Pekan lalu, saat menghabiskan dua hari di Surabaya, saya mendapati beberapa titik SPBU Shell tampak sunyi. Tak ada kendaraan—minimal motor—yang tengah mengisi bahan bakar.
Padahal, sebelum-sebelumnya, di Surabaya jumlah antrean di SPBU Shell tidak kalah banyak dari Pertamina. Kendati begitu, masih ada beberapa petugas berseragam kuning-merah yang standby di SPBU. Situasi itu sudah terjadi jauh hari sebelum kabar buruk soal Shell merebak baru-baru ini.
Kabar lebih buruk terjadi di SPBU Shell di sejumlah titik Jabodetabek. Video mengiris hati berseliweran di media sosial.
Ada satu video yang memperlihatkan momen perpisahan petugas Shell. Dari sekian banyak petugas, hanya ada satu yang tersisa karena lainnya kena PHK. Sementara video lain menunjukkan sejumlah petugas harus sampai jualan kopi.
Bayang-bayang PHK dari SPBU Shell dan ketakutan pada nasib ibu
Sandi* (24), bukan nama sebenarnya, sedianya masih dalam posisi aman. Setidaknya hingga hari ini belum ada tanda-tanda PHK di sebuah SPBU Shell tempatnya bekerja.
Hanya saja, jika melihat situasi di Jabodetabek, pikiran Sandi bukannya tak terganggu sama sekali. Bagaimana tidak, hari-hari belakangan dia harus menghadapi situasi SPBU yang begitu sepi.
Sering kali setelah jatah shift-nya usai, dia akan pulang dengan perasaan khawatir. Rasa-rasanya tinggal menunggu giliran baginya untuk kena PHK.
“Setiap sampai rumah, lemes sih. Apalagi kalau sudah lihat ibu di rumah,” ungkap Sandi.
Ibu Sandi adalah orangtua tunggal. Usai suaminya (bapak Sandi) meninggal di masa pandemi Covid-19, sang ibu terpaksa harus mencari uang sendiri dengan jualan menu sarapan di gang kampungnya.
Sebenarnya Sandi punya seorang kakak perempuan. Namun, sang kakak sudah ikut suami. Kondisi ekonomi mereka pun tidak lebih-lebih amat untuk terus membantu keuangan sang ibu.
“Jadi selama ini aku yang bagi gaji dengan ibu. Setiap aku gajian, ibu selalu terharu karena aku pasti ngasih dia,” ungkap Sandi.
Tak pelak, hatinya begitu nelangsa jika membayangkan dia kena PHK di tengah kekosongan BBM di SPBU Shell yang terasa berlarut. Bagaimana dia bisa membantu sang ibu nanti?
Cari kerja tak segampang itu…
Beberapa bulan terakhir, Sandi kerap melihat betapa mengerikannya suasana job fair yang berlangsung di beberapa kota. Ratusan—atau bahkan ribuan manusia dari beragam usia—saling berjubel demi mendapat kesempatan kerja.
Sayangnya, berita-berita yang beredar, porsi kabar buruknya lebih dominan daripada kabar baik. Banyak peserta job fair yang harus pulang dengan kepala menunduk lantaran masih belum bisa mendapat pekerjaan. Sementara beberapa dari mereka ada yang sudah lama menganggur.
“Betapa sulitnya cari kerja. Aku dulu lulus SMK juga nggak langsung bisa dapat kerja. Nganggur setengah tahun baru dapat. Kalau sekarang sepertinya sekali kena PHK bakal susah buat cari kerja lagi,” tutur Sandi.
Sandi masih ingat saat dia pertama kali bekerja di SPBU Shell. Hari-hari terasa enteng. Namun, situasi tak pasti belakangan ini membuat malam-malamnya menjadi sumpek. Tidur tak jenak. Beraktivitas di esok harinya pun digelayuti rasa takut.
Stok SPBU Shell kosong, berat berpindah ke Pertamina
Perasan sedih juga dirasakan oleh pengguna BBM Shell, Fairuz (27), pemuda asal Tangerang, Jawa Barat. “Aku itu suka sedih kalau ada kabar-kabar PHK,” ungkapnya, Kamis (18/9/2025).
Fairuz awalnya pengguna BBM dari Pertamina. Lalu sejak kuliah dan dikenalkan oleh temannya pada Shell, Fairuz lebih sering menggunakan BBM dari SPBU swasta itu. Apalagi saat akhirnya dia membeli motor baru.
Memang nonsubsidi. Namun, bagi Fairuz, SPBU swasta seperti Shell membuatnya merasa lebih “nggak risiko” saja.
Lebih-lebih ketika awal-awal 2025 lalu ramai isu BBM oplosan di sejumlah SPBU Pertamina. Makin pikir-pikir lah Fairuz kalau hendak menggunakan BBM di SPBU milik BUMN tersebut.
“Aku dari ngisi bahan bakar sampai ganti oli pun sering di Shell. Motor rasanya lebih enteng. Selisih harganya juga nggak banyak, toh lebih awet juga rasanya, nggak boros,” ujar Fairuz.
Belakangan, Fairuz memang lebih sering mendapati kekosongan BBM di SPBU Shell. Itu membuatnya terpaksa beralih ke Pertamina. Tapi agak ganjel saja menurutnya tiba-tiba ganti ke BBM yang sebelumnya jarang dia pakai karena sederet keraguan.
Keunggulan yang menjadi daya tarik (1)
Fairuz tidak bisa menjelaskan secara gamblang perihal keunggulan dari menggunakan BBM Shell. Dia hanya bisa mengatakan tarikan motornya lebih enak. Hanya saja, jika merujuk laman resmi Shell, BBM dari SPBU swasta ini punya setidaknya lima keunggulan berikut:
1. Konsumsi lebih hemat, jarak tempuh lebih jauh
BBM Shell dikenal mampu memberikan efisiensi bahan bakar yang lebih baik dibandingkan produk sejenis di kelasnya. Formula canggih pada Shell Super dan Shell V-Power membantu menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna, sehingga setiap tetes BBM benar-benar digunakan secara maksimal. Ini berarti pengguna bisa menempuh jarak lebih jauh tanpa perlu sering mengisi ulang bahan bakar.
Efisiensi ini dinilai sangat bermanfaat, terutama bagi pengguna yang sering berkendara jarak jauh atau berada di tengah kemacetan. Dalam jangka panjang, penghematan konsumsi ini tidak hanya mengurangi pengeluaran bahan bakar, tetapi juga mendukung gaya hidup berkendara yang lebih ramah lingkungan.
2. Pembakaran lebih bersih, mesin lebih sehat
Shell menyematkan teknologi pembersih aktif di hampir semua varian bahan bakarnya, mulai dari Shell Super hingga Shell V-Power Nitro+. Teknologi ini secara aktif menghilangkan endapan dan kotoran yang dapat menumpuk di ruang bakar, injektor, atau katup masuk mesin.
Dengan pembakaran yang lebih bersih, mesin bekerja lebih efisien dan tidak cepat panas. Ini sangat penting dalam menjaga performa kendaraan tetap prima sekaligus menghindari gejala seperti knocking atau suara kasar akibat pembakaran yang tidak sempurna. Selain itu, mesin yang lebih bersih akan menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah, mendukung kendaraan jadi lebih ramah lingkungan.
Keunggulan yang menjadi daya tarik (2)
3. Perlindungan maksimal terhadap gesekan dan korosi
Setiap komponen mesin bergerak dengan kecepatan dan tekanan tinggi, sehingga risiko keausan sangat besar. Shell V-Power dan V-Power Nitro+ diformulasikan khusus dengan molekul pelindung yang mengurangi gesekan antar komponen mesin. Teknologi ini tidak hanya melindungi dari keausan, tapi juga dari korosi yang dapat terjadi akibat paparan bahan bakar dalam jangka panjang.
Komponen mesin yang terlindungi membuat pengguna bisa lebih jarang melakukan servis berat atau penggantian suku cadang mahal. Manfaat ini sangat terasa bagi pengguna mobil pribadi maupun armada kendaraan perusahaan yang membutuhkan keandalan jangka panjang.
4Performa lebih responsif dan akselerasi lebih cepat
Shell V-Power dan Shell V-Power Nitro+ hadir dengan angka oktan tinggi (RON 95 dan 98), cocok untuk kendaraan dengan kompresi mesin tinggi. Angka oktan yang tinggi membantu proses pembakaran lebih cepat dan lebih kuat, menghasilkan tenaga maksimal untuk setiap akselerasi.
Penggunaan rutin Shell V-Power dapat mengembalikan performa mesin kendaraan hingga 100%, terutama jika sebelumnya terdapat endapan yang menghambat kinerja. Kendaraan akan terasa lebih responsif, ringan saat menanjak, dan mantap saat menyalip. Ini sangat membantu bagi pengguna yang mengutamakan performa dalam aktivitas berkendara harian atau perjalanan jauh.
5. Teknologi digital Shell Card dengan Shell Fleet Insight
Shell tidak hanya fokus pada produk BBM, tetapi juga menyediakan solusi digital yang mendukung efisiensi operasional kendaraan, terutama untuk kebutuhan bisnis. Shell Card adalah kartu bahan bakar non-tunai dari Shell, memungkinkan pengguna mengisi BBM dengan mudah dan aman di seluruh jaringan SPBU Shell.
Lebih dari sekadar kartu pembayaran, Shell Card terintegrasi dengan Shell Fleet Insight, sebuah platform digital yang memberi akses ke data konsumsi BBM, perilaku pengemudi, efisiensi rute, hingga pengeluaran kendaraan. Teknologi ini sangat berguna bagi perusahaan logistik, rental kendaraan, atau usaha kecil yang ingin memantau dan mengendalikan biaya bahan bakar secara lebih presisi dan transparan
Kebijakan Bahlil yang “merepotkan”
Di media sosial, netizen ramaia-ramai menyatru satu nama: Bahlil Lahadalia selaku Menteri ESDM. Pasalnya, kelangkaan Shell ini secara tidak langsung dipicu oleh kebijakannya terkait impor bahan bakar minyak.
Melansir Kompas.id, Kementerian ESDM belakangan tengah mengatur izin impor BBM yang sebelumnya berlaku satu tahun menjadi hanya berlaku enam bulan. Perusahaan diharuskan membuat laporan ke Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) secara berkala atau tiga bulan untuk evaluasi. Alasannya: untuk meningkatkan pengawasan serta fleksibilitas dalam mengelola pasokan BBM nasional.
Situasi itu membuat perusahaan swasta yang sebelumnya mengimpor sendiri BBM-nya harus riweh dengan urusan perizinan demi mendapat kuota impor. Hal ini ditengarai menghambat rantai pasok BBM di perusahaan-perusahaan swasta seperti Shell.
Pemerintah, melalui Kementerian ESDM, berupaya memberikan solusi. Yakni memberi tambahan kuota impor sebesar 110%. Jika masih kurang, Bahlil meminta perusahaan swasta membeli stok dari PT Pertamina. Tapi situasi di lapangan masih menunjukkan situasi-situasi tersebut masih belum menjawab persoalan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Pertashop: Bisnis Halu yang Kata Agen Pertamina Bisa Bikin Sugih, tapi Nyatanya Perih atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan
