Dicelurit hingga Meninggal akibat Kelelahan, Beratnya Jadi Petugas Pantarlih Pemilu

petugas pantarlih pemilu

Ilustrasi petugas pantarlih bekerja menjelang Pemilu 2024 (Mojok.co).

MOJOK.COPetugas Pemutakhiran Data Pemilih atau yang biasa disebut Pantarlih menjadi ujung tombak Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam melakukan pemutakhiran dan pendaftaran pemilih. Tugasnya terlihat mudah, tapi pelaksanaannya di lapangan menghadapi banyak tantangan. 

Petugas Pantarlih memiliki peran krusial dalam kesuksesan Pemilu 2024. Tahapan pemilu selanjutnya bergantung dari hasil dari pencocokan dan penelitian (coklit) petugas Pantarlih, seperti jumlah TPS, alokasi logistik, pola sosialisasi pemilu, kampanye, rekapitulasi hasil suara, dan lain sebagainya. Apabila prosesnya tidak berjalan dengan baik, maka dapat dipastikan tahapan pemilu selanjutnya akan terganggu.

“Pantarlih dalam melakukan proses pemutakhiran dan pendaftaran pemilih mengemban tugas yang sangat penting yaitu melayani hak konstitusional warga negara dalam menggunakan hak pilihnya,” seperti dikutip dari KPU.go.id.

Petugas harus mendatangi setiap rumah untuk melaksanakan coklit. Oleh karenanya, warga diharapkan bisa bekerja sama saat Pantarlih mendatangi rumah pemilih dengan menyiapkan KTP dan KK. Walau terdengar mudah, tanggung jawab ini nyatanya menemui banyak kesulitan. Bahkan, tidak sedikit yang terluka dalam memenuhi tugasnya. Mulai dari tantangan administrasi seperti tidak lengkapnya data alamat warga hingga kesulitan di lapangan yang mengancam nyawanya.

Ditolak di kawasan perumahan elite

Komisioner KPU Makassar Endang Sari menjelaskan, ada beberapa tantangan terkait administratif di wilayahnya. Salah satunya banyak alamat tidak jelas, karena tidak disertai dengan nomor RT dan RW yang jelas. Selain itu terdapat beberapa kelurahan pemekaran. Kondisi-kondisi ini membuat petugas Pantarlih mengalami kesulitan di lapangan.

Tantangan lain yang dihadapi, beberapa warga komplek perumahan elite sulit untuk ditemui. Bahkan, petugas Pantarlih sempat ditolak saat masuk ke kawasan elite. Menanggapi hal ini, KPU Makassar akan berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan supaya bisa melakukan coklit di kompleks elite itu.

“Kendala terakhir, hasil restrukturisasi TPS masih belum akurat memosisikan lokasi coklit pemilih,” jelasnya seperti dikutip dari Tribunnews.com, Senin (27/2/2023).

Terluka saat melakukan coklit

Petugas Pantarlih mengalami luka fisik saat melakukan coklit di Jepara, Jawa Tengah. Dilansir dari Jawapos, kejadian bermula saat Muhammad Nurfuad akan melakukan coklit di sebuah rumah di Desa Tubanan, Kecamatan Kembang pada hari Kamis (23/2/2023) menjelang sore hari. Seorang anak keluar dari rumah yang ia datangi dan mengingatkan bahwa ada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) membawa celurit tepat di belakangnya.

Nurfuad yang kaget kemudian langsung masuk ke rumah tersebut. Di dalam rumah itu terdapat empat penghuni yang ikut khawatir. Sayangnya pintu tersebut tidak bisa dikunci, Nurfuad hanya menahan dengan tangannya. Sementara pembawa senjata tadi mengayunkan celuritnya di sela-sela pintu hingga akhirnya terkena tangan Nurfuad.

Kecelakaan hingga ada yang meninggal dunia

KPU Sulawesi Selatan melaporkan dalam rentang waktu 10 hari pelaksanaan coklit, terdapat satu petugas Pantarlih meninggal dunia. Petugas Pantarlih di Kelurahan Maccorawalie, Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan bernama Syamsul (47) meninggal dunia setelah mendapat perawatan intensif dari Rumah Sakit Lasinrang Pinrang, Sulsel, Kamis (23/2/2023).

Syamsul diduga meninggal dunia karena kelelahan saat bertugas keliling mencocokkan data pemilih untuk Pemilu 2024. Hari sebelum kejadian, dia melakukan pencocokan dan penelitian atau coklit data pemilih dari pintu ke pintu di wilayah kerjanya.

“Beliau mendata pada hari Minggu, pada saat itu dia merasa tidak enak dan pulang ke rumah. Setelah di rumah kondisinya memburuk hingga tidak sadarkan diri di ICU dan meninggal dunia,” jelas Ketua Divisi SDM Sosialisasi Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat KPU Kabupaten Pinrang Muhammad Ali Djodding dalam rakyatsulsel.fajar.co.id, Sabtu (25/2/2023).

Selain meninggal dunia, KPU Sulawesi Selatan mengungkapkan dalam 10 hari pelaksanaan coklit terdapat 13 petugas yang sakit, satu di antaranya keguguran. Di sisi lain ada 26 Pantarlih yang mengalami kecelakaan kerja.

Penulis: Kenia Intan
Editor: Amanatia Junda

BACA JUGA 52 Persen Petugas Pemutakhiran Data Pemilih di Riau adalah Perempuan

Exit mobile version