Detik-detik KA Purwojaya Anjlok: Cerita dari Penumpang Gerbong 8 Nomor Kursi 13

Dua gerbang belakang KA Purwojaya anjlok, tampak gerbong 8 berhenti tepat di atas jembatan. (Dok. Bang Ezi)

Kereta Api (KA) Purwojaya relasi Gambir–Cilacap anjlok di Emplasemen Stasiun Kedunggedeh, Kabupaten Bekasi, Sabtu (25/10/2025) siang. Dua gerbong terakhir, yaitu Gerbong 8 dan kereta pembangkit keluar dari jalurnya. Seorang penumpang di Gerbong 8 nomor kursi 13 menceritakan detik-detik gerbong kereta yang ditumpanginya keluar dari rel dan berhenti tepat di atas sungai.

***

Saya baru menghabiskan semangkuk bakmi godog di gerbong makan KA Taksaka saat seorang anak muda duduk di depan saya. Wajahnya terlihat masih tegang. Saya lantas bertanya, “Dari kereta Purwojaya, Mas?”

Dari penampilannya yang masih terlihat tegang, mudah saja saya menebaknya kalau dirinya dari kereta KA Purwojaya. Tetapi, yang tidak saya duga, anak muda ini ternyata duduk di gerbong 8, satu dari dua gerbong yang roda keretanya keluar dari rel, alias anjlok. 

Perasaan yang gelisah sebelum naik KA Purwojaya

Tanpa banyak saya bertanya, ia bercerita panjang lebar dari mulai detik-detik sebelum kejadian hingga akhirnya pindah ke kereta yang saya tumpangi. 

Kereta saya, KA Taksaka relasi Gambir-Yogyakarta berangkat dari Stasiun Gambir pukul 14.00 WIB. Sedangkan KA Purwojaya, relasi Gambir-Cilacap berangkat lebih dulu, pukul 13.25 WIB. 

Oh, ya, nama anak muda ini cukup panjang. Tapi ia minta namanya ditulis saja sebagai Bang Ezi (32). Ia sehari-hari tinggal dan bekerja di Cirebon. Ia ke Jakarta karena ada keluarganya yang sakit, sehingga ia datang menjenguk.

Bang Ezi lantas bercerita, sesuai dengan tiket keretanya, dia duduk di kursi No 13 B, gerbong 8 kereta eksekutif. Urutannya adalah lokomotif, gerbong 1-4 kemudian gerbong makan, gerbong 5-8 dan paling belakang gerbong pembangkit.

Ia menceritakan, sebenarnya sejak sebelum naik kereta, perasaannya selalu gelisah. Ada perasaan nggak enak. 

Bang Ezi lantas ingin menenangkan perasaannya di gerbong kereta makan. Ia baru saja berdiri untuk beranjak saat, gerbong bergetar dan menimbulkan suara sangat keras. “Seperti menabrak batu besar, suaranya keras, saya yang sudah berdiri langsung duduk lagi,” katanya kepada Mojok.

Pramugara KA Taksaka mendatangi meja kami. Ia mengantar satu mangkuk cuanki pesanan Bang Ezi. Saya tahu, Bang Ezi sebenarnya lapar, tapi ia terus bercerita, seperti ada kelegaan tersendiri untuk melepas ketegangannya. 

Asap dari gerbong belakang yang membuat panik penumpang

Bang Ezi melanjutkan ceritanya

Setelah suara dentuman yang begitu keras, kereta bergetar hebat. Bang Ezi lantas berpindah ke kursi sebelah kiri begitu merasakan gerbong kereta miring ke kanan. Di kursi nomor 13 C dan 13 D kursi tidak ada penumpang, Bang Ezi lantas dengan cepat pindah dan berpegangan pada kursi. 

Hal selanjutnya adalah KA Purwojaya berguncang hebat yang membuat Bang Ezi tidak bisa berpikir.  “Saya nggak bisa mikir apa-apa. Pegangan ke kursi, kuat-kuat. Pikiran saat itu bener-bener blank, nggak ingat apa-apa.”

Bang Ezi merasa guncangan hebat di gerbongnya berlangsung sekitar satu hingga dua menit, tapi terasa jauh lebih lama. Begitu kereta berhenti, Bang Ezi sempat diam sesaat. Ia memperhatikan sekelilingnya, tidak ada gerakan dari penumpang yang lain. Ia kemudian menengok ke luar lewat jendela kereta. 

Bagian roda kereta terlepas dari gerbong kereta. (Agung P/Mojok.co
Bagian roda KA Purwojaya terlepas dari gerbong kereta. (Agung P/Mojok.co)

“Gerbong saya ternyata berhenti di tengah-tengah sungai,” katanya. Ia lantas melihat penumpang lain mulai berdiri. Ia masih sempat mengajak penumpang lain untuk tenang.

“Nggak tahu, saya saat itu masih sempat mengajak penumpang lain untuk tenang, ‘tenang, jangan panik,” kata Bang Ezi. Saat itu ia mulai bisa berpikir jernih, gerbong dalam kondisi miring, jika penumpang panik, bukan tidak mungkin justru gerbong bisa berguling ke sungai.

Namun, kepanikan tetap terjadi saat penumpang di gerbong 8 melihat asap keluar dari kereta pembangkit yang ada di belakang gerbong mereka. Begitu juga saat melihat luar jendela. Bang Ezi tidak bisa memastikan apakah asap itu karena gesekan gerbong dengan batu di pinggir rel saat anjlok atau dari asap kereta pembangkit. 

PT KAI perlu punya SOP saat kereta anjlok agar penumpang tak panik

Bang Ezi sebenarnya diuntungkan karena duduk di kursi nomor 13. Posisi kursi tersebut terletak di depan, atau berbatasan dengan gerbong 7. “Jadi saya justru berada di paling depan, tinggal menyeberang ke gerbong 7, yang kasihan sebenarnya penumpang-penumpang yang bawa balita,” kata Bang Ezi. 

Begitu turun dari kereta, Feri baru sadar—ada satu tas kecil yang tertinggal di kursi nomor 13. Di dalamnya ada ponsel kantor dan barang-barang berharga. Gerbong 8 masih miring di atas sungai. Ia baru tahu kemudian bahkan, sebagian roda kereta ternyata lepas dari badan gerbong kereta. 

Ia tak punya keberanian untuk naik lagi ke atas gerbong yang kondisinya miring ke sungai. Sementara dia tidak melihat petugas KA Purwojaya yang bisa ia mintai tolong. Untungnya, ada penumpang lain yang berani naik dan mengambilkan tas itu untuknya. 

Kursi nomor 13 gerbong 8 yang ditempati Bang Ezi, tampak dari gerbong nomor 7. (Dok Bang Ezi)

Tas kecil yang berisi barang berharga itu yang ia bawa saat ngobrol dengan saya. Bang Ezi terlihat lega sudah menceritakan pengalaman menegangkan di hidupnya. Ia lantas menyantap cuanki rasa ayam itu dengan lahap. 

Ia belum menuntaskan cuankinya saat memberikan saran ke PT KAI. Salah satunya adalah SOP kalau terjadi kereta anjlok. “Begini, Mas. Semua penumpang itu panik, nggak ada petugas kereta yang datang ke kami untuk menenangkan atau memberitahu langkah apa yang harus kami lakukan,” kata Bang Ezi. 

Ia bahkan setuju kalau misalnya ada prosedur tentang apa yang harus dilakukan oleh penumpang kereta api seperti layaknya yang dilakukan di pesawat terbang. Tahun ini dia sudah mengalami kereta anjlok sebanyak dua kali. Pertama di Bogor, saat KRL anjlok dan yang kedua adalah saat ini, ketika KA Purwojaya, tujuan Cilacap anjlok. 

“Saya sudah dua kali mengalami kereta anjlok, harusnya petugas hadir untuk menenangkan penumpang,” kata Bang Ezi. 

PT KAI minta maaf atas insiden anjloknya KA Purwojaya

Menurutnya, awalnya PT KAI akan mengalihkan sebagian penumpang ke bus, namun ia dan penumpang lain memprotes, sampai kemudian mereka dialihkan ke KA Taksaka. 

Mengutip Kumparan.com, Manajer Humas PT KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko, mengatakan insiden itu pertama kali dilaporkan masinis. “Begitu laporan diterima, petugas segera berkoordinasi dengan seluruh unsur terkait untuk memastikan keselamatan penumpang dan keamanan perjalanan lainnya,” katanya dalam rilis resmi.

Dua gerbong bagian belakang keluar dari rel di kilometer 56+1/2, wilayah Emplasemen Stasiun Kedunggedeh, sekitar pukul 14.14 WIB. Total ada 232 penumpang, semuanya selamat dan dievakuasi menggunakan kereta KA Taksaka. 

Mojok sendiri mendengar pengumuman di KA Taksaka, penumpang yang tujuan akhirnya Cilacap akan dijemput dengan bus oleh PT KAI di Stasiun Kroya.

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Saat KAI Masih Sibuk Mengkaji Pembukaan Stasiun Kalasan, Warga Sudah Muak dengan Anak Muda yang Menjadikannya Tempat Maksiat atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version