MOJOK.CO – Siapa bilang remaja perempuan tidak peduli dengan dunia politik? Laporan State of the World Girls Report (SOTWG) 2022 yang dilakukan oleh Plan International dan Plan Indonesia mencatat, 94 persen remaja perempuan di Indonesia percaya bahwa partisipasi di dunia politik adalah hal yang penting.
Riset tersebut dilakukan pada 29.000 responden remaja perempuan dari 29 negara, termasuk Indonesia, pada Februari hingga Maret 2022. Ada kurang lebih 1.000 responden Indonesia yang terlibat dengan rentang usia 15-24 tahun.
“Isu sebenarnya sudah (yang dianggap penting remaja perempuan sudah terwakili), tapi mereka kurang percaya bahwa para pemimpin betul-betul memperjuangkan,” jelas Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti dalam Dialog Antargenerasi yang diselenggarakan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) bekerja sama dengan Yayasan Jurnal Perempuan dan Australian Volunteer Program pada Rabu (15/3) di Universitas Indonesia. Hasil riset itu juga mencatat hal-hal lain, seperti berikut:
Optimistis, tapi punya banyak hambatan
Sebagian besar remaja perempuan memang menganggap penting partisipasi di dunia politik, angkanya mencapai 94 persen. Namun tidak sedikit pula remaja perempuan yang merasa ada hambatan dalam proses partisipasi politik, angkanya mencapai 97 persen.
Mereka merasa adanya hambatan secara struktural dan interseksional karena usia dan gender mereka. Masyarakat kerap menilai remaja perempuan belum dewasa dan berbagai stereotipe gender lainnya.
Selain itu, remaja perempuan merasa kurang akses dalam pengambilan keputusan. Hal ini membuat mereka tidak terlibat pada berbagai keputusan di rumah, sekolah, komunitas, dan berbagai ruang lain. Padahal keputusan-keputusan itu kerap kali berkaitan atau berdampak dengan hidup mereka.
Minim kepercayaan terhadap pemimpin politik saat ini
Remaja perempuan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mayoritas kehilangan kepercayaan pada pemimpin politik saat ini. Angkanya mencapai 54 persen di Indonesia, dan 56 persen secara global. Temuan ini selaras dengan catatan hasil lain yang menunjukkan remaja perempuan kurang percaya diri dalam menyerukan aspirasinya.
Isu yang dianggap prioritas
Lalu isu politik apa saja yang dianggap prioritas oleh remaja perempuan Indonesia? Survei menunjukkan lima isu politik prioritas yang paling penting adalah kemiskinan dan pengangguran (69 persen); Konflik dan perdamaian, kekerasan dan kriminalitas (64%); Akses terhadap pendidikan (47%); Kesehatan mental dan fisik termasuk hak dan kesehatan seksual dan reproduksi (42%); dan Respon penanganan COVID-19 (42%).
Beberapa isu itu selaras dengan penemuan global seperti kemiskinan dan pengangguran yang dianggap paling penting oleh 55 persen remaja perempuan di seluruh dunia.
Kebanyakan partisipasi politik lewat medsos
Remaja perempuan cenderung memilih bentuk partisipasi politik melalui pemanfaatan media sosial, angkanya mencapai 63 persen. Selain itu mereka juga berpartisipasi langsung lewat pemilu/pilkada (61 persen), dan melalui berbagai saluran/media komunikasi lainnya (57 persen).
Temuan itu tidak mengherankan apabila melihat sumber pengetahuan tentang isu politik yang banyak digunakan remaja perempuan. Sebesar 84 persen menjawab sumber online dari media sosial, setelahnya 42 persen dari website.
Mereka kurang menyukai bentuk-bentuk partisipasi politik yang memiliki risiko tinggi mengalami gesekan politik fisik di lapangan, seperti menggalang dukungan/tanda tangan petisi politik, menghadiri kegiatan politik di kantor parpol, dan sebagainya.
Partisipasi di masa mendatang
Remaja perempuan Indonesia lebih tertarik terlibat atau berpartisipasi lebih banyak di politik di masa mendatang (30 persen) dibanding rata-rata global (21 persen). Bentuk partisipasi politik yang mereka minati adalah diskusi online, menjadi bagian dari gerakan politik secara online, dan terlibat gerakan politik secara langsung.
Walau terlibat langsung dalam gerakan politik adalah salah satu bentuk yang paling diminati, mereka cenderung memiliki tingkat kepercayaan yang relatif rendah jika kelak dapat menjadi pemimpin politik. Hanya 20 persen remaja perempuan yang percaya bahwa masyarakat bisa menerima perempuan jadi pemimpin di level nasional. Angka ini lebih kecil dibanding catatan global yang mencapai 53 persen.
Sementara untuk memimpin di tingkat lokal atau provinsi, remaja perempuan Indonesia mencatatkan tingkat kepercayaan hingga 22%. Temuan ini menandakan, kecenderungan pandangan remaja perempuan semakin pesimistis terhadap kesempatan menjadi pemimpin politik di tingkat yang semakin tinggi.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Amanatia Junda