Lima Alasan Menjadi Bagian dari Anti BlackBerry BlackBerry Club
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Konter

Anti BlackBerry BlackBerry Club

Aditya Rizki oleh Aditya Rizki
9 September 2017
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Sampai sekarang saya selalu tersenyum kecut manakala ada teman yang dulu sempat menggunakan BlackBerry sebagai pilihan gajet mereka. Saya tak habis pikir kok bisa-bisanya mereka tertarik memilih smartphone yang jumlah keypad fisiknya tidak berkurang, tapi justru bertambah ketimbang keypad fisik pada ponsel klasik yang hanya memiliki 9 tombol utama.

Saya mengamati booming BB ini pada rentang tahun 2009 hingga 2012. Saat itu beredar BB dengan beragam varian, seperti Curve, Storm, Bold, Torch, Onyx, dan lain-lain yang saya tidak hafal. Seketika itu pula kebanyakan orang mulai kecanduan dan melirik BB sebagai kandidat gajet yang masuk daftar beli.

Padahal dalam hati kecil, saya justru meragukan masa depan smartphone jenis ini. Saya meyakini jika BB tak akan berumur panjang sebagai sebuah gajet. Ditambah lagi desas-desus kemunculan smartphone berlayar sentuh semacam Android Phone dan iPhone yang perlahan-lahan mulai mengemuka sebagai produk smartphone yang matang.

Tentu saya merasa (((menang))) begitu mengetahui dominasi iPhone dan Android saat ini benar-benar membuat popularitas BB semakin tenggelam. Sebagian besar pengguna BB hijrah menjadi pengguna gajet Android dan iPhone. Beriringan dengan pengguna aplikasi BBM yang lamat-lamat lebih nyaman menggunakan WhatsApp, LINE, atau Telegram.

Lalu, hal apa saja sih yang sebenarnya membuat saya meragukan masa depan BB. Simak poin-poin berikut.

Baca Juga:

Anak Kecanduan Gadget, Kak Seto Jelaskan Penyebab dan Cara Mengatasinya

Redmi 4X Pensiun Setelah 4 Tahun, Arigatou Gozaimasu Ponsel ke-19!

Film Penyalin Cahaya dan Catatan Saya untuk Penontonnya

Keypad Fisik yang Payah

Saya hanya bisa membayangkan betapa tidak enaknya mengetik di atas keypad fisik yang ukuran tombolnya sangat kecil (terdiri dari huruf A-Z), sehingga memenuhi separuh muka gajet. Ini membuat ukuran layar BB menjadi terkesan sempit dan serba tanggung. Bagi saya, fisik BB lebih mirip kalkulator ketimbang smartphone.

Banyaknya tombol pada keypad fisik justru membuat BB jadi tampak rumit. Bandingkan dengan smartphone masa kini yang di bagian mukanya tak ada atau paling tidak, mengurangi jumlah tombol fisik. Bentuk keypad fisik BB tak ubahnya keyboard QWERTY pada laptop/komputer tapi dalam versi mini.

Meskipun secara operasional lebih enak ditekan karena ada sensasi mengetik seperti pada keyboard atau mesin ketik, tetapi rasanya teknologi keypad sentuh lebih menjanjikan. Sensasi mengetik pada keypad sentuh sudah bisa diatasi dengan getaran, audio, dan tampilan haptic feedback ketika sebuah tombol dipencet.

Kelemahan lain keypad fisik sudah barang tentu lebih mudah rusak/aus jika sering digunakan ketimbang keypad sentuh yang berjalan di atas aplikasi. Keypad fisik harus sering dibersihkan agar tidak mudah kotor terkena debu atau air.

Sudah begitu trackball BB di bagian tengah–yang sering digunakan sebagai tombol navigasi–sering bermasalah. Hampir semua pengguna BB rasanya pernah mengalami hal serupa, bukan?

Tampilan Antarmuka Kurang Menarik

Antarmuka BB sebenarnya juga tidak bagus-bagus amat, karena smartphone ini dibuat bukan untuk tujuan multimedia, tapi untuk tujuan fungsionalitas. Misal untuk membuka email dan konektivitas data internet. Pengguna akan mendapatkan notifikasi ketika ada email masuk. Pun pada saat yang sama, ia bisa segera membalas email tanpa harus membuka browser.

Ngobrol lewat aplikasi BlackBerry Messenger (BBM) memang lebih nyaman ketimbang lewat SMS, meskipun secara antamuka juga tidak ‘wah’. Prestasi BlackBerry melalui BBM setidaknya sudah mempopulerkan istilah “cuma di-read” dan “PING”, juga fitur emoticon yang lebih personal. Cuma, kalau dibandingkan dengan emoticon LINE saat ini, ya sudah pasti kalah jauh.

BB versi awal masih menggunakan warna monokrom pada antarmuka sistem operasinya. Baru kemudian muncul BlackBerry OS yang sudah mulai berwarna, meski masih menggunakan resolusi standar (belum HD). Hingga akhirnya muncul BlackBerry 10 yang sebetulnya sudah terlambat mengikuti pergerakan generasi ponsel cerdas berlayar sentuh. BlackBerry 10 berusaha membuat antarmuka yang lebih unggul bersama antarmuka iPhone, Android, juga Symbian. Namun, sayangnya juga gagal.

Ada Kebaruan tapi Tidak Futuristis

Okelah kalau dibilang BB sebagai pionir ponsel cerdas yang bisa berkirim email di mana saja dan kapan saja. Okelah kalau dibilang BlackBerry Messenger juga pionir aplikasi chatting yang paling mobile dan inovatif. Okelah kalau dibilang dengan BB para penggunanya bisa mengetik lebih cepat ketimbang ponsel klasik dengan 9 tombol atau menggunakan pen touch.

Kebaruan itulah yang sesungguhnya membuat pengguna ponsel yang masih mengandalkan SMS dan MMS gamang jikalau BB lebih inovatif ketimbang ponsel Nokia tercanggih di zamannya. Maka tidak heran, banyak pengguna Nokia kelas menengah ke atas yang berhijrah ke BB atau Personal Digital Assistant (PDA) yang dilengkapi dengan pen touch. Kalau saya sih mendingan menunggu smartphone tanpa keypad fisik.

Jika mereka sabar menunggu barang satu atau dua tahun lagi, kehadiran smartphone berlayar sentuh bakal lebih futuristis. Muka ponsel tak ditutupi lagi oleh tombol-tombol QWERTY yang sangat mengganggu pandangan. Secara aplikasi pun menawarkan fitur-fitur yang lebih kaya dan dinamis.

Tidak Ramah Developer

Kejayaan iOS dan Android OS menjadi pertanda bahwa BlackBerry OS semakin kurang diminati. Para pengembang aplikasi lebih suka mengoprek iOS dan Android OS ketimbang BlackBerry OS, karena komunitas iOS dan Android OS semakin lama semakin berkembang. Saya tidak menyebut Windows Phone dan Symbian, karena pamornya sudah keburu redup, hanya booming saat versi terbaru sedang rilis.

Selain itu, source code BB OS tidak dibuka untuk umum. Berbeda dengan iOS dan Android OS. Meski iOS juga tertutup, tapi grup pengguna dan pengembangnya masih sangat loyal selama bertahun-tahun. Sementara Android OS mengusung gaya open source. Siapa saja bisa leluasa mengoprek Android OS dan kemampuannya semakin berkembang dari waktu ke waktu.

Sementara itu, bisa dibilang tidak banyak aplikasi baru yang hadir dalam BlackBerry OS. Hampir semua aplikasi yang ada di BlackBerry OS kalah pamor dengan aplikasi berbasis iOS dan Android OS. Dan pada akhirnya BB benar-benar menyerah.

Tahun 2015 lalu, BB mengubah haluan bisnisnya untuk fokus mengembangkan BB rasa Android. Prototipenya bisa dilihat melalui kehadiran BlackBerry Priv (masih mempertahankan keypad fisik) dan BlackBerry DTEK50 (tanpa keypad fisik).

Fitur BB yang paling sukses bagi saya adalah layanan push email dan BBM. Namun, dua layanan tersebut juga cepat saja direplikasi ke dalam iOS dan Android OS. Para pengembang aplikasi email dan chatting semakin hari semakin mewabah dengan tambahan fitur-fitur yang lebih menjanjikan.

Hanya Cocok untuk Pebisnis

Impresi saya terhadap orang yang menggenggam BB di zaman itu tak lain adalah golongan pebisnis tulen atau orang yang sibuk berhubungan dengan para (((stakeholder))). Well, ponsel cerdas ini memang hanya cocok jika dan hanya jika kamu adalah seorang pebisnis. Artikel The Telegraph yang ditulis tahun 2010 ini cukup untuk menguatkan argumen saya.

Kalau di zaman itu kamu masih mahasiswa atau sama sekali bukan pebisnis, apa enaknya menggunakan BB. Untuk gaya-gayaan kurang trendy, pilihan aplikasinya gitu-gitu aja, baterai cepat habis, pun hasil jepretan kameranya tidak memuaskan.

Jadi, apakah kamu sekarang sudah menjadi bagian dari geng Anti BlackBerry BlackBerry Club (ABBC)?

Tags: androidBlackberrygadgetiPhonekelebihankelemahankeypadreview
Aditya Rizki

Aditya Rizki

Webmaster Mojok. #YNWA

Artikel Terkait

anak kecanduan gadget mojok.co

Anak Kecanduan Gadget, Kak Seto Jelaskan Penyebab dan Cara Mengatasinya

25 Juli 2022
Redmi 4X Pensiun Setelah 4 Tahun MOJOK.CO

Redmi 4X Pensiun Setelah 4 Tahun, Arigatou Gozaimasu Ponsel ke-19!

9 Februari 2022
Penyalin Cahaya dan Catatan Saya untuk Penontonnya

Film Penyalin Cahaya dan Catatan Saya untuk Penontonnya

26 Januari 2022
BlackBerry Mati Meninggalkan Rasa yang Biasa Saja MOJOK.CO

BlackBerry Mati, tapi Nggak Ada yang Sedih

5 Januari 2022
ilustrasi Mitos Charge HP yang Nggak Ada Ngaruhnya ke Baterai Health mojok.co

Mitos Charge HP yang Nggak Ada Ngaruhnya ke Baterai Health

8 Desember 2021
ilustrasi HP Xiaomi, Brand Ponsel untuk Segala Keputusan Pembelian yang Masuk Akal mojok.co

HP Xiaomi, Brand Ponsel untuk Segala Keputusan Pembelian yang Masuk Akal

2 Desember 2021
Pos Selanjutnya
Laudya Cynthia Bella

Laudya Cynthia Bella dan Luka Lelaki Indonesia

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022

Anti BlackBerry BlackBerry Club

9 September 2017
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022
Asrama mahasiswa Sumatra Selatan, Pondok Mesudji dalam sengketa di pengadilan. Mahasiswa menilai ada campur tangan mafia tanah.

Mahasiswa Sumsel di Asrama Pondok Mesudji Jogja Terancam Pergi karena Mafia Tanah

11 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
Sri Sultan Mampu Redam Konflik Pemaksaan Jilbab Secara Taktis, Bukti Jogja (Mungkin) Masih Istimewa MOJOK.CO

Sri Sultan Mampu Redam Konflik Pemaksaan Jilbab Secara Taktis, Bukti Jogja (Mungkin) Masih Istimewa

9 Agustus 2022

Terbaru

Ibu Ruswo: Pembakar Api Revolusi Dari Dapur Umum

7 Fakta Ibu Ruswo, Kurir Rahasia yang Memasok Rokok untuk Para Pejuang

14 Agustus 2022
sim c mojok.co

Susahnya Ujian Sim C: Ini Tipsnya Biar Lulus Menurut Polisi, Ahli, dan Orang yang Gagal Berkali-kali

14 Agustus 2022
Sukarni: Soekarno-Hatta, Rengasdengklok, & Lahirnya Sebuah Republik

Sukarni: Soekarno-Hatta, Rengasdengklok, & Lahirnya Sebuah Republik

14 Agustus 2022
pangkat polisi mojok.co

Memahami Kasus Brigadir J, Ini Golongan Pangkat Polisi yang Perlu Diketahui

14 Agustus 2022
Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie MOJOK.CO

Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie

14 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In