Ini Kata-kata yang Hilang dan Paling Sering Muncul dalam Pidato Kenegaraan Jokowi di Senayan!

pidato jokowi mojok.co

Ilustrasi pidato Jokowi (Mojok.co)

MOJOK.COPagi tadi Presiden Jokowi menyampaikan pidato kenegaraannya di Gedung DPR. Ada kata-kata yang hilang dan paling sering ia ucapkan jika dibandingkan dengan pidato kenegaraan sebelumnya. 

Presiden Jokowi menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI serta Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI  di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara, Senayan, Rabu (16/08/2023) pagi.

Memakai baju adat Tanimbar Maluku, ia menyampaikan pidato dengan nada yang sedikit berbeda di banding tahun-tahun sebelumnya. Khususnya saat menyinggung masalah politik, yang mana air mukanya terlihat berubah.

Alhasil, beberapa kata yang bersinggungan dengan politik dan curhatan-curhatan pun jadi kerap muncul. Ia juga tak lagi menyebut kata-kata yang pada pidato sebelumnya sering ia ucapkan.

Lantas, apa saja kata yang hilang dan paling sering Presiden Jokowi ucapkan dalam pidato kenegaraannya hari ini?

Daftar kata yang hilang

Untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, Jokowi banyak membicarakan politik dalam pidato kenegaraannya. Istilah-istilah politik, pemilu, hingga curhatan terkait kondisi politik terkini, jadi hal yang paling banyak ia singgung.

Bahkan, kata-kata yang pada empat pidato sebelumnya (2019-2022) banyak terucap, kini sama sekali tidak ia sampaikan. Apa saja itu?

#1. Pandemi

Dalam pidatonya hari ini, Jokowi sama sekali tak menyebut kata “pandemi”,  yang menjadi perhatian besarnya pada Pidato Kenegaraan periode 2020-2022.

Dalam pidato berisi sekitar 1.740 kata itu, kata “pandemi” sama sekali tidak disebut. Padahal, “pandemi” merupakan kata yang paling banyak disebut dalam tiga pidato kenegaraan sebelumnya, yakni 45 kali; terbanyak pada 2021 (32 kali).

#2. IKN

Kata “IKN” atau “Ibu Kota Nusantara” juga tidak sekalipun disebut sang presiden. Padahal, proyek pemindahan ibu kota menjadi salah satu ambisi terbesar Presiden RI sebelum masa jabatannya habis.

Namun, sebenarnya tidak heran juga karena dalam pidato-pidato sebelumnya kata ini hanya disebut sekali. Entah apa yang bikin kata “IKN” tak ia ucapkan, padahal banyak pihak menunggu sang presiden bersuara terkait kelanjutan megaproyek tersebut.

#3. Bantuan dan BBM

Dua kata lain yang sebelumnya banyak ia sebut, tapi absen di pidatonya tahun ini adalah “Bantuan” dan “BBM”. Padahal, kata “BBM” muncul dua kali tahun lalu dan “Bantuan” diucapkan total 12 kali dalam tiga pidato sebelumnya.

Biasanya, dua kata itu tersemat pada upaya pemerintah dalam menekan dampak pandemi dan krisis global. Hilangnya dua kata ini dapat dibaca bahwa fokus pemerintah kini bukan lagi pada penanganan pandemi.

Daftar yang paling sering muncul

Selain ada kata yang hilang, Presiden Jokowi juga mengulang-ulang beberapa kata sehingga menjadi yang paling sering ia sebut dalam pidatonya. Seringnya kata ini muncul dapat dimaknai bahwa kata-kata ini mungkin sedang menjadi fokus pemerintah maupun menarik perhatian Jokowi secara personal. Apa saja itu?

#1. Hilirisasi

Kata “Hilirisasi” diucapkan sang presiden sebanyak delapan kali dalam pidato yang terdiri dari 1.740 kata tersebut. Namun, ini bukan hal aneh. Sebab pada tahun sebelumnya kata “Hilirisasi” (7) dan “Ekonomi” (14) juga jadi dua kata yang paling banyak muncul.

Banyaknya kata “Hilirisasi” dalam pidato Jokowi dua tahun ini semakin menegaskan ambisi besar sang presiden. Jokowi, dalam beberapa kesempatan tahun ini, memang terus menegaskan pentingnya hilirisasi meski program ini banyak diserang negara lain dari Uni Eropa hingga IMF.

Dalam Pidato Kenegaraannya di MPR, Jokowi banyak menempelkan kata “Hilirisasi” dengan kata “Kemajuan”, “Nilai Tambah”, dan “Window Opportunity”.

#2. Nikel

Dalam menyebut kata “Hilirisasi”, Jokowi banyak menyinggung sektor tambang. Salah satunya nikel, yang menjadi kata kedua yang paling sering keluar.

Kata “Nikel” disebut sebanyak empat kali dan selalu didekatkan pada besarnya manfaat hilirisasi nikel. Hal ini konsisten dengan pidatonya tahun lalu di mana kata “Nikel” juga ia ucapkan sebanyak empat kali.

Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nikel memang melesat tajam di era Jokowi. Salah satu faktornya, menurut BPS, karena program hilirisasi.

#3. Indonesia Emas

Sepanjang lima tahun pidato kenegaraan Presiden Jokowi, kata “Indonesia Emas” baru muncul tahun ini. Bahkan, kata ini pun jadi salah satu yang sering diucapkan, yakni empat kali.

Jokowi, yang akan mengakhiri masa jabatannya pada 2024 mendatang, terus mengingatkan betapa pentingnya Indonesia menuntaskan misi Indonesia Emas 2045. Dalam pidatonya itupun, kata “Indonesia Emas” kerap dijajarkan dengan kata “bonus demografi”.

#4. Politik dan Capres

Nah, ini dia! Meskipun enggak kaget-kaget amat, tapi seringnya dua kata ini diucapkan Presiden Jokowi dalam pidatonya mengindikasikan keseriusannya menjelang Pemilu 2024.

Kata “Politik” jadi salah satu yang sering ia ucapkan tahun ini. Kata ini muncul tiga kali—meskipun lebih sedikit dibandingkan pada pidato tahun lalu (enam kali).

Sementara kata “Capres” juga disebut tiga kali dalam pidato tahun ini. Kata tercatat tersebut tidak muncul dalam pidato empat tahun sebelumnya.

Banyaknya kata “politik” dan “capres” bisa dipahami mengingat tahun ini sudah memasuki masa kampanye dan tahun depan akan ada pemilihan legislatif dan pemilihan presiden.

Uniknya, Jokowi juga menanggapi sejumlah keriuhan publik yang kerap menyebutnya “Tolol”, “Fir’aun”, “Plonga-plongo”, hingga “Pak Lurah”. Sehingga, kata-kata itupun akhirnya muncul di pidatonya.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Yenny Wahid Jadi Pendamping Anies: Tuai Penolakan hingga Polling yang Kalah Saing

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version