Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kotak Suara

Sutan Sjahrir Jadi Perdana Menteri di Usia 36 Tahun, tapi Belum Pernah Jadi Kepala Daerah

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
20 Oktober 2023
A A
Sutan Sjahrir Jadi Perdana Menteri di Usia 36 Tahun, tapi Belum Pernah Jadi Kepala Daerah MOJOK.CO

Ilustrasi Sutan Sjahrir Jadi Perdana Menteri di Usia 36 Tahun, tapi Belum Pernah Jadi Kepala Daerah MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Jika boleh menyebut satu tokoh nasional yang underrated, saya bakal menyebut nama tokoh idola saya: Sutan Sjahrir. Harus diakui, ia punya peranan besar dalam proses kemerdekaan negara Indonesia, mempertahankan republik, dan memberi sumbangsih besar dalam wacana intelektual kritis. 

Sutan Sjahrir juga merupakan Perdana Menteri Pertama Indonesia, yang mana ia menjabat di usia 36 tahun, meski belum punya pengalaman sebagai kepala daerah.

Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909. Pisces adalah zodiaknya. Ia lahir dari keluarga elite; ayahnya, Mohammad Rasad, punya gelar Maharaja Soetan bin Leman dan bekerja sebagai landraad (kepala jaksa), sementara ibunya dari golongan berada.

Oleh karena lahir dari keluarga yang berkecukupan, pendidikan Sjahrir pun terjamin. Ia menamatkan jenjang sekolah dasar (ELS) dan menengah pertama (MULO) di sekolah terbaik di Medan. 

Selepas itu, ia melanjutkan jenjang sekolah ke AMS di Bandung. Di sinilah ia mulai berkenalan dengan paham-paham progresif, termasuk menjadi bagian dari Jong Indonesie (salah satu motor Sumpah Pemuda) dan menjadi Pemred Majalah Himpunan Mahasiswa Nasionalis.

Lulus sekolah, Sjahrir melanjutkan kuliah ke Fakultas Hukum Universitas Amsterdam, Belanda. Di negeri kincir angin, ia semakin mendekatkan diri dengan paham-paham kiri, mulai Sosialisme hingga kiri-jauh Anarkisme. 

Sjahrir juga mulai akrab dengan Muhammad Hatta, yang mana keduanya aktif di organisasi pergerakan nasional bernama Perhimpunan Indonesia (PI).

Perdana Menteri yang jago diplomasi

Sejak lama Sjahrir memang cukup bertentangan dengan pemikiran Sukarno. Perjuangan mereka sama tapi metodenya beda. Sampai-sampai, dalam Penyambung Lidah Rakyat, Sukarno pernah bilang kalau “Apa yang mereka (Sjahrir dan Hatta) kerjakan hanya bicara” alias banyak cakap.

Sjahir memang sejak lama menjadi seorang anti-fasis, menolak keras paham militerisme Jepang. Ia, cukup kritis mengolok-olok figur yang ia anggap mau berkompromi dengan Jepang, termasuk Sukarno. Ia menyebutnya “antek Jepang”.

Kendati kerap berselisih, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Sukarno sadar pentingnya Sjahrir dalam menghadapi Sekutu pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Kecakapan diplomasi Sjahrir, bagi Sukarno, amat penting bagi republik yang baru berdiri. Maka, ia pun mendapat penunjukan sebagai Perdana Menteri di usia 36 tahun.

Sayangnya, Sjahrir yang lebih mengedepankan diplomasi ketimbang angkat senjata dalam upaya mempertahankan republik, harus berhadapan dengan tokoh lain. Misalnya, Tan Malaka, yang selalu menolak diplomasi karena katanya, “tuan rumah tak akan berdiplomasi dengan maling”.

Sutan Sjahrir sang diplomat ulung

Meski terus mengalami pergolakan, Sutan Sjahrir akhirnya memimpin Perjanjian Linggarjati pada 15 November 1946. Isi perjanjian itu adalah Belanda secara de facto mengakui kemerdekaan Indonesia atas Sumatra, Jawa dan Madura.

Di dalam negeri, Sjahrir mendapat olok-olok dan dapat cap pengkhianat karena telah “melepas” sebagian besar wilayah republik. Namun, yang publik lupa, Perjanjian Linggarjati pada akhirnya berhasil meredam konflik Hindia-Belanda dan rakyat Indonesia. Perjanjian itu meminimalisir jatuhnya korban jiwa akibat perang.

Selain itu, perjanjian ini nyatanya juga sebagai kekalahan bagi Belanda karena hasilnya tak sesuai yang mereka inginkan. Delegasi Belanda di Linggarjati, PM Wim Schermerhorn bahkan mendapat hujatan dari masyarakat Belanda dan dicap “orang gila”.

Iklan

Hal lain yang bisa dikenang dari kepiawaian diplomasi Sjahrir adalah kala ia berpidato di sidang Dewan Keamanan PBB pada 14 Agustus 1947. Di sana, Sjahrir berhasil mematahkan secara telak fafifu-wasweswos wakil Belanda, Eelco van Kleffens. Argumennya itu menjadi jalan PBB untuk ikut campur dalam konflik Indonesia dengan Belanda.

Meski jatuh-bangun akibat berbagai tantangan di kalangan bangsa sendiri, Kabinet Sjahrir I, Kabinet Sjahrir II sampai dengan Kabinet Sjahrir III (1945 hingga 1947) konsisten memperjuangkan kedaulatan RI lewat jalur diplomasi. 

Si paling anti-kekerasan

Seturut dengan metode perjuangan melalui diplomasi, Sutan Sjahrir menganggap cara ini adalah yang paling ampuh dalam meredam kekerasan. Sejak lama, ia memang sangat anti dengan yang namanya kekerasan.

Salah satu cerita menarik dari pendiriannya ini terjadi pada Desember 1946. Kala itu, serdadu NICA mencegat dan menodong Sjahrir yang berada dalam mobil. Ia hampir ditembak, untungnya pelatuknya macet. Karena geram, mereka memukul Sjahrir dengan gagang pistol.

Berita pemukulan Sjahrir, kemudian tersebar lewat Radio Republik Indonesia (RRI). Mendengar itu, Sjahrir langsung memberi peringatan keras agar siaran segera dihentikan. Jika berlanjut, kata Sjahrir, para pejuang bisa membunuh tawanan Belanda di kamp-kamp karena tahu perdana menteri mereka dipukul.

Berikut hari, Sjahrir tetap aktif berpolitik meski tak lagi menjadi menteri. Ia aktif di Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang ia dirikan pada 1945. Meski gagal di Pemilu 1955, orang mengenal PSI sebagai partai dengan ideologi kuat dan tradisi intelektual yang selevel lebih maju.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Pengusaha Pisang Berusia 35 Tahun Ini Jadi Presiden Termuda

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 20 Oktober 2023 oleh

Tags: Pemilu 2024politikSutan Sjahrir
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Gugun El Guyanie : Awalnya Soal Skripsi, Berakhir Membongkar Dinasti
Video

Gugun El Guyanie : Awalnya Soal Skripsi, Berakhir Membongkar Dinasti

28 Oktober 2025
Republik dan Bayang Penjajahan yang Tak Usai
Video

Republik dan Bayang Penjajahan yang Tak Usai

25 Oktober 2025
Kotak Pandora Politik Terbuka: Gus Romy Ungkap Krisis di PPP
Video

Kotak Pandora Politik Terbuka: Gus Romy Ungkap Krisis di PPP

20 Mei 2025
Dwifungsi ABRI dan Ambisi Kuasa di Luar Barak
Video

Dwifungsi ABRI dan Ambisi Kuasa di Luar Barak

10 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.