3 Fakta Pesta Demokrasi 2024, Peserta Pemilu yang akan Berkontestasi Perlu Menyimak Ini

Kandidat pemilu 2024

Kandidat Pemilu 2024 berebut suara pemilih (ilustrasi Mojok)

MOJOK.COPesta demokrasi akan berlangsung di Indonesia tahun depan. Bagi yang berpartisipasi sebagai peserta Pemilu 2024, sebaiknya mencermati tiga fakta menarik ini agar tidak salah menentukan strategi.

Indonesia akan menggelar pesta demokrasi besar-besaran. Tahun depan akan berlangsung tiga pemilihan untuk menentukan nasib bangsa lima tahun setelahnya, yakni pemilihan presiden (Pilpres 2024), pemilihan legislatif (Pileg 2024), dan pemilihan kepala daerah (Pilkada 2024). Bisa dibayangkan, berapa banyak peserta pemilu yang akan berebut ruang untuk menyebarkan informasi maupun untuk berkampanye. Bisa kalian bayangkan pula, berapa banyak informasi yang akan membanjiri di waktu bersamaan.

Melihat kondisi itu, para perserta pemilu perlu menerapkan strategi paling efektif dan efisien demi merebut suara pemilih. Untuk menyusun strategi itu, kandidat perlu mencermati fakta-fakta seputar tahun politik 2024:

Pemilu serentak perlu banyak energi

Pilpres dan Pileg akan berlangsung secara serentak pada 14 Februari 2024. Selang beberapa bulan setelahnya, 27 November 2024, akan diselenggarakan Pilkada 2024. Penyelenggaran tiga pemilihan di waktu yang berdekatan merupakan pekerjaan berat mengingat jumlah penduduk dan kondisi geografis di Indonesia. Belum lagi, pemilihan serentak semacam ini baru pernah berlangsung sekali sebelumnya, yakni di Pemilu 2019 silam.

Tidak hanya bagi pserta dan penyelenggara pemilu, energi yang besar juga perlu disiapkan oleh para pemilih. Mereka harus meluangkan waktu dan tenaga untuk mencermati kandidat yang maju agar tidak salah pilih. Melihat kondisi ini, perserta pemilu perlu meninggalkan kesan yang mendalam bagi pemilih agar mudah dikenali.

Cara agar bisa meninggalkan kesan di mata pemilih tentu ada berbagai macam. Yang jelas, penggunaan media sosial sebagai salah satu sarana komunikasi antara peserta dan pemilih pemilu menjadi hal yang tidak bisa disepelekan.

Pemilih muda mendominasi

Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI sudah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024. Secara total, ada 204.807.222 pemilih yang tercatat dalam daftar tersebut. Di antara jutaan pemilih itu, sebagian besar adalah pemilih muda yang berada di bawah usia 39 tahun.

Mengutip data KPU RI, sebanyak 33,60 persen atau 66,82 juta orang adalah Generasi Milenial (25-39 tahun). Sementara 22,85 persen atau 46,8 juta orang adalah Generasi Z (17-23 tahun). Melihat angka itu, dapat dikatakan, lebih dari separuh total pemilih yang tercatat dalam DPT adalah pemilih muda.

Data ini bisa menjadi pertimbangan perserta pemilu untuk menentukan strategi. Apalagi pemilih muda punya perbedaan cara mengakses informasi dan perbedaan karakter pemimpin yang diharapkan. Survei dari Survei Center Strategic and International Studies (CSIS) mencatat, pemilih muda lebih banyak memanfaatkan media sosial untuk mengakses informasi. Selain itu, survei menunjukkan, pemilih muda lebih peduli terhadap isu ekonomi dan isu korupsi. Mereka juga cenderung menyukai pemimpin dengan karakter yang jujur dan antikorupsi.

Mayoritas pemilih adalah perempuan

Faktor lain yang perlu menjadi pertimbangan adalah mayoritas pemilih Indonesia perempuan. KPU RI mencatat, jumlah pemilih perempuan di Pemilu 2024 lebih banyak dibanding pemilih laki-laki. Dari kurang lebih 204,80 juta pemilih yang tercatat dalam Daftar Pemilih tetap (DPT), sebanyak 50,09 persen adalah pemilih perempuan atau sekitar 102,58 juta orang.

Selisih antara jumlah pemilih laki-laki dan perempuan memang tidak besar. Namun, hal ini bukan menjadi alasan untuk mengesampingkan pemilih perempuan di Pemilu 2024. Catatannya, peserta pemilu yang berkontestasi nanti, jangan sampai menjadikan pemilih perempuan hanya sebagai alat pendulang suara. Aspirasi perempuan perlu benar-benar terwakilkan oleh siapapun yang terpilih.

Adapun beberapa provinsi yang mencatatkan jumlah pemilih perempuan lebih banyak dibanding pemilih laki-laki adalah Aceh, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Di antara daerah-daerah itu Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah pemilih perempuan terbanyak, mencapai 15,87 juta.

Di atas hanya segelintir fakta yang bisa menjadi pertimbangan bagi para kandidat untuk berkontestasi di tahun politik 2024. Ke depan akan banyak hal-hal lain yang bisa menjadi pertimbangan mengingat apa saja bisa terjadi menjelang tahun politik.

Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Setahun Menuju Pemilu 2024: Benarkah Menjadi Pesta Demokrasi Termahal di Dunia?

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version