MOJOK.CO – Perempuan menjadi kelompok rentan terhadap politik uang kerana minimnya sosialisasi pemilu yang baik dan benar, terutama di kalangan ibu-ibu rumah tangga di daerah pelosok, menjadi salah satu penyebabnya.
Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati pada Kompas.com sempat menyatakan, perempuan memang kerap menjadi objek pemberian politik uang. Adapun dilansir dari jateng.bawaslu.go.id politik uang didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi perilaku orang lain dengan menggunakan imbalan tertentu.
Kasus politik uang yang pernah Neni cermati terjadi di salah satu kota yang mengikuti Pilkada 2017. Pada saat itu, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) menerima pembagian tabung gas, sembako, dan bati dari salah satu pasangan calon.
“Sebagian besar penerimanya adalah kaum perempuan hingga mereka harus berurusan dengan panwaslu setempat untuk menjalani proses klarifikasi,” ungkapnya seperti dikutip dalam laman Kompas.com.
Ia menjelaskan, pemberian dari pasangan calon tertentu kerap kali diasumsikan sebagai bantuan kepada masyarakat. Penerima tidak menyadari tindakan tersebut bisa dikategorikan sebagai politik uang. Ini bisa terjadi karena minimnya pemahaman terkait regulasi yang berkaitan dengan pelanggaran Pemilu. Melihat kondisi ini, sosialisasi kepemiluan bagi perempuan, terutama ibu-ibu rumah tangga di pelosok daerah sangat diperlukan. Di sisi lain, kejadian ini menjadi pertanda bahwa keterwakilan perempuan di tingkat penyelenggara perlu diperhatikan.
Menghadapi politik uang yang menyasar perempuan, Kaukus Perempuan Politik Indonesia DIY Novia Rukmi sempat menjelaskan, langkah partisipasi politik perempuan perlu lebih substantif. Ada beberapa caranya:
Pertama, jangan mau menjadi pemilih pragmatis dengan normalisasi politik uang karena itu sumber dari korupsi. Pilihlah kandidat berdasarkan kapasitas. Kedua, cari rekam jejak kandidat yang punya keberpihakan kepada rakyat, khususnya kepada perempuan. Ketiga, sudah saatnya lebih memperhatikan kepentingan dan masalah-masalah yang dihadapi oleh para perempuan. Novi juga menekankan, perempuan perlu menjadi lebih solid. Tidak adanya solidaritas perempuan sering menjadi penghambat para perempuan untuk aktif berpolitik.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi