Pekerjaan Non-PNS Yang Nggak Kalah Menjanjikan Secara Finansial - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal PemiluBARU
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal PemiluBARU
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Konsultasi Celengan

Pekerjaan Non-PNS Yang Nggak Kalah Menjanjikan Secara Finansial

Haryo Setyo Wibowo oleh Haryo Setyo Wibowo
26 Oktober 2018
0
A A
pekerjaan-non-pns
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Ciee Nggak lolos CPNS, ya? Tenang, nggak jadi PNS bukan berarti kiamat. Masih banyak pekerjaan non PNS yang nggak kalah menjanjikan secara finansial seperti yang dijelaskan Om Haryo di bawah ini.

Halo Celengers,

Bagaimana perasaan kalian kalau saat melihat pengumuman hasil ujian CPNS, tidak ada nama kalian di sana? Harus dirayakan! Serius, itu artinya kalian menjadi pahlawan negara. Di satu sisi menjadi PNS merupakan satu pengabdian kepada negara, tapi di sisi lain tidak menjadi PNS merupakan cara kita untuk tidak membebani negara dengan memikirkan gaji kita tiap bulan.

Stress lho pemerintah itu memikirkan PNS. Kalau menurut Ibu Menkeu, Sri Mulyani, lebih dari seperempat anggaran belanja negara habis untuk bayar gaji PNS. Kadang-kadang di waktu sepertiga malam saat sebagian besar PNS masih pada tidur, Om terbayang terus dengan mimik muka beliau waktu menyampaikan hal tersebut. Hmmm… serius, kayaknya kok PNS itu merepotkan banget pemerintah.

Jadi kalau seumpama kalian tidak diterima jadi PNS, jangan pernah menganggap hal tersebut sebagai sebuah kegagalan. Justru kalian harus merasa tengah ditinggikan derajatnya oleh Tuhan sebagai manusia yang jauh lebih mampu bekerja keras sekaligus meringankan beban pemerintah.

Tolong, ini jangan dipelintir sebagai gerakan anti-PNS. Sahabat PNS yang syuper, teknik menasehati dan memotivasi orang gagal itu memang terkadang harus mengelus satu pihak dan menginjak pihak lain. PNS selain urusannya dengan takdir juga dengan hoki. Ingat Kahiyang Ayu, anak Presiden Rupublik Indonesia? Itu juga tidak diterima saat mendaftar CPNS.

Baca Juga:

Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023
pupuk mahal mojok.co

Minta Harga Sembako Murah, Tapi Kok Pupuk Mahal

11 Desember 2022

Nah, sekarang lupakan soal PNS. Banyak orang justru karirnya melenting lebih jauh setelah tidak diterima sebagai CPNS. Kemudian, pekerjaan non PNS apa sih yang secara kesejahteraan remunerasinya tidak kalah dengan PNS? Bekerja di perusahaan BUMN? Perusahaan Multinasional? Bikin Startup? Buka Warung? Jasa perbengkelan? Atau malah cukup jadi petani saja?

Beberapa tahun lalu TEDx, media nirlaba yang berkedudukan di Amerika Serikat menghadirkan sosok fenomenal, Jon Jandai, seorang petani dari Thailand. Dalam tayangan tersebut, ia membuka mata sekaligus menginspirasi jutaan orang dengan kalimat yang menghentak kesadaran kita, “Hidup itu mudah. Sangat mudah dan menyenangkan”.

Jangan bandingkan dengan jumlah klik yang didapatkan Young Lex. Walaupun sudah diunggah bertahun-tahun, tetap saja tidak mampu menyaingi jumlah klik di kanal youtube rapper kondang yang sebenarnya tidak bisa ngerap tersebut. Jangan ditanya juga apakah Young Lex mampu menginspirasi para pencari kerja?

Jon Jandai, selayaknya orang desa yang lugu, penampakannya sangat sederhana. Tapi Jon bukan sembarang petani, ia merupakan pemulia tanaman sekaligus pendiri Punpun. Satu pusat pembelajaran pertanian organik di Thailand Utara yang mengupayakan satu sistem pertanian berkelanjutan.

Istimewanya, dulunya Jon tidak berbeda dengan umumnya kaum muda desa yang pernah mencoba peruntungan pergi ke ibu kota. Persis seperti kalian, eh, Om juga. Selalu memandang bahwa kesuksesan harus ditunjukkan dengan sukses di Jakarta, atau merantau ke kota-kota besar di negeri ini. Tempat dimana kegiatan ekonomi yang melibatkan peredaran uang dalam jumlah besar berada.

Ekonomi uang yang membuat Jon muda silau dengan gurihnya Bangkok perlahan tapi pasti pudar. Ia merasakan hidup justru menjadi lebih sulit daripada waktu di desa. Walau ia menggandakan segenap kekuatan, kerja lembur bagai kuda lebih dari 8 jam hasilnya tak kunjung membuatnya sejahtera.

“Saat saya sudah bekerja keras, bagaimana bisa hidup jadi begitu sulit?”

Jon juga berpikir seperti kebanyakan dari kalian, eh, Om juga. Jangan-jangan karena hanya lulusan STM yang begitu lulus langsung kerja, sehingga hidup menjadi tidak sejahtera. Maka kemudian ia memutuskan untuk kuliah. Ya, menggunakan pendidikan formal sebagai jalan untuk mengubah nasib. Apa yang didapatkan setelah kuliah?

Ia yang dikemudian hari memraktekkan pertanian berwawasan lingkungan tersebut justru tambah gelisah. Universitas, menurutnya justru akan semakin menyulitkan hidupnya. Jangankan mengajarkan pengetahuan yang produktif, dunia kampus justru kerap lebih mengenalkan cara destruktif saat mengeksploitasi sumberdaya alam.

Apa yang ia ilustrasikan berikutnya membuat siapa saja yang menyayangi lingkungan gamang menjalani hidup.

“Semakin banyak arsitek atau insinyur yang dihasilkan, maka kerusakannya akan semakin besar. Semakin banyak mereka bekerja maka kawasan pegunungan akan bertambah rusak, dan tanah-tanah yang subur yang berada di daerah aliran sungai (DAS) Chao Phraya akan lebih tertutup hamparan beton”

“Jika kalian belajar pertanian atau semacamnya di universitas, berarti kalian belajar cara meracuni tanah, air, dan belajar untuk merusak semuanya.”

Dia memutuskan untuk berhenti kuliah dan pulang ke desa.

Idealismenya menuntun pada pemahaman utuh bahwa alam akan memberikan kemurahan lebih, jika kita memuliakannya dengan cara bertanam organik. Semula orang mempertanyakan mengapa dia berbeda dengan petani yang walaupun sudah menggunakan pupuk kimia hasilnya tidak baik, di tahun kedua 30 orang langsung menjadi followernya. Di IG? Facebook? Twitter? Bukaaan. Ya di usaha tani organik tersebut.

Ini bukan hendak mendeskreditkan kebijakan pembangunan yang mewadahi banyak lulusan yang dipersepsikan oleh Jon Jendai lebih banyak unsur destruktifnya dibanding produktifnya. Tujuh tahun setelah paparan singkat petani Thailand tersebut, “secara kebetulan” insinyur-insinyur yang dipekerjaan pabrik semen mendirikan pabrik semen di kawasan kars pegunungan Kendeng yang kaya akan air.

Petani merupakan satu dari sedikit profesi yang dapat diwariskan secara turun temurun dan menjanjikan potensi pendapatan yang baik. Dengan catatan mempunyai kesanggupan untuk berani berbeda seperti yang dilakukan Jandai. Kerja cukup 2 bulan (secara akumulasi), ditambah 15 menit untuk memelihara kebun dan ikan setiap hari.

Sementara IPB, kampus yang diharapkan mampu mencetak sarjana pertanian yang handal dan lebih mumpuni daripada Jendai justru kerap mengundang seloroh. Sejak lama atribusi yang dilekatkan pada IPB adalah Institut Perbankan Bogor. Beberapa waktu lalu Jokowi juga menegaskan soal kecenderungan banyak alumni kampus tersebut yang bekerja di luar pertanian.

Contoh pekerjaan lain? Wiraswasta.

Ada satu teman kuliah di fakultas ekonomi UGM yang lulus tahun 2001, dan Indonesia belum pulih benar sejak terjangan krisis moneter 1998. Begitu lulus, harapannya untuk terlepas dari kemiskinan yang digaungkan sejak sebelum kuliah seakan sirna. Selama satu tahun lebih dia terpaksa menjalani hidup kerja di bengkel tambal ban.

Jangan bayangkan perihnya tidur di bengkel kecil di pinggir jalan Kalimalang, Jakarta Timur dimana debu dan asap knalpot berebut menghajar dari hidung hingga rongga dadanya sepanjang tahun. Kalian sarjana milenial belum tentu kuat. Seperti halnya Jandai, dia sepertinya akan takluk dengan mudah dan menjadi orang kalah di ibu kota.

Jika Jandai pulang ke Chiang Mai untuk bercocok tanam. Ucok, anak Tebing Tinggi yang punya cita-cita lepas dari jerat kemiskinan tersebut bangkit melawan sekuat yang dia bisa. Benturan dan kerasnya hidup yang dia sangga menjadi bahan bakar untuk membangun usaha ekspedisi yang terus membesar. Bagi orang yang tidak mengenal perjuangannya, besarnya usaha yang dimilikinya sekarang hanyalah keberuntungan.

“Keberuntungan nenek, lu!”

Boleh saja orang mempunyai mimpi mempunyai imperium bisnis, membangun perusahaan startup, sociopreneur, youtuber, dan selebgram. Ingat, tetap harus realistis. Pemilik perusahaan startup tidak banyak, dari satu juta orang berusaha menjadi youtuber hanya satu dua saja yang berhasil. Oh yang penting kerja keras! Emang mau sekeras apa?

Menurut Pak Tani tersebut, bagaimana bisa saat lulusan universitas begitu banyak justru kehidupan semakin bertambah sulit? Apakah kalian merasakan hal yang sama? Satu posisi tertentu di dunia kerja dijadikan rebutan banyak orang dengan berbagai persyaratan yang ketat?

Dalam pemahaman Jandai, hal tersebut merupakan bentuk kemunduran. Masyarakat mengalami pergeseran dari masyarakat yang beradab menjadi tak beradab. Kondisi tersebut salah dan sama sekali tidak normal. Manusia seharusnya tak berbeda jauh seperti binatang kalau menyangkut rumah: Burung membuat sarang dalam waktu satu dampai dua hari. Tikus membuat lubang untuk sarangnya dalam waktu satu malam.

Berapa waktu yang dibutuhkan manusia milenial? Seharusnya cukup 3 bulan saja. Bukan tergantung jangka waktu KPR. Itu sih bisa 25 tahun. Seumur hidup nyicil terus!

Itu kalau kita mau bicara work-life balance khas milenial… uang terkumpul cepat, tabungan jalan terus, waktu pun semakin luang!

Terakhir diperbarui pada 26 Oktober 2018 oleh

Tags: CpnsKonsultasi keuanganpetaniPNSstart-up
Haryo Setyo Wibowo

Haryo Setyo Wibowo

Artikel Terkait

Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS
Geliat Warga

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023
pupuk mahal mojok.co
Uneg-uneg

Minta Harga Sembako Murah, Tapi Kok Pupuk Mahal

11 Desember 2022
menantu idaman mojok.co
Uneg-uneg

Dua Kriteria Menantu Idaman di Desa Saya

13 November 2022
Panglima TNI Andika Perkasa, periksa 3 anggota TNI terkait kasus mutilasi ASN di Semarang
Kilas

Panglima Andika Perkasa Periksa Tiga Anggota TNI Terkait Mutilasi ASN di Semarang

12 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
fadli zon

Fadli Bikin Puisi Berjudul Sontoloyo, Politisi Lainnya Membalas dengan Karya

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

po bus mojok.co

5 PO Bus AKAP Terbaik Versi Kementerian Perhubungan 

6 Februari 2023
Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja MOJOK.CO

Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja

4 Februari 2023
pekerjaan-non-pns

Pekerjaan Non-PNS Yang Nggak Kalah Menjanjikan Secara Finansial

26 Oktober 2018
Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja. MOJOK.CO

Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja

4 Februari 2023
Malang Kucecwara Kehormatan Arema FC dan Aremania yang Kini Sirna MOJOK.CO

Malang Kucecwara: Kehormatan Arema FC dan Aremania yang Kini Sirna

8 Februari 2023
Analisis Buruknya Crowd Management Konser Dewa 19 di JIS MOJOK.CO

Analisis Buruknya Crowd Management Konser Dewa 19 di JIS

6 Februari 2023
Erick Thohir Diasuh Glory Hunter Pange dan Tsamara Amany MOJOK.CO

Mempertanyakan Mesin B.E.D.A Erick Thohir Asuhan Pange dan Tsamara Amany yang Nggak Ada Bedanya

3 Februari 2023

Terbaru

Aksi klitih terjadi di titik nol kilometer. MOJOK.CO

Aksi Klitih Kembali Terjadi di Jogja, Pelaku Nekat Bacok Korban di Titik Nol Km

8 Februari 2023
khofifah cawapres

Mendulang Suara Lewat Khofifah

8 Februari 2023
pedagang di harlah 1 abad nu mojok.co

Para Pedagang yang Berburu ‘Berkah’ di Resepsi Puncak Harlah 1 Abad NU

8 Februari 2023
Penemuan kerangka manusia, Rabu (8:2:2023) yang diidentifikasi sebagai Kasijo dievakulasi oleh tim forensik kepolisian. MOJOK.CO

Penemuan Kerangka Manusia di Godean, Berawal dari Mimpi Sarjiman

8 Februari 2023
tim sukses kampanye pemilu

Orang-orang Ini Nggak Boleh Ikut Kampanye Pemilu, Kalau Ngeyel Bisa Kena Sanksi

8 Februari 2023
Spiderman dan Cerita-cerita Menyentuh di Resepsi Puncak Harlah Satu Abad NU MOJOK.CO

Spider-Man yang Jalan Kaki 50 Km dan Cerita-cerita Menyentuh di Resepsi Satu Abad NU 

8 Februari 2023
partai hijau indonesia

Mengenal Partai Hijau Indonesia: Suarakan Isu Lingkungan, Anti Mengultuskan Pemimpin

8 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Podium
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In