas menjadi petarung.

“Biasanya mubeng itu yang rutin habis acara besar. Misalnya habis UTS, UAS, ulang tahun geng, sampai ulang tahun salah satu pentolan,” terangnya.

Selain mubeng, ada tiga aktivitas lain yang jadi kegiatan umum para anggota geng. Ketiganya yakni nongkrong, mubeng, dan ngedrop lawan.

Selepas lulus SMP, John mengaku sempat aktif di geng SMA. Namun, tidak seintens saat ia masih di SMP lantaran geng sekolahnya tidak terlalu aktif.

Selain John, Mojok sempat berbincang dengan Dimas* (19), ia sempat aktif di geng SMA di Jogja. Termasuk salah satu SMK yang baru-baru ini juga viral di media sosial.

geng sma jogja.MOJOK.CO
Senjata tajam geng SMA Jogja (Dok. Narasumber)

Selama aktif di geng SMA, ia mengaku kerap terlibat pertikaian di jalan saat malam hari. Sebagian anak geng, termasuk Dimas, punya pengalaman apes tertangkap saat sedang melakukan kekerasan di jalan. Ia misalnya, pernah tertangkap polisi saat ribut dengan sebuah SMA di Bantul.

Sulit menghentikan siklus

Dimas menunjukkan sebuah video, saat ia dan rekan-rekannya terkena amukan warga. Tampak, mereka terkena pukulan dan injakan warga, polisi, dan aparat militer. Mendekam di sel selama beberapa hari jadi salah satu hal yang menurut Dimas membuat jera.

Namun, selain itu menurutnya aktivitas geng SMA di Jogja secara otomatis akan mereda untuk sejenak jika ada kejadian yang viral. “Sekarang kan sithik-sithik viral. Kami juga terdampak. Akhirnya ya harus bisa tahu waktu. Ada masanya mengurangi dulu,” paparnya.

Selain itu, Dimas mengakui kalau sulit untuk berhenti jadi bagian dari anggota geng SMA. Sebuah geng yang pamornya turun dan tidak aktif pun bisa kembali lagi ketika ada penerus yang menghidupi.

“Nama dan sejarah geng udah melekat ke sekolah,” paparnya.

Seperti John, Dimas juga mulai aktif di dunia geng sejak masih duduk di bangku SMP. Namun, ia berlanjut jadi lebih aktif di SMA karena masuk sekolah dengan reputasi geng yang cukup mentereng.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Puluhan Geng Sekolah Hantui Jalanan Jogja, Menguji Anak SMP Hingga Terkapar di Kuburan Cina

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version