Merapat ke Prabowo, Kenapa Arah Dukungan PSI Bisa Belok Sejauh Ini?

psi prabowo mojok.co

Ilustrasi Partai Solidaritas Indonesia (Mojok.co)

MOJOK.COPSI kabarnya tengah merapat ke Prabowo Subianto. Meskipun belum ada kata final, sinyal dukungan makin menguat dan tinggal menunggu waktu saja untuk mendeklarasikannya secara resmi.

Merapatnya Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ke Prabowo menyita perhatian publik. Bagaimana tidak, sebelumnya partai yang ketumnya eks vokalis Nidji, Giring Ganesha, ini telah mendeklarasikan dukungan mereka untuk capres PDIP Ganjar Pranowo.

Selain itu, pada 2019 lalu, PSI juga menjadi salah satu partai yang paling kencang mengkritik pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandi. Bahkan, Grace Natalie yang kala itu menjabat Ketum PSI, menyebut Prabowo “politisi kuno” dan “politisi genderuwo”, jauh dari visi PSI yang mengedepankan semangat kepemudaan.

Lantas, mengapa pada akhirnya PSI merapatkan diri mereka ke Prabowo, tokoh yang mereka lawan habis-habisan lima tahun lalu?

PSI ragu pada Ganjar

Salah satu penyebab mengapa PSI merapat ke Prabowo adalah karena rasa keraguan mereka pada sosok Ganjar Pranowo. Padahal, menurut pakar politik UGM Arga Pribadi Imawan, awalnya PSI adalah pendukung Ganjar.

Bahkan, sebelum PDIP secara mendeklarasikan Ganjar sebagai capresnya, PSI sudah jauh-jauh hari mendorong Ganjar sebagai bakal penerus Jokowi.

“Itu wajar; PSI ‘kan memang loyalis Jokowi, jadi mereka bakal mendukung capres yang merepresentasikan Jokowi. Ganjar, pada awalnya, adalah nama yang tepat,” kata Arga kepada Mojok, Rabu (9/8/2023).

Namun, semua itu berubah tatkala makin kesini, Prabowo lah yang justru makin mesra dengan Jokowi. Prabowo, diketahui lebih intens bertemu secara pribadi dengan Jokowi. Para relawan Jokowi pun banyak yang terang-terangan mendukung Prabowo.

Sementara sejak dideklarasikan oleh PDIP sebagai capres, Arga memandang bahwa gerilya Ganjar justru tidak sekuat Prabowo. Padahal, ia punya modal untuk melakukannya secara lebih.

“Ganjar itu masih satu partai dengan Jokowi. Namun, ia gagal memanfaatkan kedekatan dan momentum itu, dan bisa saja PSI menilai bahwa memang Prabowo yang lebih niat meneruskan titah Jokowi,” sambungnya.

PSI dan pemilih muda

Sudah jadi rahasia umum jika sejak awal terbentuk pada 2014 lalu, PSI mengincar segmen pemilih muda. Dalam hal ini adalah generasi Z dan kaum milenial.

Hal itu mereka tunjukkan dengan mengkader banyak anak muda dan memasukannya ke dalam struktur kepengurusan partai. Seperti Grace Natalie, Dara Nasution, hingga Mike Sianipar.

Sementara jika berbicara mengenai capres-capres hari ini, kata Arga, Prabowo memang jadi sosok yang diidamkan anak muda.

Kampanye masif Partai Gerindra di media sosial, ia anggap cukup berhasil dalam mem-branding sosok Prabowo menjadi capres yang dekat dengan anak muda—terlepas dari masa lalunya.

“Dengan mempertimbangkan hal tersebut, tentu saja dengan tidak mustahil jika kemudian PSI berbelok kepada Prabowo,” kata Arga.

Mengejar efek ekor jas Prabowo

Lebih lanjut, Arga menjelaskan bahwa gaya politik PSI di awal pembentukannya dengan yang sekarang amat berbeda. Dahulu, mereka banyak menempatkan anak-anak muda di struktur kepengurusan partai dengan harapan bisa menarik spektrum pemilih muda juga.

“Padahal, asumsi anak muda juga akan memilih politisi sebaya, yang sama-sama anak muda, itu nyatanya tidak relevan,” jelas Arga.

Lantas, karena gaya politik itu tidak berhasil—karena PSI gagal mencapai parliamentary threshold, partai ini pun mengubah strategi.

Seperti yang dikatakan Arga, pasca-Reformasi pemilih tidak lagi menggunakan ideologi sebagai pertimbangan untuk menentukkan parpol pilihan mereka. Melainkan, kebanyakan dari mereka melihat siapa sosok di balik partai tersebut. Dalam kata lain, “ketokohan” jadi yang utama.

Maka, melihat popularitas Prabowo, kedekatannya dengan Jokowi, dan penerimaan dari kalangan anak muda yang besar, tak heran jika pada akhirnya PSI mengejar efek ekos jas Prabowo untuk menaikan pamor partai.

“PSI berharap ‘cipratan’ jika calon yang mereka dukung memenangkan Pemilu,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Mengapa Aktivis ’98 Malah Merapat ke Prabowo?

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version