Rahasia Lagu ‘PAN PAN PAN’, Kenapa Selalu Terngiang padahal Ngeselin?

lagu pan pan pan mojok.co

Ilustrasi menyanyi (Mojok.co)

MOJOK.CO – Saya merasa dihantui lagu “PAN PAN PAN” akhir-akhir ini. Padahal saya tak pernah menyediakan waktu khusus untuk mendengarkan lagu ini. Tapi kenapa nada dan liriknya terngiang-ngiang kepala.

Semua ini bermula dari konten yang diunggah politisi PAN Zita Anjani di akun TikToknya pada 8 Juni 2023 lalu. Video tersebut berisi sejumlah politisi PAN yang sedang berjoget sambil bernyanyi “PAN PAN PAN… selalu terdepan”. Lagu tersebut viral dan banyak orang yang menyanyikannya termasuk beberapa kru Mojok, baik secara sengaja maupun tidak.

Selayaknya konten viral lainnya, lagu ini kian lama kian terdengar menyebalkan. Namun, tiap kali saya ingin melupakannya, nada dan liriknya terus berputar.

Kekuatan rima pada lirik

Kesebalan memunculkan rasa penasaran. Saya pun terpancing untuk mengulik lebih jauh atas fenomena ini. Lantas, saya menghubungi vokalis band Kabar Burung, Kibar Muhammad Pembela. Selain penyanyi dan pengarang lagu, ia merupakan lulusan Pendidikan Seni Musik Universitas Negeri Jakarta.

Menurut Kibar, keterikatan pendengar dengan lagu ini dipengaruhi oleh penggunaan rima yang berulang pada lirik. “Kalau secara lirik dia memang kekuatan di rimanya, model kayak pantun gitu. Belakangnya “Pan” ya “terdepan,” ujar Kibar seraya menirukan nada lagu PAN.

Dari segi keterlibatan lirik dengan musik, ia juga menyinggung perihal penggunaan kata-kata yang sederhana yang bikin orang cepat hafal dengan lirik lagu ini. Ia mencontohkan lagu-lagu dari band Wali yang penulisan liriknya serupa, sederhana namun menempel di kepala.

“Ya bahasa sederhana sebenarnya itu, kayak Wali bikin lagu kata-katanya sederhana,” ujarnya.

Penggunaan nada yang familiar

Repetisi nada pada bagian reffrain menjadi kekuatan tersendiri di lagu ini. Meski hanya satu not, namun ketika dilagukan secara berulang lama-lama akan menempel sendiri pada pendengarnya.

“Pan Pan Pan, itu kan satu not. Jadi setiap Pan ada nadanya, pam pam pam kayak ngelangkah gitu, ya itu kuat waktunya dinyanyiin,” lanjut Kibar.

Lebih jauh, lagu ini mengingatkannya pada lagu Kuncung dari Didi Kempot yang kerap ia dengarkan saat kecil. Baginya progresi nadanya mirip. Ia menerka mengapa orang cepat nyantol dengan lagu ini saat kecil terbiasa mendengar lagu-lagu campur sari. Jadi, orang sudah kadung akrab dengan nadanya.

“Dari segi musik dan iramanya, dia ngambil campur sari tetep, ada basic campur sari yang memang berdekatan dengan lagu didi kempot,” ujarnya via telepon.

Didukung tren dan algoritma TikTok

Pendapat itu sejalan dengan pernyataan pengamat media sosial Ali Ma’ruf. Bagi Ali, salah satu alasan lagu “PAN PAN PAN” viral karena dangdut merupakan ceruk konten yang disukai oleh warganet TikTok. Seperti yang kita tahu, campur sari turunan dari musik dangdut. Selain itu, konten ini juga sesuai dengan algoritma TikTok.

“Viral karena dia  mengambil ceruk yang tepat, mengambil nada-nada dangdut. Dan sebenernya kalau di Spotify sekarang itu ada yang namanya Spotify core, mungkin di TikTok juga ada TikTok core, jadi sekian detik pertama itu yang mengikat orang untuk menyukainya,” ujarnya.

Konten menyebalkan akan selalu ada dan berlipat ganda

Bicara konten viral hari ini tak bisa dipisahkan dari tren daur ulang konten. Video “PAN PAN PAN” yang diunggah Zita Anjani ini salah satu yang terus direplikasi di media sosial bahkan sampai bikin banyak orang sebal.

Ali beranggapan ada dua jenis konten yang sering direplikasi; konten bagus dan konten jelek. Konten jelek yang dimaksud dilihat dari banyak aspek, salah satunya menyebalkan. Ia mencontohkan tren “lu punya kuasa” yang juga viral.

“Bagi beberapa orang konten menyebalkan itu enak untuk direplikasi dan gampang untuk mendapat atensi yang lebih dari orang-orang. Nah, makanya orang mereplikasi PAN PAN PAN,” ujar Ali yang juga merupakan kreator konten lintas platform media sosial.

Pernyataan Ali ini menyadarkan saya bahwa jalan satu-satunya untuk terbebas dari belenggu lagu ini adalah dengan berhenti membuka media sosial. Dan, itu sulit. Selama kita masih membuka media sosial, konten-konten menyebalkan akan terus menghantui serupa kutukan. Shibaaal!

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Mengungkap Kejanggalan di Balik Deretan Konser Gagal di Jogja yang Rugikan Ribuan Korban

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

 

Exit mobile version